Halo, semua. Maaf banget aku udah agak lama nggak up-up. Aku lagi kena burnout alias kehilangan motivasi buat ngelanjutin ini, tepat setelah wisuda.
Maaf bgt guys ya ampun, burnout sampe lupa kalo punya WP😭😭.
***
***
“Itu siapa lo, Dib? Yang … tadi.” Tanya Kevin.
“Hm? Wulan. Ibu gue.”
“Ha? Ibu?” Ledib menganggukkan kepalanya, mengalihkan pandangannya dari Kevin.
“Lah? Nggak, bukan. Itu bu—”
“Dib!” Saat Kevin hendak melanjutkan ucapannya, mendadak Azre memanggil keras nama Ledib di depan pintu masuk kelas. Dengan wajah senyum yang sok akrab.
“Tch, ngapain lo ke sini?” Ledib berdiri, menatap sinis ke Azre yang mendekat ke arah Ledib, dan Kevin. Ia berdiri sembari membelakangi pentolannya.
“Lo, ikut gue.” Pinta Azre dengan volume kecil.
“Apa lagi sih? Vin, jagain bakso gue.” Kevin mengangguk pelan setelah mendengarkan ucapan Ledib. Ia melihat temannya sedang berjalan mengikuti musuhnya sendiri dengan wajah pasrah.
***
“Udah gue bilang, jangan bareng dia.”
“Emang kenapa? Berhak apa lo ngatur-ngatur gue?”
Azre memutar bola matanya, menepuk-nepuk bahu Ledib. “Sesuai yang gue omongin tadi, bokapnya dia pacaran sama nyokap lo.”
Ledib mendecih, ia memukul tangan Azre yang memegang bahunya. Azre meng-aduh, Ledib mendesah panjang karena kesal.
“Bohong lo kocak.”
“Gue nggak bohong! Tanya noh sama pentolan gue yang mantan sahabat SD lo, Ayon. Dia aja nggak berani bohong sama lo setelah lo nyepak kontolnya pas dia nyeburin celana lo ke sumur.”
Ledib melirik Ayon, yang hanya mematung menyimak pembicaraan Ledib dan Azre. Ia agak menahan tawa saat mereka memasukkan Ayon ke dalam topik mereka.
“Beneran, Yon?”
“Iya, sumpah,”
“Jujur ya, lo. Gue sepak lagi itu Burung Pipit mau?” Ayon menggeleng dengan cepat, agak takut. Pentolan Azre yang lain menahan tawa karena melihat Ayon yang biasanya gagah perkasa menjadi lembek kepada Ledib.
“Nggak sih, dia sahabat gue, cok ….”
“Sahabat nggak selalu sahabat, tolol. By the way, beliin bakso lagi dong?”
***
"Vin, woy! Vin!"
Tok, tok, tok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah, Lalu Putih.
FanfictionLedib heran dengan teman sekelasnya yang bernama Azre, ia selalu menyuruh-nyuruh Ledib untuk melaksanakan tugasnya yang kadang ringan kadang berat. Ledib lelah, tapi jika menolak pun ia akan terkena masalah yang serius. Namun, di sisi lain, itu adal...