bab 5

41 4 3
                                    

Para pasukan Padjajaran membopong pendekar wanitanya, sebagian dari mereka membawa wanita tersebut ke ruang pengobatan sebagian pasukan melaporkan jika misinya tidak berhasil.

Kondisi pendekar hebat tersebut cukup parah, belatinya mengandung racun. Malam ini tampak ricuh dengan kehilangan jejak pangeran mereka dan terlukanya seorang wanita andalan Subang Larang

"Maafkan aku rai" Ujarnya dengan perasaan bersalahnya

"Mengapa dirimu meminta maaf, yunda? Kau tidak salah, Putramu benar-benar sangat ganas di malam hari. Hampir saja dia membunuhku malam ini, untung saja Syekh guru pernah memberikan ramuan untuk racun belati dari perguruan mawar hitam"

"Mawar hitam? Bagaimana bisa putraku mendapatkan belati? Ini tidak bisa di biarkan"

"Jangan memaksakan diri yunda, kau tidak tau bahaya apa yang bisa mengancam nyawamu malam ini. Putramu tidak mengenali keluarganya, bisa-bisa hari ini kau tewas di tangan putramu"

"Tetapi bagaimana caranya untuk mengobati putraku? Mana mungkin aku sebagai seorang ibu membiarkan putraku menderita"

"Resi kunjung putih bisa membantumu, yunda, Kau bisa meminta bantuan kepada suamimu."

"Kakanda prabu berada diluar istana bersama Walangsungsang, mereka sudah memberikan surat sejak sore tadi. Tidak ada cara lagi, rai, mana mungkin aku berdiam diri"

"Sudahlah yunda, aku saja terluka apalagi dirimu? Kesaktianku lebih tinggi di bandingkan dirimu. Aku mohon jangan masakan diri"

"Tapi.. Bagaimana kondisi putraku diluar sana? Pikirkan baik-baik kondisi Kian Santang, rai!"

"Jika yunda memaksakan diri maka aku akan ikut, tak peduli sesakit apa aku berjalan. Demi keselamatan bersama, yunda, aku tak mempunyai siapa-siapa"

Subang Larang cukup ragu dengan pilihannya, merasa di lema dengan kondisi kedua orang terdekatnya, ia memilih untuk menetap di istana.

"Ahss" Desisnya

"Aku akan memanggil tabib, tahan sebentar, rai."

•••

"Ayahanda, bukankah dia Rai Kian Santang? Mengapa dirinya bersama resi Kunjung Hitam?" Seru Walangsungsang, sang ayah juga melihat dengan jelas kedua orang yang dirinya kenal

Walangsungsang ingin mendekat tetapi Sliwangi mencegahnya, di gengam tangan sang putra

"Jangan, kita tidak tau apa yang terjadi disini"

Prabu dan anaknya mendekatkan diri mereka di pohon tak jauh dengan Kian Santang

"Raden Abikara, sesosok jiwa jahat Kian Santang. Apakabarmu?"

"Aku tak menyukai basa basi, cepatlah katakan apa maumu dan minggirlah! Aku tak sudi berbicara panjang denganmu, kakek lemah!"

"Putra Sliwangi ternyata jauh sekali dengan kata lemah lembutnya, Raden... Aku menginginkan kematian adik dari ibundamu, Aku akan memberikan darah lebih banyak daripada yang kuu dapatkan"

"Tidak! Sampai kapanpun aku tidak akan membiarkan diriku menguasai jiwa pembunuh jika mereka tidak mengusik ketenanganku!!"

"Raden, pikirkan baik-baik, kau akan mendapatkan darah lebih banyak dibandingkan sekarang. Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dariku, cepat atau lambat  keluargamu akan mengusir dirimu dari istana Padjajaran ini! Ingat itu, kau akan menyesal karna tidak mendengarkan aku, Raden Abikara!"

Misteri Of Raden Kian SantangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang