6

744 100 19
                                    

"Mau sampe kapan lo melototin gue kayak gitu?"

Heeseung jengah mendapat pelototan dari Wonbin sejak dirinya menginjakkan kaki di ruang kerja Eunseok. Bukan ruang kerja di kantor, Eunseok memang mempunyai ruang kerja sendiri di rumah, dan Heeseunh yang seharusnya sudah dapat bersantai di rumahnya kini harus menuruti perintah sang atasan untuk menemuinya dan memberikan barang yang dibutuhkan Eunseok.

Setelah makan malam dengan orang tuanya, Eunseok mengajak Wonbin untuk ke ruang kerjanya terlebih dahulu untuk membahas satu hal.

"Dasar pembohong."

Heeseung menghela nafas lelah saat lagi dan lagi ia harus mendengar kalimat yang sama keluar dari bibir Wonbin.

Wonbin duduk di sofa dengan bersedekap dada. Ia masih kesal mengingat saat ia menolong orang di depannya ini membuatnya harus terjebak dalam pernikahan dengan Eunseok.

"Gak ada kata lain yang bisa lo ucapin ke gue selain dasar pembohong? Gue bosen denger pengulangan kalimat yang itu-itu terus kalau boleh jujur." Heeseung ikut bersedekap dada.

"Dasar penipu." Wonbin mencoba kata lain.

Alis Heeseung terangkat satu. "Bukannya itu artinya sama? Ayolah buat kalimat yang lebih kreatif lagi dong."

"Dasar menyebalkan. Abis lo sama gue.. hiyaa!!" Wonbin tak tahan melihat senyum miring Heeseung.

Wonbin langsung merangsek maju dan memukuli tubuh Heeseung dengan bantal sofa.

"Woy tangan kosong kalo berani."

Heeseung mencoba menghindari pukulan maut yang diberikan Wonbin. Walaupun yang digunakan untuk memukul tergolong bukan benda keras dan tajam, empuk dan lembut malahan. Namun tetap saja akan terasa nyeri jika dipukulkan terus ke tubuh.

Wonbin lalu melempar bantal sofanya asal.

"Yaudah nih udah gak pake senjata. Ayo sekarang bertarung secara jantan!" Wonbin mengepalkan tangannya dan mengangkatnya setinggi wajah. Membuat gerakan seperti petinju yang akan memulai aksinya.

Walaupun jika dilihat Wonbin lebih seperti kanguru yang melompat-lompat dengan dua tangan terangkat.

Eunseok yang sedari tadi menjadi penonton mulai memijit pelipisnya. Ia sudah mulai kehabisan rasa sabar menghadapi tingkah suamimya seharian ini. Eunseok dengan segera menyeruak di antara keduanya. Menghentikan tangan Heeseunh yang sudah terangkat.

"Mau apa kamu?" tanya Eunseok dengan wajah datarnya. Wonbin yang berada di belakang Eunseok mengintip. Ia memeletkan lidah, mengejek Heeseung yang sekarang mendengus.

Padahal Heeseung tadi hanya ingin menyentil dahi Wonbin yang tak mau diam. Tapi pawangnya udah mau ngamuk aja. Heeseung akhirnya memilih berbalik dan mengambil tas kerjanya. Mengeluarkan map berwarna coklat dan menyerahkannya ke Eunseok.

"Semua yang Tuan butuhkan ada di situ."

Eunseok mengangguk. Ia lalu mengeluarkan isi dari map itu. Wonbin masih setia mengintip dari balik badan Eunseok, ikut mencuri lihat apa yang sedang dibaca Eunseok.

"Loh kok ada nama gue? foto gue juga?" Wonbin tak dapat menahan rasa terkejutnya saat melihat wajah dan namanya tertera di buku kecil yang terlihat seperti paspor. Ada juga kertas panjang yang setelah dibaca dengan teliti itu seperti tiket pesawat.

"Tuan Alvaro memberikan kalian berdua tiket berlibur ke Jepang. Hadiah pernikahan katanya."

Mata Wonbin semakin melotot saat mendengar ucapan Heeseung. Berlibur? Ke Jepang? Ini sungguhan?

Eunseok yang mendengar ucapan Heeseung mengangguk. Ia sebenarnya sudah tau akan hal ini. Yang belum mengetahuinya sudah pasti Wonbin. Eunseok berbalik dan kini wajahnya sejajar dengan wajah Wonbin.

Married With Stranger || SEOKNENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang