5. Terkurung

463 57 8
                                    


°

°

°








Saat ini Shani berada di rumahnya, kenapa Shani berada di sini? Kenapa tidak di penjara? Dia bisa sesuka hati keluar pergi dari penjara, tidak ada satupun yang mengetahui bahwa Shani tidak ada di sel penjara.

"My obedient girl, do you love me?"

"What the fuck, what question is that? of course I always love you, Hydra."

Shani mengelus rambut perempuan yang berada di pangkuannya, cantik sekali perempuan ini tapi entah mengapa Shani tidak tertarik kepadanya.

Shani hanya menggunakan tubuh dan otak perempuan ini, dia begitu pintar maka dari itu Shani memanfaatkan kelebihan perempuan ini. Shani mendorong pelan kepala perempuan ini untuk menyandar di pundak nya.

Shani mengelus kepala perempuan yang bersandar padanya dengan lembut sehingga itu membuat perempuan ini ngantuk, perempuan ini mengalungkan tangannya di leher Shani agar semakin dekat dengan Shani.

"Sayang, bisakah kamu mengabulkan permintaan saya? Saya hanya ingin kamu menjumpai Feni dan bermain dengannya, hanya itu saja tidak banyak. Kamu bisa pergi bermain ke luar, tidak terkurung seperti ini. Nanti siang saya tunggu kamu di garasi."

Shani menggendong perempuan itu ke kasur dan menidurkannya, tak lupa juga Shani mencium kening perempuan ini. Shani berjalan ke ambang pintu lalu mematikan lampu.

Di balik pintu Shani membersihkan jasnya yang terkena debu, Shani tau jika gadis kecil di kamar itu belum tertidur. Ia mendengarkan apa yang Shani ucapkan.

Shani menuruni setiap anak tangga, Shani berjalan menyusuri semua koridor mencari ruang bawah tanah. Akhirnya Shani menemukan tangga menuju ruangan yang ia cari cari.

"Hah?! Apa sih? Gue dulu memang suka sama Feni, tapi dulu sekarang gue cinta sama Shani. Masa gue harus deketin Feni? Demi Shani gue akan lakukan apa pun, meskipun nyawa gue menghilang."

Gadis kecil ini terus berbicara dengan dirinya, ia bimbang dengan permintaan 'tuan' nya.

Gadis kecil ini kelaparan, ia butuh cemilan sebelum keluar rumah. Gadis kecil itu menekan bel, dan datanglah seorang asisten rumah tangga.

"Ada yang bisa saya bantu, Non?"

"Aku ingin cookies dan susu."

"Baik."

"Dulu saya sampai mencari seseorang yang mirip Gracia, dan menyiksanya."

Shani mengambil pisau lalu berjongkok di depan mayat perempuan yang mirip Gracia, ia mengikis kulit dingin mayat ini. Darah segar tak lama keluar, Shani mengukir nama dirinya 'Hydra'.

Shani menegakkan kepalanya yang semula menunduk, Shani menatap mata mayat ini kenapa bisa mirip sekali dengan Gracia? Pantas saja Shani menyukai perempuan ini daripada gadis kecil di atas.

Shani mengambil tang dari saku jas, ia mencongkel kedua bola mata mayat perempuan di hadapannya. Shani menaruh dua bola mata ini di kantong plastik berwarna hitam.

"Makasih, Bi."

"Dengan senang hati, saya permisi."

Gadis ini mengunyah satu cookies lalu meminum susu yang telah disediakan, ia diperlakukan seperti tuan putri di rumah ini.

Tak berselang lamanya, gadis kecil yang menempati kamar di atas menuruni tangga. Disambut senyuman Shani dari garasi yang bisa dilihat dengan jelas oleh gadis ini.

Penguntit (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang