Bagian 4

548 73 4
                                    

"Iya bu, seperti itu kronologinya. Waktu itu memang Cakra sudah ingin mengumpulkan kertas ulangan dari ibu, tapi kejadian hal yang tidak di inginkan justru terjadi dan kebetulan saya ada di sana"

"Dan hampir mati di cekek anjir" lanjut Rain dalam hati sembari melirik sebal pada Cakra yang duduk di sampingnya.

"Jadi, saya sangat berharap ibu dapat memberikan kesempatan lagi untuk Cakra agar dapat mengikuti ulangan susulan dari mata pelajaran ibu" tutur Rain pada ibu guru yang bersangkutan

Mengapa mereka berdua bisa di ruang guru saat itu?

Itu karna tadi pagi Rain dibuat tercengang saat melihat Cakra dan motornya sudah ada di depan rumah lelaki mungil itu. Jelas, orang tua Rain senang bukan main. Ternyata prinsip menjodohkan kedua anak itu mulai berjalan. Windy sampai mengajak Cakra sarapan dulu bersama. Chandra sudah beranggapan bahwa mereka berdua sudah mulai ada di fase pendekatan.

Setelah sampai di parkiran sekolah selepas Rain turun dari motor besar Cakra, tas milik Rain di tarik ke belakang lebih dulu oleh lelaki gemini itu.

"Eh, eh!" pekik Rain kaget

"Mau kemana lo?"

Rain mendelik tajam pada Cakra

"Ngapain sih lo tarik-tarik tas gue! Mau ke kalas lah kemana lagi!" jawab Rain kesal

"Tanggung jawab dulu soal ulangan gue"

"Itu bukan urusan gue"

"Kemarin ada yang bilang kalo ketos punya tanggung jawabkan? Jadi, gue perlu bukti dari omongan lo itu"

Ucap Cakra sembari menunjuk-nunjuk Rain

"Iyaudah iya!"

Rain pasrah akhirnya berbalik badan seraya menghentakan kaki kesal menuju ruang guru dengan Cakra yang mengekor di belakangnya. Si gemini hanya menggeleng kecil melihat tingkahnya.

Itulah mengapa saat ini mereka berada di hadapan salah satu guru untuk bernegosiasi.

"Baiklah kalau begitu, ibu beri kesempatan satu kali lagi untuk Cakra melaksanakan ulangan susulan kembali. Ingat ya, ini yang terakhir" .

Rain yang mendengarnya pun tersenyum senang tak lupa berterima kasih, setelah itu mereka berdua pamit keluar dari ruangan itu.

"Udahkan urusan gue udah selesai! Gue udah bantu lo nego sama Bu ida, kalo bukan gue ga bakal deh lo di kasih kesempatan sama tuh guru killer"

Cakra hanya memutar bola mata malas saat mendengar ocehan pria kecil di sebelahnya.

"Lo harus berterimakasih sama gu...e, CAKRA!"

Rain dibuat kesal lagi, lantaran kedua kalinya ia tak di hiraukan oleh si gemini. Ia hanya dapat melihat punggung lebar itu berlari menjauh dari pandangannya.

Cakra sudah tak peduli dengan teriakan Rain padanya sejak saat Nevian temannya mengirim pesan yang mengharuskan ia untuk segera datang secepat mungkin.

Masih dengan jaket denim, Cakra berlari berbelok ke arah sebuah tempat. Saat sudah sampai, kakinya otomatis berhenti dan terkaget saat kedua bola matanya melihat kobaran api yang membakar sebuah warung kecil, warda.

Warda merupakan warung kecil milik kakek dadang, warung itu jadi tempat berkumpulnya Cakra bersama teman se-geng perkumpulannya. Warung tersebut juga sudah puluhan tahun berdiri dari masa ke masa.

Cakra dapat melihat semua temannya dan warga sekitar mencoba untuk memadamkan kobaran api agar tidak merambat kemanapun. Lantas ia pun dengan cepat segera ikut turun tangan membantu.

Setelah memakan waktu satu jam lebih, api berhasil di padamkan. Untung saja jarak warung dari ke warung cukup berjauhan.

"Kenapa bisa jadi kayak gini, Nev?" lantas Nevian menggeleng

"Gue juga gatau, gue baru dateng warda udah kebakaran dan orang-orang rame buat bantuin pademin, gue juga langsung cepet hubungin yang lain terutama nih anak bertiga"

Jelas Nevian sambil menunjuk temannya, Ezio, Galih dan juga Juna.

"Bang"

Cakra mengalihkan matanya pada Juna.

"Kenapa, Jun?" tanya Ezio

"Andre sama Sandi, masuk rumah sakit semalem" Mereka semua terkejut dengan kabar itu

"Iya bang. Gue sama Juna semalem nemuin mereka di jalan. Kayaknya mereka abis di keroyok, muka sama badan mereka babak belur parah dan sampe saat ini mereka belum sadar. Gue gatau gimana nasibnya mereka andai gue sama Juna ga lewat sana"

Juna merogoh sesuatu dari kantongnya. Kemudian dia mengeluarkan sebuah benda.

"Anjing!" pekik Galih

"Ga salah, ini punya agorda. Bangsat juga si bagas" ucap Nevian

"Cupu banget tuh anak main keroyokan mulu" sambung Ezio

"Gue curiga warda kebakaran juga ulah mereka" timpal Juna

Cakra mengepalkan tangannya kencang. Ini sungguh sudah keterlaluan dan sudah mengancam nyawa teman-temannya. Apalagi harus melibatkan sumber pencarian makan orang lain. Cakra melihat dari jauh bagaimana kakek dadang dan istrinya yang menangis melihat nasib dari warung mereka.

"Andre sama Sandi nasibnya gimana bang? Gue kasian sama keluarga mereka, bahkan buat makan aja mereka pas-pasan gimana buat bayar rumah sakit" kata Juna

Cakra tahu fakta bahwa kedua temannya itu memang kurang beruntung dalam perekonomian.

"Gue bakal cari duit buat bantu ganti rugi warda dan biaya rumah sakitnya" jawab Cakra

"Kalo gitu gue juga bakal ikut bantu" sahur Nevian

"Gue juga"

"Gue juga lah bang"

Cakra sangat senang bahwa teman-temannya memang saling peduli satu sama lain. Cakra mengalihkan matanya pada Juna lalu berkata.

"Jun, lo bantu kita kalo ada tawaran buat tanding di sirkuit lo terima aja dan buat siapa yang bakal turun dari kita itu gimana kondisi nanti"










tbc.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CAKRA BUANA [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang