0. Prolog

1.1K 79 1
                                    

°

°

°






Hari ini terasa begitu panjang, dicampur aduk dengan rasa lelah. Gracia, Feni memutuskan untuk berehat sejenak di kantor mereka setelah melaksanakan tugas hari ini.

Tengah malam jalanan sangat sepi, hanya ada pedagang kaki lima yang bersiap siap pulang, serta beberapa mobil mobil yang melintas di jalanan Jakarta.

"Fen, coffee satu." Gracia menjatuhkan tubuhnya pada sofa single yang berada di Ruangan Para Pekerja, seperti detektif, polisi dan juga mata mata.

Gracia, Feni bekerja sebagai detektif. Jujur saja Gracia tidak pemikir kritis berbalik dengan Feni, ia begitu pintar dan cerdik bahkan Gracia sampai kagum dengan kepintaran temannya ini.

Di masa sekolah saja Feni selalu juara pertama di kelas, umum bahkan setiap ia mengikuti Olimpiade yang diadakan sekolah sekolah besar, Feni selalu juara pertamanya.

Feni selalu memancarkan aura positif, dari itu banyak yang suka berteman dengannya, Feni salah satu murid paling populer di sekolahnya.

Ia dikenal banyak guru, siswa/siswi dengan kepintaran, kecantikan, ramah, sopan, dan bijak. Berbeda dengan Gracia, ia juga murid yang populer di sekolahnya.

Tapi ia populer bukan karena kepintaran, melainkan kenakalannya itu, Gracia sering bolos, terlambat bahkan tidak pernah menyelesaikan pr.

Kenapa Feni mau berteman dengan Gracia? Ya karena Gracia itu unik, dia memiliki sisi yang baik+manis. Maka dari itu Feni mau berteman dengan Gracia.

Gracia orang yang sensitif, dia selalu memasang image cool di mana pun. Banyak orang yang takut jika berhadapan dengan Gracia. Tapi ketika Gracia dekat dengan Feni, entah ada apa sifat Gracia berubah drastis.

Gracia yang dikenal dengan cool, cuek, kejam, nakal menjadi manja jika bersama Feni.

Kembali ke masa sekarang.

Kini Feni sedang berjalan sembari menenteng dua gelas yang berisikan susu hangat, coffee hangat. Feni memberi gelas susu hangat kepada Gracia.

"Ish, kok susu! Aku maunya coffe, Mpen!"

Feni memutar malas bola matanya, Gracia masih kecil, kenapa dia meminta coffee? Lagi pula ini sudah malam, meminum coffee akan membuatnya tidak tidur sampai pagi. Feni minum coffee di malam hari ada alasannya. Ia bergadang untuk menyelesaikan misi beberapa hari yang lalu, memecahkan teka teki yang rumit.

"Tinggal minum, ribet."

"Ya aku maunya coffee!!"

"Minum, Gracia."

Mau tidak mau Gracia meminum susu tadi habis dengan sekali teguk, ia sangat menurut kepada Feni karena Gracia sudah menganggap Feni sebagai kakak kandung.

Feni selalu bersamanya, dimana pun itu mereka selalu bareng. Bekerja, jalan jalan, dan apart mereka saja bersebelahan.

Mereka sangat cocok dengan Feni si rajin, Gracia si pemalas. Feni seperti mengasuh anak bayi, Gracia ini tidak bisa ditinggal. Maka dari itu Feni pindah rumah demi bisa menemani Gracia.

Kalau ada apa apa mereka selalu bercerita satu sama lain, tidak ada yang mereka sembunyikan. Kalau Feni mempunyai masalah, Gracia pasti akan membantu Feni memecahkan atau menuntaskan masalah tersebut, sebaliknya.

Saking persahabatan mereka begitu erat, ada yang mengira bahwa mereka berpacaran. Gracia menganggap Feni sebagai kakaknya, Feni menganggap Gracia sebagai adiknya, tidak mungkin salah satu dari mereka mempunyai perasaan yang lebih dari itu.

"Gre, kamu ngerasa ada yang aneh ga?"

Kening Gracia mengkerut, apa apaan kalimat yang dilontarkan oleh Feni? Selama ini Gracia hidup aman aman saja, tidak ada yang aneh maupun mengganjal.

"Maksudnya?"

Feni menepuk pelan keningnya, Gracia ini bodoh atau pelupa? Bagaimana bisa ia tidak mengetahui bahwa Gracia sering diikuti.

"Kamu, ngerasa ada yang nguntit kamu ga?" Di tengah tengah pembicaraan, sesekali Feni mengangkat dua jarinya dan membentuk huruf V yang di naik turunkan.

Gracia bingung dengan arah pembicaraan Feni, menyambung ke apa?

"Haish, bodoh betul. Ada satu orang yang nguntit kamu Gracia."

Gracia mulai mengingat ngingat kegiatan-kegiatan yang ia lakukan sehari hari; bekerja-pulang-tidur.

Gracia tidak keluar dari apartemen kecuali ada tugas dari atasan. Mana mungkin ada yang menguntit dirinya.

"Hah?! Apasih Mpen, bisa to-the-point ga?! Gausah pakai basa basi." Gracia malas berpikir di tengah malam begini, bukan karena itu juga .... Gracia memang tidak pandai menebak nebak begini, yang ada ia akan terbawa kesal.

"Kamu tau para criminal yang kita tangkap 'kan? Nah, dari salah satu mereka ada yang sudah dibebaskan. Dia sekarang menguntit kamu, Gracia."

Di satu sisi Gracia takut, di satu sisi Gracia senang karena ada yang mengikutinya selama ini, cari mati tu orang.

Gracia mengangkat satu sudut bibirnya, Gracia penasaran, ada dendam apa orang itu sampai mengikuti Gracia.

Tengah malam begini Feni mana mungkin bercanda, dilihat lihat wajahnya tampak serius, Gracia saja yang menganggap ini candaan.

Saat ini kantor tidak ada orang, para atasan mereka dan rekan kerja mereka sudah pada pulang, ada yang bekerja memecahkan kasus di tkp, ada juga yang di kantor; menggunakan komputer.

Yang mengambil alih diluar pasti pada pulang setelah menyelesaikan tugas, mereka tidak singgah ke kantor. Gracia dan Feni memang selalu berada di kantor jika mereka pulang kerja.

Gracia teringat sesuatu setelah mendengar perkataan Feni, penguntit? Di masa mereka masih Sekolah Menengah Atas (SMA) Gracia sudah ada penguntit, dia selalu mengikuti Gracia, mengirim surat, coklat di loker Gracia, mem-foto Gracia, bahkan yang lebih parahnya lagi, dia perempuan.

"Dia yang kita tangkap di ... Club."







°

°

°

Bersambung...

Calfa:
Prolognya gimana? Seru ga? Atau gimana? Kalian bisa memberi aku kritik, saran di kolom komentar°°!

Sampai bertemu di chapter selanjutnya!! Selamat malam, siang, pagi semua!!

Penguntit (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang