Hi? How's your day guys?
Miss this story? I hope yes, wkwk.
Happy reading.
📍📍📍
"Ternyata benar, orang yang selalu diam akan menjadi pribadi yang berbeda dikala Ia mengeluarkan banyak kata."
— Nasya.📍📍📍
Kenanga berdiri di depan pintu asrama yang Ia tempati, tangannya memegang handle pintu, berniat membukanya, "assalamualaikum." ucapnya melangkah masuk.
"Waalaikwumswalam," jawab Nasya tidak jelas, karena Ia tengah sibuk mengunyah makanan.
"Telen dulu Sya, baru jawab," tegur Kenanga seraya menyimpan tasnya.
Sedangkan yang ditegur hanya menampilkan senyum konyol miliknya, "hehe, iya maaf." Balas Nasya sebelum kembali fokus pada makanan ditangannya.
Kenanga menggeleng maklum, terlampau hafal dengan sifat sepupunya yang satu ini.
"Reyna mana, Sya?" Tanya Kenanga, "belum pulang dia?"
Nasya menggeleng. Belum sempat Ia menjawab, sang pemilik nama terlebih dulu menyahut dari ambang pintu kamar mandi, "ada apa? Kenapa nyariin gue?" Sahut Reyna.
"Nothing, cuman mastiin doang."
Reyna menganggukkan kepalanya acuh. Ia berjalan ke arah ranjang milik Nasya yang dimana pemiliknya masih asik dengan makanan, "oh iya Kak, tadi Aruna nanyain kalian berdua," ujarnya memberitahu.
Kenanga mengangkat satu alisnya, "apa katanya?"
"Ya biasa, cuman nanyain kabar doang, kan kalian udah lama tuh gak ketemu sama dia."
"Terus lo jawab apa?" Sahut Nasya.
"Sibuk," jawab Reyna. "Apalagi kak Kenanga kan? Kalo lo mah, pura-pura sibuk." Lanjutnya mencibir Nasya.
Nasya itu masih satu sekolah dengan Reyna dan Aruna, namun entah kenapa Ia jarang sekali bertemu dengan sepupunya itu, padahal keduanya masih berada dilingkungan yang sama.
"Sembarangan, gue emang sibuk ya." Nasya menoyor kepala Reyna pelan, sedikit kesal dengan ucapan yang terlontar dari mulut sepupu jauhnya itu.
Reyna menghendik acuh, "fakta." Balasnya dengan tangan yang mengelus kepalanya sendiri.
Kenanga menggeleng pelan. Ia sudah terbiasa menghadapi keduanya yang memang jarang sekali akur. Ada saja hal yang diperdebatkan oleh mereka, bahkan meski itu hal kecil sekalipun.
"Rey, bilang sama Aruna kalo mau kesini, dateng aja."
Reyna mengangguk, "iya Kak, tadi udah gue kasih tau juga kok." Balasnya menjawab ucapan Kenanga. "Eh iya, Kak Nara mana?" Lanjutnya bertanya.
Kenanga serta Nasya menggeleng, "gak tau, dijalan mungkin." Jawab Nasya.
"Assalamualaikum," bersamaan dengan ucapan terakhir Nasya, Nara, sang pemilik nama membuka pintu asrama seraya mengucap salam.
"Waalaikumsalam," jawab ketiganya. "Panjang umur banget kak." Celetuk Nasya.
Nara mengernyit bingung, "kenapa emang?" Herannya.
Nasya menunjuk Reyna dengan dagu, "tuh, tadi Reyna nanyain Kak Nara." Balasnya.
Nara berbalik menatap Reyna selepas menyimpan tas nya di atas kasur, "ada apa?" Tanyanya pada Reyna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Guratan Takdir
Dla nastolatkówTentang Nara, Kenanga, Nasya serta Reyna, yang menjalani kehidupan mereka mengikuti alur dari guratan takdir yang terukir.