8. Masa lalu

472 55 4
                                    


°

°

°








"Gre, gimana penyelidikannya? Ada dapat petunjuk ngga?"

Feni mengaduk aduk bubur ayam yang baru saja diantar oleh Mas Adit. Feni meraih saus di ujung meja lalu menaruh sedikit saus di atas bubur ayam miliknya.

Feni mencicipi bubur tadi setelah sudah diberi saus, kurang pedas. Ia menambah sambel terasi yang sudah disediakan, Feni mengaduk aduk buburnya ternyata sudah pas.

"Aku ... belum menemukan apapun tentang insiden itu,"

Entah mengapa rasanya Gracia ingin menangis saat ini juga, mengingat masa lalu yang menyiksanya itu terlalu sakit. Gracia baru saja merasakan apa itu 'keluarga' tapi takdir berkata lain, ia dipisahkan dengan keluarganya.

Feni menaikkan pandangannya, Gracia enggan menatap Feni ketika berbicara. Ia memilih menunduk, Feni mendengar isakan dari Gracia sepertinya ia sedang menahan tangisannya agar tidak pecah.

"Aku bahkan belum memeluk papa aku, kenapa mereka meninggalkan aku Fen? Sudah cukup aku ditinggalkan papa kandung aku, tapi jangan papa tiri aku juga. Aku udah senang mendengar kabar kalau mama aku akan menikah, dan calon papa aku mempunyai anak perempuan yang lebih tua dari aku sekitar 1 tahun, aku baru aja merasakan mempunyai kakak. Sial, mereka berdua melakukan aku seperti seorang putri."

Feni menggenggam kedua tangan Gracia, bahwa ia selalu berada bersama Gracia. Feni mengilap air mata Gracia yang turun di pipinya, tak lupa Feni memberikan senyuman hangat kepada Gracia, Gracia yang melihat itu pun menjadi sedikit tenang.

"Aku tau menerima kenyataan ini sulit, tenang ya? Pasti suatu saat kamu menemukan kakak kamu yang menghilang. Kenapa aku bilang kalau kakak kamu menghilang? Dia tidak ditemukan di gedung itu ketika bom meledak, mungkin saja ia lagi mencari mu Gracia."

Gracia mengangguk, memang benar apa kata Feni. Jasad kakaknya yang tidak ditemukan, hanya jasad kedua orang tua Gracia saja yang ditemukan. Gracia tidak mengingat wajah kakaknya, karena waktu itu dia masih sangat kecil. Berumur 4 tahun, dan sekarang Gracia berumur 21.

Gracia memakan bubur yang mulai mendingin, enak sekali bubur ayam buatan Mas Adit. Kalau saja Gracia pandai memasak, ia pasti akan meminta resep bubur ayam Mas Adit.

Gracia melirik mangkok bubur Feni, sudah kosong tak bersisa. Feni sepertinya lapar sekali, Gracia menatap lekat wajah Feni yang sedang melamun. "Yan, kalau kakak aku ternyata terus menerus ada di sekitar aku, gimana?"

Seseorang yang mengenakan jaket kulit hitam di samping meja Feni dan Gracia terbatuk kala mendengar ucapan Gracia barusan, ini kebetulan? Mas Adit yang lagi mengantar es teh manis langsung mendatangi perempuan yang tersedak tadi.

"Aduh, lain kali hati hati neng."

Mas Adit memberi minuman pesanan perempuan ini, ia meminum dengan cepat es teh manis buatan Mas Adit.

"Hehe, oke Mas."

Gracia dan Feni sontak melihat ke meja perempuan itu, suaranya terdengar tak asing di telinga mereka berdua. Seperti pernah mendengar suara ini, tapi siapa?

Gracia merasa sudah kenyang, ia meminum air putih lalu mendatangi Mas Adit. "Ini Mas, kembaliannya ambil aja."

Feni menghampiri mobil Gracia terlebih dahulu, udara malam hari sangat dingin. Feni memeriksa jok belakang sebelum memasuki mobil, aman. Barulah Feni masuk dan mengambil handphone Gracia yang tergeletak di kursi pengemudi.

Penguntit (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang