bab 3

190 17 5
                                    

Hingga pada akhirnya Kian Santang di temukan dalam keadaan tak sadarkan diri juga, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam

Hingga pada akhirnya Kian Santang di temukan dalam keadaan tak sadarkan diri juga, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasinya kira-kira gitu

"Putraku... Mengapa bisa seperti ini nak? Rai cepat kau bawakan Kian Santang ke wismaku, aku akan melaporkan kejadian ini kepada kakanda"

Saat Subang Larang ingin pergi meninggalkan Kian Santang di pelukan Sari, Sang adik menahan lengannya

"Tunggu nyimas, waktu sudah sangat malam pasti gusti Prabu sudah tertidur lebih baik kita sama-sama memikirkan keadaan Raden Kian Santang terlebih dahulu... ku mohon nyimas"

"Tapi... Prajurit yang tak sadarkan diri?"

"Sudah tidak apa-apa, prajurit itupun tidak tewas bukan? Pasti prajurit yang mengelilingi akan melihat prajurit penjaga lorong"

Ia mengangguk, keduanya sama-sama kembali ke wisma Subang Larang tak lupa Sari memanggil tabib

"Kondisi Raden baik-baik saja gusti ratu, nyimas, hanya saja.. hamba merasa keganjalan disini"

"Apa itu tabib?"

"Raden..."

Jleb

Sebuah Panah tepat mengenai jantungnya, Sari menoleh yang tidak ada siapapun orang di luar. Lantas siapa yang memanah tabib?

"Astagfirullah... K-kenapa tabib ini?... PRAJURIT"

"Sandika gusti ratu, jagat dewa batara.."

Sekarang, tubuh tabib itu berubah menjadi busuk. Semua orang yang melihat kejadian ini merasa heran, prajurit yang sudah tau harus melakukan hal apa...mereka lekas mengeluarkan tubuh tabib itu

"Apa hubungannya Raden Kian Santang dengan semua kejadian ini? Tabib itu ingin memberitahukan sesuatu tapi apa? Tabib itu juga tewas seketika saat ingin mengatakan yang keganjalan pada Raden Kian Santang" batinnya, ia melihat wajah kakaknya yang tampak cemas akan semuanya

"Yunda.. sudah, jangan terlalu memikirkan lagi. Pikirkanlah kondisi putramu, jangan terlalu memikirkan tabib ini..."

"Tapi..." ia sangat ragu ucapannya "Tidak ada yang perlu di cemaskan yang terpenting Raden tidak apa-apa" di jawabnya dengan senyuman tipis

"Ekhm" suara batuk itu membuat kedua perempuan lekas menoleh

"Kakanda" dia memeluk sangat erat suaminya, Sang adik hanya bisa tersenyum tipis "Kenapa bisa terjadi seperti ini?"

Misteri Of Raden Kian SantangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang