***
Minggu ini, tidak seperti biasanya. Bagi Ledib. Hawanya sangat dingin, di luar mendung sekali. Di dalam rumah juga sangat hening walau tak ada salah satu dari tiga penghuni rumah itu yang ke luar.
Yang mecahin Ibuk, malah gue yang disuruh ngebersihin. Lama-lama, gue beli juga itu rumah di perempatan biar nggak disuruh-suruh.
Dengan berat hati ia menyapu piring yang dipecahkan oleh Wulan tadi malam, wajahnya masam dan cara ia menyapu sungguh bukan seperti menyapu—seperti mengepel—ia benar-benar menunjukkan bahwa ia sangat malas.
Tanpa Ledib ketahui, ternyata Ayahnya sedang mengambil snack di kulkas sembari menatap Ledib yang menyapu dengan cara yang salah.
Narendra menatap Ledib dengan alis kanannya yang terangkat karena heran. "Eh, Ledib. Lo perasaan kalau nyapu nggak gini, dah. Gue ingetin ya, yang lo pegang tuh sapu, bukan pel. Ayah lo ini ngeliatin dari tadi." Ucap Narendra.
Ledib terkejut karena tak menyadari keberadaan Ayahnya yang tepat berada di belakangnya, ia mulai memutar bola matanya kesal.
"Ini yang mecahin Ibu, Yah. Kok aku sih yang disuruh bersihin sama Ayah?"
"Yailah ... kan biar lo mandiri. Ya, udah mandiri sih," Narendra menjawab dengan tawa kecil. "Biar lebih mandiri. Siapa tau, lo gue tinggal habis ini." Lanjut Narendra.
"Kalo ngomong bisa nggak sih jangan ngawur, Yah? Apaan banget."
***
Angin-angin yang berhembus menabrak kulit Ledib dan motornya yang dinaiki. Kali ini, ia menuju ke rumah Kevin karena ia bosan. Namun, Ledib memutuskan untuk membelokkan motornya ke Indomaret di samping jalan menuju rumah Kevin sebentar untuk membeli minuman dingin kesukaannya.
Saat Ledib memarkirkan sepedanya tepat di depan pintu masuk Indomaret, ia melihat satu orang yang ia benci sedang berkeliling mencari benda yang ingin dibeli di dalam Indomaret.
Bangsat, bangsat .... Kenapa ada Azre juga, sih? Batin Ledib dengan hembusan nafas panjang dan muka masam.
Ledib menarik kunci motornya dan berjalan pelan memasuki Indomaret. Mendorong pintu dan agak menunduk agar Azre tak mengetahui wajah Ledib. Tapi, nampaknya itu sia-sia. Ledib dan Azre dengan kebetulan saling bertatap mata. Ledib dalam kurang dari satu detik langsung membuang muka lalu menuju kulkas untuk mengambil minuman dingin kesukaannya.
Saat Ledib mengambil minuman dingin di kulkas, ia dikagetkan Azre saat Ledib membelokkan badan dan akan berjalan menuju kasir. Ledib langsung menelan ludah, matanya sedikit terbelalak.
"Padahal ketemu temennya sendiri, kok buang muka?" Sifat sarkastik Azre ke luar, Ledib langsung memberinya tatapan mata yang tajam ke Azre.
"Bacot. Minggir,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah, Lalu Putih.
FanfictionLedib heran dengan teman sekelasnya yang bernama Azre, ia selalu menyuruh-nyuruh Ledib untuk melaksanakan tugasnya yang kadang ringan kadang berat. Ledib lelah, tapi jika menolak pun ia akan terkena masalah yang serius. Namun, di sisi lain, itu adal...