Lelaki itu memasuki rumahnya lalu menuju ruang keluarga. Ia yakin jika kedua orang tua dan adiknya berada disana karena mereka telah mengetahui jika lelaki itu akan tiba dirumah malam ini.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Kak, temuin Risa sama kakak cantik yang waktu itu kak Reza bilang dong." pinta Risa tiba-tiba pada Reza yang barusaja duduk disebelahnya setelah menyalami kedua orang tuanya.
Williem menoleh kearah anak perempuannya, "kakak cantik?". Williem mengalihkan pandangannya ke arah Reza yang hanya terdiam, "kamu lagi suka seseorang?"
Reza mengangguk, "Reza sebenarnya pengen bawa dia kesini tap--"
"Bawa aja kak!" potong Tifa antusias. Risa mengangguk setuju mendengar ucapan bundanya.
"Kalo dia mau."
"Ya usaha lah kak! Masa kalo dia nolak, kakak pasrah gitu aja. Yang gentleman dong!" sungut Risa kesal.
"Za, perempuan itu butuh dikejar dan diperjuangkan. Dia mau tau sebesar apa usaha kita untuk mendapatkannya." ucap Williem. Reza mengangguk mengerti.
***
tok tok tok
"Assalamualaikum, Naraaaa....."
tok tok tok
"Waalaikumsalam, sebentar." jawab seseorang dari dalam rumah itu.
"Tante Dira!"
Seseorang yang baru saja membuka pintu itu terkejut karena mendapat pelukan secara tiba-tiba.
"Zea, Zila, Vika?"
Ketiga gadis itu segera melepaskan pelukannya.
"Iya ini kita, masa tante lupa?" ucap Zea cemberut.
"Nggak lupa sayang.... Tante cuma pangling liat kalian makin cantik. Yaudah yuk masuk!"
"Om Denis udah berangkat ke kantor ya tan?" tanya Vika. Keempatnya kini berjalan memasuki bangunan megah itu.
"Udah dari tadi, kalian datengnya kurang pagi. Nara ada di kamarnya, kalian naik aja. Tante tinggal dulu ya." ucap Dira kemudian berjalan meninggalkan ketiga gadis cantik itu menuju dapur.
"Yuk keatas!"
"Let's goooo!"
tok tok tok
"Nar, kita masuk ya?" izin Zila seraya membuka pintu itu. Tampak Nara yang tengkurap diatas kasur dengan laptop menyala menampilkan drama cina disana.
"Gue kira kalian nggak jadi dateng. Tadi daddy udah nanyain." ucap Nara sambil mendudukkan tubuhnya.
"Ini anak bangunnya kesiangan." ucap Zila menunjuk Zea yang kini cengengesan.
"Sorry hehe, gue ngedrakor tadi malem."
"Kebiasaan, dasar!"
"Yaudah, ini kita mau ngapain?" Keempat gadis itu nampak berfikir.
"Gimana kalo kita main truth or dare? Kita udah lama nggak main itu." usul Vika.
"Boleh. Bentar gue cari botol dulu." ucap Nara yang langsung mendirikan tubuhnya lalu keluar dari kamar itu. Zea, Zila, dan Vika segera duduk melingkar di karpet bundar itu.
Tak lama Nara kembali dengan sebuah botol plastik digenggamannya. Ia kemudian ikut bergabung dengan ketiga gadis itu dan meletakkan botol itu ditengah-tengah keempatnya.
"Yok hom pim pa dulu. Yang menang, dia yang muter botol sama ngasih pertanyaan atau tantangan." cetus Zea yang diangguki semuanya.
"Hom pim pa alaiyum gambreng!"
"Yes! Gue menang!" pekik Nara setelah menyadari jika tangannya berbeda dengan ketiga gadis yang kini memberengutkan wajahnya. Mereka tahu bagaimana jahilnya gadis yang tengah kegirangan itu.
Nara mulai memutar botol itu dan berhenti mengarah ke Vika. Nara tersenyum jahil yang membuat Vika nampak was-was.
"Truth or dare?"
"Truth." ucap Vika malas.
"Udah sampe mana hubungan lo sama kak Wildan?"
Vika nampak terkejut. Dengan cepat ia menormalkan raut wajahnya.
"Gue sama kak Wildan temenan."
"Yakin? Tapi seminggu yang lalu sebelum camping, gue liat lo jalan berdua sama kak Wildan di mall?" cerca Nara menaik-turunkan kedua alisnya.
Zea dan Zila yang mendengar itu ikut melebarkan kedua bola matanya. Vika sama kak Wildan? pikir keduanya.
Vika nampak gelagapan, "G--gue cuma diajak beli peralatan camping waktu itu. Lagian kak Wildan kenal gue sebagai Vika nerd, bukan Vika yang ini." jawab Vika mencoba biasa saja.
"Kok gugup sih....? Kalo pacaran juga nggak papa, lebih bagus malah." celetuk Zea menggoda.
"Cailah... Bentar lagi besti gue sold out yaa?" goda Zila mencolek dagu Vika.
"Ciee.... blushing...."
"Udah woi.... Jangan godain gue mulu..." rengek Vika dengan pipi yang tampak memerah.
"Hahaha...."
"Udah woy lanjut!" kesal Vika karena ketiga sahabatnya tak berhenti menggodanya.
Vika memutar botol itu. Ia tersenyum miring ketika ujung botol itu berhenti mengarah ke gadis yang kini melotot tak terima.
Masa karma langsung dateng sih? batinnya kesal.
"Yes! Nara, Truth or dare?" pekik Vika kegirangan.
"Dare." jawab Nara curiga saat Vika semakin melebarkan senyumnya.
Zea dan Zila ikut tersenyum ketika Vika menatap mereka dengan menaik turunkan alisnya.
"Curiga nih gue, jangan aneh-aneh ya." ucap Nara memincingkan matanya.
"Telpon orang yang lo suka terus panggil dia sayang."
"ASTAGA! GILA LO?!" teriak Nara spontan.
"Enggak." celetuk Vika puas.
"BOLEH GANTI TRUTH AJA NGGAK SIH?!"
"ENGGAK!" ceplos ketiganya dengan tegas.
"Sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Nerd Is Mine (On Going)
Novela JuvenilThanks for reading! 《FOLLOW SEBELUM MEMBACA》 - - "Lo buat gue penasaran, Zea!" - Reza. - - Ikuti kisah lengkapnya disini!! Sedikit konflik✔ Revisi setelah end. Setelah membaca jangan lupa vote dan komen ya😄 Happy for reading😄 - - #2 ceritapendek [...