Kutukan Palsu?

298 31 1
                                    

Prabu pulang dengan perasaan cemasnya, ia lekas berlari kearah wisma sang istri walaupun badannya juga terasa lemas. Di bukanya pintu itu dengan paksa menampilkan seorang bayi di gendongannya

Btw, perjalanan Sliwangi itu 3 bulan yagesya

Ia sempat terkejut dengan kehadiran sang suami yang tampak cemas "Kanda?"

"Apa putra kita baik-baik saja?" Di angguki olehnya, ia menatap lembut mata rajanya "Tenanglah, Putra kita Kian Santang baik-baik saja, kakanda. Mengapa dirimu tampak khawatir?"

"Oh syukurlah..."

Akhirnya ia bisa bernafas lega setelah mendengar ucapan sang istri, kutukan yang Nyai Endang Nirwarsah mungkin saja tidak pengaruh pada putranya. Dirinya berulang kali mengucapkan kata syukurnya sebab sang putra tidak mendapatkan kutukan karna ulahnya, ia membunuh suami Nyai hanya karna amarah. Dirinya sudah menyesali perbuatan, Nyai Endang Nirwarsah adalah teman baiknya, ia tidak tau jika temannya itu mempunyai suami.

"Kenapa melamun, kakanda? Apa yang kau tutupi dariku? Aku istrimu, kau berhak menjadi tempat untuk kau lampiaskan."

"Tidak ada dinda, tidurkanlah putra kita." Dia mencium kening sang istri lalu beranjak pergi

"Tunggu, Kakanda, Aku... aku boleh meminta tolong? Dinda mohon, kau harus jawab jujur" di gengamnya lengan prabu dengan kuat untuk menghentikan langkahnya

"Dinda mohon, kau harus jawab jujur agar tidak ada kesalah pahaman disini."

"Kenapa?" Tanyanya yang masih melihat wajah tak enakkan sang istri

"Mengapa putra kita mempunyai tanda ini?" Subang Larang memperlihatkan tanda bekas luka di dadanya yang berwarna hitam legam

"Kenapa dinda tidak bilang? Katanya putra kita tidak apa-apa. Mengapa dinda menutupinya dari kanda? Jawab kanda, dinda!" Ujarnya yang setengah membentaknya, ia tersulut emosi akhir-akhir ini

"Maaf" sang istri hanya menundukkan kepalanya, perlahan-lahan air matanya terjatuh "Maaf, maaf jika dinda tidak bilang padamu, A-aku juga paham kanda lama kelama'an akan mengetahui tanda ini."

Dengan suara lembutnya lalu tangannya mengengam kedua tangan Subang Larang "Putra kita Kian Santang akan baik-baik saja, dinda tak perlu khawatir akan tanda itu. Semuanya akan baik-baik saja"

Ia tersenyum diikuti laki-laki dengan senyuman manis, suaminya lekas pergi dari wisma sang istri sedangkan Subang Larang menoleh kearah Kian Santang yang sangat pendiam bahkan ia tak menangis di waktu kelahirannya

"Putraku, ibunda mohon untuk tetaplah hidup selayaknya saudara-saudaramu yang lain. Hidup dengan damai dan tentram, kau pasti bisa mempunyai kehidupan seperti itu. Maafkan perbuatan kedua orang tuamu, bunda janji akan melindungimu dan pembimbingmu jika suatu saat kau menerima karma akibat ulah orang tuamu."

Ia menangis terisak-isak, di gengamnya tangan putranya yang tidak mempunyai dosa sedikitpun. Ia menangis dengan mendengkap Kian Santang kecil, tak luput dari air matanya yang membasahi wajah ibundanya.

Perlahan-lahan tangan Kian Santang mengelus pipi bunda dengan lembut seakan-akan ia mengetahui semuanya

"Putraku..." lirihnya

Misteri Of Raden Kian SantangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang