Kembali

288 31 8
                                    

Ketika sedang duduk santai di beranda untuk menikmati pemandangan malam taman bagian belakang, Seonghwa tiba-tiba saja memanggil salah satu pelayan istana, dengan ramah, “Yunho, bisakah kau membawakan beberapa suksilgwa dan yakgwa? Aku sedang ingin ngemil malam ini.” ia sudah merasa kelelahan setelah melaksanakan banyak mandat seharian ini sebagai penerus tahta, jadi ia yakin dirinya layak mendapatkan beberapa makanan manis sebagai penghargaan.

Yunho tersenyum lembut dan mengangguk penuh hormat. “Tentu Yang Mulia, segera kusiapkan.” Setelah mengatakan itu ia segera berlalu dari hadapan Seonghwa dan Hongjoong untuk melaksanakan titah sang Putra Mahkota. 

Seonghwa dan Hongjoong menikmati embusan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan setelah sehari yang panjang. Seonghwa kini berubah memandang pemandangan taman hijau yang menggelap dengan tatapan kosong, sementara Hongjoong duduk di hadapannya dengan sikap yang tenang. Setidaknya banyak tiang lentera yang dipasang di berbagai sudut, sehingga membantu bulan yang menggantung di langit untuk menerangi taman ini.

“Yang Mulia, kau terlihat sangat lelah,” ucap Hongjoong dengan nada prihatin, memperhatikan ekspresi lelah di wajah pangeran itu. Tidak tahu juga kenapa sekarang Hongjoong berani untuk lebih terang-terangan menunjukkan perasaannya pada Seonghwa, tidak menyangkal atau mengelak lagi seperti sebelumnya. Dan anehnya, entah bagaimana Seonghwa pun seperti sudah terbiasa dengan hal itu. Mungkin karena mereka sudah menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan?

Mengangguk lemah sebagai tanggapan, Seonghwa melemparkan senyuman ke arah Hongjoong. “Ya, hari ini cukup melelahkan,” jawabnya dengan suara yang rendah. Salah satu pekerjaan yang telah ia lakukan siang tadi adalah memimpin rapat bersama para petinggi kerajaan untuk masalah politik dengan Dinasti Qing. Itu bukanlah hal yang mudah.

“Tapi melihat pemandangan ini membawa sedikit ketenangan bagi pikiran yang kacau, terutama dengan beratnya tubuhku saat ini,” tambahnya sambil menyentuh perutnya yang terus dan terus membesar karena kehamilannya. Hal itu bahkan sempat menjadi distraksi beberapa kali bagi semua peserta rapat yang melihatnya, karena sudah terlalu mencolok. Tapi mau bagaimana lagi? Sebagai pemimpin rapat, Seonghwa harus berdiri di depan ruangan, berhadapan dengan mereka semua.

Menanggapi kalimat Seonghwa dengan mengangguk penuh pengertian, mata Hongjoong menyapu pemandangan yang indah di depan mereka. “Taman belakang istana memang tempat yang cocok untuk bersantai dan merenung.”

Ia tersenyum tipis, meskipun tatapannya tetap serius. “Aku di sini untukmu, paduka. Kapan pun kau membutuhkan seseorang untuk berbicara atau sekadar menemanimu, aku akan selalu ada,” ujarnya dengan suara yang tulus, membuat sang lawan bicara tersenyum lega.

Dalam keheningan yang nyaman, Seonghwa dan Hongjoong terus menikmati kehadiran satu sama lain, sementara bulan perlahan bersinar semakin terang, membawa kesan damai di hati mereka.

Beberapa saat kemudian, Yunho sudah muncul kembali dengan membawakan suksilgwa yang manis dan yakgwa yang gurih, sesuai dengan pesanan Seonghwa. “Semoga ini memenuhi selera anda, paduka,” ujarnya sambil meletakkan hidangan dengan hati-hati di hadapan sang pangeran.

Seonghwa tersenyum puas. “Terima kasih Yunho, kau selalu bisa diandalkan. Mari kita nikmati hidangan ini bersama,” ajaknya dengan ramah.

Yunho sempat terkejut mendengar ajakan itu, karena ia belum pernah diajak untuk makan bersama para bangsawan sebelumnya. “Eh? Aku?” ia menunjuk wajahnya, lalu menggeleng pelan. “Tidak perlu, Yang Mulia. Terima kasih, aku sudah kenyang. Silakan anda menikmatinya dengan sukacita.” Ia menunduk sopan.

Sang pangeran menghela napas pelan, kebetulan saat ini juga ia semakin merasa sesak untuk bernapas. Janinnya menekan paru-parunya. “Baiklah kalau begitu. Lain kali siapkan perut kosong ya, supaya kau bisa menikmati hidangan bersamaku.”

Lethal Settlement ⚔ joonghwa [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang