7

739 95 14
                                    




Wonbin mengetuk-ngetukkan jarinya di jendela pesawat. Memandangi birunya langit dengan awan putih yang bergerombol. Pesawatnya baru saja berangkat kurang lebih lima belas menit yang lalu.

Wonbin menoleh ke arah kiri, tepatnya menatap Eunseok yang sibuk dengan ponselnya.

"Eunseok, ini tinggi ya?"

Eunseok melirik sekilas namun setelahnya kembali fokus ke ponselnya. "Mau ngecek? Saya bantu dorong dari sini."

Wonbin mencebik. "Lo mau jadi duda? Dasar suami tega."

Eunseok menyeringai. Ponselnya kini sudah ia abaikan. "Jadi sekarang sudah mau mengakui saya sebagai suami kamu?"

Wonbin memutar bola matanya malas. "Terpaksa." jawab Wonbin singkat.

Kini Wonbib kembali memusatkan atensinya ke luar jendela. Pikirannya kembali ke malam kemarin sebelum ia memutuskan untuk pergi bulan madu hari ini.

Bagaimana bisa Mama berpikiran untuk memberinya susu hamil? Apa Wonbin ini terlihat seperti perempuan?

Hahh.. memikirkannya saja sudah kembali membuat denyutan di kepalanya. Apalagi saat mengingat Heeseung yang langsung berubah menjadi seorang ahli gizi, menjelaskan manfaat susu yang telah dia buat untuk Wonbin. Makin pusinglah kepala Wonbin.

Eh iya bicara tentang Heeseung, Wonbin sedari tadi belum melihat laki-laki menyebalkan itu.

Wonbin berbalik ke arah Eunseok lagi dan menoel lengan Eunseok yang kini beralih fokus ke tabletnya. Eunseok melirik dan bertanya melalui tatapannya.

"Eunseok.. Kak Hee gak ikut?"

Alis Eunseok terangkat satu. "Kak Hee?"

Mata Wonbin mengerjap. "Ah.. Maksudnya Heeseung Lebih enak dipanggil kak Hee menurut gue, kan lebih tua dia juga dari pada gue.. hehehe." Wonbin menggaruk belakang kepalanya gugup saat melihat raut wajah Eunseok berubah datar.

Cih padahal ia dan Heeseung seumuran, dan kenapa juga ia masih di sebut nama tanpa embel-embel kak sedangkan Heeseung tidak.

"Kenapa nanyain dia?"

"Ehm... itu.. anu.. kan dia itu sekretaris lo.. ehm apa dia gak ngikutin bossnya gituloh.. biasanya kan sekretaris ngekorin bossnya terus."

Eunseok berdecak. Tubuhnya ia condongkan mendekati Wonbin yang langsung mundur memberi jarak.

"Kenapa?"

"Saya saja memang tidak cukup?"

"Hah?" Wajah Wonbin melongo bingung. Eunseok yang gemas langsung menyentil dahi Wonbin pelan.

"Sudah sama saya gini ngapain nyariin Heeseung. Belum cukup memang sama saya saja?" tanya Eunseok dengan tangannya kini mengangkat dagu Wonbin hingga membuat kedua belah bibir Wonbin kembali terkatup.

"Cu—cukup.. cukup kok. Iya udah cukup."

Cukup banget buat Wonbin tekanan batin maksudnya. Jangan ditambah manusia tengil macam Heeseung yang sedari pertemuan awal sudah membuat Wonbin darah tinggi.

Bisa mati muda Wonbin nanti menghadapi dua orang itu.

Keduanya kini kembali terdiam. Wonbin ingin mencoba tidur, namun matanya sama sekali tidak mau terpejam. Eunseok sendiri masih sibuk dengan tab dan ponselnya. Wonbin sampai penasaran apa sebenarnya yang dilihat Eunseok di dua benda persegi itu sampai fokusnya tak teralihkan. Wonbin yang sedari tadi grasa grusu pun tak membuat fokus Eunseok hilang.

"Eunseok.." Wonbin menoel pundak Eunseok lagi. Eunseok menoleh dengan alis terangkat satu.

'Muka jutek gini kok lama-lama keliatan ganteng ya?' batin Wonbin saat dia memandang wajah Eunseok lamat.

Married With Stranger || SEOKNENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang