4. Mengikuti

531 66 6
                                    


°

°

°




Energi Gracia dikuras di pesta ini, banyak sekali orang orang kantor yang mengajaknya berbicara, berdansa bersama.

Gracia membuka pintu mobil lalu menutupnya, tak lupa juga mengunci. Ia ingin pulang bersama Feni tapi Feni ada urusan sebentar. Ya, terpaksa Gracia pulang sendirian di malam hari.

Gracia memakai jaket kulit miliknya, biarpun Gracia sendirian di mobil ia tak suka jika memakai pakaian pakaian yang terlalu terbuka.

Gracia menghidupkan lagu supaya tidak mengantuk, takut jika nanti nabrak. Ini cukup untuk membuat Gracia bersemangat.

Sepanjang jalan Gracia merasa aneh, seperti ada yang mengikuti dirinya. Entah itu seseorang atau makhluk gaib, lebih baik Gracia diikuti seseorang daripada makhluk gaib.

Gracia melirik di kaca spion mobil, tidak ada mobil atau sepeda motor di belakang. Apa firasat Gracia saja? Tidak ada yang tau.

Gracia mendengar suara notifikasi pesan, ia secepat mungkin mengambil handphone di tas. Tidak ada notifikasi apapun, ada yang janggal.

Gracia mengintip ke jok belakang, ia tidak bisa melihat terlalu jelas karena gelap. "Oi!" Gracia berteriak, meminta agar seseorang di belakang segera keluar. Ini tidak lucu! Dikira Gracia tidak takut? Ya jelas takut.

Tidak ada sahutan sama sekali, keringat Gracia terus meluncur di pelipisnya. Padahal angin malam cukup dingin, ditambah dengan ac mobil yang menyala.

Gracia menginjak pedal gas mobil untuk mempercepat, menyalip beberapa kendaraan. Ia ingin segera balik ke apartment! Risih sekali jika ada yang menguntit dirinya.

Tunggu, Gracia mengingat perkataan Feni. "Ada yang menguntit kamu." Seketika jantung Gracia berpacu dengan cepat, tangan yang bergetar serta pikiran entah kemana.

Beberapa belokan untuk sampai di apartment, di belokan terakhir Gracia merasa ada yang mengelus ngelus rambutnya.

Gracia langsung mengambil tas lalu menutup pintu mobil dengan kencang, ia memilih untuk berjalan kaki ke apartment. Gracia menyuruh salah satu satpam untuk mengambil mobilnya.

Satpam tersebut mengambil kunci mobil Gracia, ia melangkahkan kakinya dan melihat mobil Gracia di sebrang. Satpam itu membuka pintu mobil, tak lama kemudian satpam itu pingsan.

"Ternyata penakut juga si Gee."

__

"Gre, ini ada jejak kaki!" Feni memotret jejak kaki yang mengarah ke sebuah taman di samping rumah kosong tempat TKP.

"Maaf Yan."

"It's okay, nanti cerita di kantor."

Gracia mengangguk lalu jalan duluan ke taman, ia melihat darah juga sebuah pisau menancap di boneka beruang berwarna coklat. Mata boneka beruang ini menatap Gracia, yang tadinya menatap kebawah.

Feni menyusul Gracia, ia memandangi Gracia yang jongkok sembari mengotak-atik kedua bola mata boneka beruang.

Gracia berhasil mengambil kedua bola mata boneka beruang, ia memperlihatkan kepada Feni bahwasanya bola mata ini seperti bola mata manusia asli.

Feni memberi plastik kecil kepada Gracia, Gracia memasukkan kedua bola mata itu di plastik lalu menaruhnya di tas ransel.

Gracia juga mengambil pisau serta boneka tersebut ke tas ransel, kalau urusan darah biarlah Feni yang mengurusinya.

Gracia menulis sesuatu di kertas lalu ia simpan kertas itu di saku jaket. Feni berjalan ke mobil, pekerjaan mereka telah selesai karena sudah menemukan barang bukti, tinggal memeriksa di genggaman pisau tersebut. Sidik jari seseorang pasti ada di pisau ini.

Gracia dan Feni sudah sampai di Kantor, Gracia segera mengambil kantong darah serta boneka, bola mata, pisau untuk diperiksa di laboratorium.

Feni memberi beberapa foto yang ia potret di TKP kepada salah satu rekan kerja mereka. Pria ini mengangguk setelah melihat foto yang Feni berikan.

Feni duduk di sofa seraya menyalakan komputer, jari jari Feni menari di keyboard. Lincah sekali Feni mengetik.

"Lo dimana semalam?" Feni bertanya dan mendapatkan tatapan dari Shani dari sel.

Feni beralih menatap kembali ke Shani, meminta balasan. Apakah ia yang membuat Gracia kepikiran? Feni tidak tau ada musibah apa yang menimpa Gracia tadi malam.

"Gua? Di sel." Shani menjawab dengan jujur karena di tengah malam Shani berada di sel ulangi, tengah malam.

Jawaban Shani tidak sesuai ekspetasi Feni, Shani pasti berbohong. Tapi Feni tidak mau ambil ribet, ia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Gracia memasuki ruangan, ia melihat Feni sedang mengerjakan pekerjaan di komputer. Shani sedang tertidur dengan hoodie yang menutup wajahnya.

Gracia duduk di samping Feni, ia menaruh kepalanya di pundak Feni, menyandar di pundak Feni adalah obat bagi Gracia jika ia sedang stress.

Feni menutup komputer lalu menyimpannya, ia memilih untuk mendengarkan keluh kesah Gracia. Sebelum memulai percakapan, Feni tersenyum licik ke arah sel. Biar apa Feni? Biar Shani melihat mereka saat ini.

Shani? Ia memilih membelakangi Gracia dan Feni, mengapa Shani harus melihat pemandangan menggelikan itu? Ia bisa mendengarkan percakapan mereka bukan melihat.

"Yanti, masa semalam ada orang di mobil gua."

"Hah? Kok bisa?"

"Mungkin cuman perasaan gua aja, tapi gua ngerasa ada yang janggal ketika di perjalanan pulang,"

"Pertama ada suara notifikasi pesan, gua kira dari handphone gua ternyata engga ada. Kedua, ada yang ngelus rambut gua dari jok belakang."

"Udah kamu periksa di jok belakang?"

"Udah, tapi engga ada siapa siapa. Gua memutuskan berhenti di belokan terakhir, gua nyuruh satpam buat antar mobil gua ke apartment."

Shani terkekeh kecil tapi didengar oleh Feni, Gracia. Mereka berdua melihat sel Shani, mungkin Shani sedang bermimpi indah sehingga ia tertawa.

"Mungkin kamu berhalusinasi karena kecapean, udah jangan dipikirkan."

Gracia mengangguk, benar kata Feni mungkin Gracia halusinasi. Tapi itu terasa sangat nyata! Ah, sudah jangan dipikirin.

Perut Gracia berbunyi, alarm untuk makan siang telah berbunyi! Gracia izin keluar ke dapur untuk memasak mie. Feni meminta Gracia memasakkan untuk dirinya juga.

Tinggal lah Feni dan Shani di ruangan ini, Feni sudah mengetahui alasan dari Gracia. Ini pasti ulah Shani, ia memasuki mobil Gracia terlebih dahulu sebelum Gracia masuk.

Untuk apa dia melakukan hal aneh seperti itu? Shani sudah kelewatan batas, tapi Feni seolah olah menutup mata padahal ia tau.

"Apa dengan ini pekerjaan Gracia terganggu, Feni?"






°

°

°

Bersambung...

Penguntit (GreShan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang