Blurb + Bab 1

255 33 13
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***


B L U R B

Ledib heran dengan teman sekelasnya yang bernama Azre, ia selalu menyuruh-nyuruh Ledib untuk melaksanakan tugasnya yang kadang ringan kadang berat. Ledib lelah, tapi jika menolak pun ia akan terkena masalah yang serius.

Namun, di sisi lain, itu adalah hal yang baik baginya. Ia bisa melupakan keluarganya yang kali ini lebih berantakan dari kamar yang disebut kapal ambruk oleh para Ibu.

Rasanya ingin sekali ke luar dari zona merah itu. Namun, bagaimana?

"Terakhir kali gue hidup ya, sebelum masalah-masalah datang terus bikin sesak dada gue." - Ledib Wijaya Wahyuda.

***

"Tapi, Zre-"

"Diem, nggak usah sok-sok sibuk lo. Toh lo belinya pake duit gue, 'kan? Sekarang lo beruntung, ini pertama kali lo gue suruh beli ini-itu tapi pake duit gue sendiri."

Ledib terdiam. Kali ini ia terpaksa harus meninggalkan jam Ekskul Jurnalisnya karena suruhan Azre yang benar-benar tidak penting. Namun, Ledib bersyukur sekali karena Azre tak menyuruhnya membeli sesuatu memakai uang Ledib sendiri.

"Jawab. Mau nggak sih lo? Kalo nggak mau, gue panggilin temen gue buat bantuin gue bonyokin lo." Azre berucap sembari menatap tajam manik mata Ledib, membuat Ledib menelan ludahnya sendiri dan menghembuskan nafas yang panjang.

"Ya ... oke. Gue mau,"

"Sip! Noh, jangan sampai salah pilih menu."

Azre memberikan uangnya, lalu meninggalkan Ledib sendirian di lapangan basket sekolah. Di dalam hati, Ledib mengumpat. Ia sangat kesal, tak sengaja menginjak katak kecil yang melompat tepat di bawah kakinya.

Azre bangsat.

Ledib segera meninggalkan lapangan basket, menuju warung bakso langganan Azre sejak dulu. Dengan raut wajah kesal yang membuat beberapa siswa-siswi yang melihatnya dengan kebingungan.

"Hey, Ledib!" panggil seseorang dari belakang. Ledib dengan refleks menoleh, raut wajahnya masih kesal dan datar.

"Apa, Vin?" Yang memanggil ternyata Kevin. Teman satu kelas Ledib, juga sahabat Ledib. Kevin yang kala itu juga bingung melihat wajah-wajah kesal dari Ledib langsung mengerutkan kening.

"Lo kenapa? Biasanya lo mah senyum mulu, ramah tamah. Kecuali mulut lo."

"Biasa, Vin. Azre anjim itu. Pengen banget gue teriakin kontol di depan mukanya." Ucapan Ledib dengan bola matanya yang memutar itu membuat Kevin tertawa lepas, banyak perhatian orang yang teralihkan ke Kevin karena tawanya.

"Etdah! Diem gak lo?"

"Sori, sori. Habisnya lo berani banget anjir omong kek gitu,"

"Emang bakal lo cepuin?"

Merah, Lalu Putih.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang