Chapter Two

52 13 1
                                    


"Find me, and hold me" •••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Find me, and hold me"





Kereta kembali bergerak setelah Dokkaebi kembali.

Memperlihatkan pemandangan mengerikan di luar kereta dengan monster menyeramkan berkeliaran.

Yun Siyoo melipat sabit mautnya menjadi jepit rambut seolah itu trik sihir yang mengagumkan di tengah kengerian, beberapa orang nampak terkesima bahkan Dokja pun menatap itu dengan kekaguman.

Di jeda waktu tersebut, mereka saling berbicara. Meninggalkan Siyoo yang menatap nanar tubuh Namwon.

Dokkaebi mulai menjilat konstelasi yang muncul di chanelnya. Membuat Siyoo merasa mual. Gadis itu memilih berjalan menuju pintu gerbong belakang, melewati Dokja yang tengah berbicara pada anak laki-laki yang selamat.

Sementara seseorang memancing keributan hingga pemilihan sponsor di mulai, Dokkaebi menjelaskan secara pelan pada para inkarnasi di chanelnya.

Lalu kembali muncul layar biru di hadapan sang gadis.

Sebuah sponsor yang bahkan tidak ia ketahui, sama seperti regresi lainya, nama itu telah tertulis bagai takdir.

Siyoo melihat orang-orang nampak sibuk berpikir sambil melihat layar biru di hadapannya.

Dia memilih duduk di bangku yang tidak terdapat darah.
Dia menunggu tenang, tak merasa gelisah dengan sponsor yang dia ambil.

Beberapa menit kemudian pemilihan sponsor telah selesai, Dokkaebi pergi untuk menyiapkan skenario baru.

Lee Hyunsung mendekat kearah Dokja. Mereka saling berkenalan satu samaa lain lalu mereka melirik kearah Siyoo yang sedang tenang.

"Apa?" Siyoo menatap balik mereka, lalu mereka serentak berbalik saat merasakan aura berat dari Siyoo.

Kim Dokja, akhirnya Siyoo tau namanya.
Mereka saling merencanakan sesuatu, Hyunsung bertanya saran apa yang dokja bisa berikan.

"Kita harus keluar dari sini" ucapan Dokja membuat semuanya membeku.

Han mungyoh dan Hyunsung mempertanyakan kewarasan saran Dokja.

Sementara tawa mengalir membuat perdebatan itu terhenti, di susul suara mengehantam keras terdengar.

"Dia benar kalian harus keluar jika ingin bertahan hidup" suara Siyoo mendapatkan perhatian. Dokja menatapnya cemas, lalu melirik pintu gerbong dekat Siyoo.

Gadis itu tersenyum cerah saat membaca gerak-gerik Dokja.

"Bahkan kamu tau sejauh itu! Menarik, kamu harus pergi sebelum temanku datang" suara ceria Siyoo terdengar menakutkan.

Maka mereka langsung mencari jalan keluar, Siyoo memperhatian dengan tenang.

Mereka berburu waktu, Siyoo nampak menatap pintu yang hampir terdobrak itu dengan miris, "Dia sangat tak sabaran" dia bergumam.

The Sweet Reaper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang