bab 3. Jemputan

17 0 0
                                    




Ada laki-laki ganteng yang duduk di kap mobilnya, kelihatannya dia ini seorang mahasiswa.

Beberapa murid SMA negeri Bima berbisik-bisik ke temannya kalau mereka pernah melihat orang itu di universitas terkenal di kotanya.

Universitas yang diisi orang-orang pintar dan bertalenta.

Tapi tumben sekali ada mahasiswa memarkirkan mobilnya di depan sekolah mereka, bukan! Tapi baru kali ini loh..

"Bang Daniel?!" Sapa Kevin antusias.

Ooh... kenalannya Kevin, kalau begitu mereka tidak akan heran lagi.

"Apa kabar Bang? Lama gak ketemu nih"

Daniel tersenyum hangat menyambut jabat tangan dari Kevin dan sekalian mengatakan kalau dirinya baik-baik saja.

Natya di belakang Kevin menampilkan wajah tidak nyaman, entah apa gerangan yang membuat gadis itu tidak mood lagi.

"Nat?" Panggil Daniel.

"Natya sapa Bang Daniel" perintah Kevin tanpa ba-bi-bu.

Natya melirik sebentar kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Halo" katanya.

Daniel tersenyum getir waktu melihat Natya tunangannya sendiri bersikap canggung ke dirinya, iyaa Natya itu sudah di jodohkan dengannya sekitar 5 bulan lalu meski begitu mereka masih belum dekat.

5 bulan bukanlah waktu yang lama dan juga bukan waktu yang sebentar, tapi hubungan mereka tetap saja tidak berubah, malah mereka seperti baru saja dikenalkan.

"Hari ini aku jemput sekalian kita pulang, aku mau ketemu Ayahmu" jelas Daniel, dia sedang bicara dengan Natya.

Natya mengangguk.

Kevin yang masih melihat respon tidak bagus dari adik sepupunya mencoba mencairkan suasana.

Tiba-tiba seorang murid mengintrupsi pembicaraan mereka.

"Bang Kevin sorry ganggu, ini laporan kegiatan buat pentas nanti. Masih belum bagus sih, anak-anak minta pendapat ke lo tentang acaranya"

Itu Galih, waketos tercinta.

"Oh udah bagus kok ini, nanti tinggal rapat aja lagi apa-apa yang mau ditambahin" Ucap Kevin setelah melihat lembar kertas di tangannya.

"Yaudah Bang, gue cabut. Permisi.." pamit Galih ke dua orang yang belum dia kenal.

Mereka berpisah, tapi atensi mereka tidak lepas dari sosok Galih yang saat ini sedang memarahi dua murid, siapa lagi kalau bukan Dairo dan Askar.

Sepertinya karena dua murid itu tidak memakai helm saat naik motor.

***

Dairo menghela nafas setelah sampai di depan rumahnya, dia melirik ke arah Askar yang masih duduk di atas motor.

"Mampir dulu Kar?"

Askar menggeleng, "Gak dulu, mau pulang aja gue tapi nanti sore jadi kan keluar?"

"Jadi dong, entar gue kabarin"

"Sip dah, gue pulang dulu Dai salam sama Ayah Ibu"

"Iyaa makasih tumpangannya"

Dairo melambaikan tangannya ke Askar yang sudah pergi menjauh, rumah temannya itu berada tepat di pertigaan jalan bahkan setengah rumahnya masih bisa di lihat dari tempat Dairo berdiri.

Keluarga Dairo itu termasuk keluarga mapan, mereka kaya. Tapi Ayahnya Dairo memilih untuk hidup biasa dengan rumah sederhana dan penampilan sederhana.

Sebagian penghasilan Ayahnya ditabung dan terkadang di donasikan.

"Angga! Abang pulang" Ucap Dairo saat akan memasuki rumahnya.

Anggara Manggara adalah satu-satunya adik Dairo.

Anak laki-laki yang berusia 7 tahun keluar dari kamar dan menghampiri Dairo.

"Abang, Mau makan bakso" pinta Angga.

"Nanti sore gimana? Kita keluar sama Bang Askar, nanti makan bakso di pantai"

Si kecil mengangguk seraya menarik tangan Dairo untuk ke dapur, Abangnya pasti haus dan lapar.

"Tante Vina ngasih kue tadi"

Usia yang masih belia tapi tidak menutup kemungkinan bahwa Angga terlihat lebih dewasa dari usianya, terkadang Dairo banyak bersyukur diberikan adik laki-laki yang tidak rewel.

Meski terpaut jarak yang cukup jauh, Dairo tetap bisa mengerti tentang adiknya begitupun dengan sebaliknya.




















15 Mei 2024 – 00:13
to be continued

Angel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang