P R O L O G

6 1 0
                                    

Hai, El bawa cerita baru di akun yang baru.

this is a fictional story, but sebagian diambil dari kisah nyata.

Asli dari pemikiran sendiri!

Kalo ada kesamaan nama, tempat, dan alur mungkin itu kebetulan yang gak disengaja.

Semoga suka sama ceritanya, 1 vote sama comment dari kalian itu sangat berarti buat El, hehe.

Typo? Tandai!

Enjoy your day and happy reading!

📍📍📍

“Setiap yang dimulai itu pasti memiliki akhir. Entah itu berujung bahagia atau pun terluka, semua tergantung garis takdirnya.”
— Nara.

📍📍📍

“Eh guys, gue duluan ya, assalamualaikum.”

Di pagi hari yang cerah, disalah satu asrama ternama yang berada di kawasan Jakarta terdapat 3 —ralat, lebih tepatnya 4 orang gadis yang tengah gaduh di kamar asrama mereka.

1 diantaranya membuat kerusuhan, sisanya hanya sebagai penyimak.

“Mau kemana lo Sya?”

Nasya, sang pembuat keributan menghentikan sekilas kegiatannya yang tengah mengikat tali sepatu. ia menoleh ke arah teman sekamarnya, “ke sekolah lah, kemana lagi emang?”

Reyna berdecak sebal, “kalo itu gue juga tau. Maksud gue tuh tumben lo berangkat pagi?”

“Hehe, gue baru inget kalo gue belum ngerjain tugas.” Bukan hal aneh sebenarnya karena itu memang sudah menjadi kebiasaan seorang Ranasya Alzea Lestari.

“Kebiasaan banget lo,” Seseorang menyahuti ucapan Nasya dari ambang pintu toilet.

Nasya menoleh ke arah suara, “Namanya juga lupa Kak Nara.” Balasnya.

Nara menggelengkan kepalanya pelan, lalu Ia menoleh ke arah Kenanga yang tengah sibuk membaca buku, “kelakuan sepupu lo tuh, Ra.”

Kenanga menoleh sekilas, “tau ah, udah bosen aku ngasih tau nya.” Jawabnya dengan nada lelah.

Reyna hanya menatap yang lain dengan pandangan malas dari kursi belajarnya.

“Udah lah, keburu siang, entar gue telat lagi. Assalamualaikum.” Nasya berucap memotong percakapan, lalu dengan secepat kilat meninggalkan asrama.

“Waalaikumsalam.”

Nara, Kenanga dan juga Reyna hanya bisa mengelus dada dengan sabar melihat kelakuan absurd Nasya.

“Kamu kapan berangkat Rey?” Kenanga bertanya seraya menatap ke arah Reyna yang masih duduk dengan tenang di kursi belajarnya.

“Bentar lagi Kak,” jawab Reyna santai.

“Udah mau jam 7, Rey,”

“Deket ini.” Reyna membalas ucapan Nara acuh tak acuh.

Kenanga menggeleng pelan setelah mendengar balasan dari Reyna, “berangkat gih, entar kesiangan lagi.” Perintah Kenanga, “gak usah ngebantah!”

Reyna mendengus pelan namun tetap menuruti ucapan Kenanga, “iya iya, ini mau berangkat. Assalamualaikum.” Pamit Reyna lalu melenggang pergi meninggalkan asrama.

Guratan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang