"Hmm~"
Sang pemegang kunci bersenandung ria di bawah sang rembulan yang tengah menyebarkan sinarnya dengan lembut di keheningan malam. Sinar rembulan berhasil menembus tebalnya dedaunan pohon, seolah menyorot sang figur menaiki bukit.
Sesekali ia berputar, mengikuti alunan yang tak beraturan. Dengan kedua kakinya yang hanya beralaskan kaos kaki, ia menaiki satu persatu anak tangga yang berada di bukit penuh tanaman, tak jauh dari tempat tadi.
Angin malam juga memainkan rambutnya dengan lemah lembut, tetapi juga tak beraturan. Tanpa penerangan dari sang rembulan, tempat itu benar-benar gelap.
Perlahan, ia mendengar langkah kaki yang seolah sedang mengejarnya. Sang pemegang kunci hanya mempercepat atau kadang melambatkan langkahnya.
"SPK!"
teriak bayangan itu kesal. Bayangan yang tengah mengejarnya merasa jengkel karena merasa seperti dipermainkan.
"Oh?"
Alunan tak beraturan itu berhenti. Sang pemegang kunci tidak menghentikan langkahnya, ia hanya memutar badan, tetapi tetap menaiki anak tangga.
"Kau benar-benar akan terus melakukan semua ini?!"
protes bayangan itu sambil mempercepat langkahnya.
"Terus melakukan semua ini? sampai sekarang saja, kau masih menggunakan bahasa formal kepadaku. Kau benar-benar akan terus melakukan semua ini?"
"Aku hanya melakukan apa yang orang lain lakukan kepadaku."
Sang pemegang kunci merentangkan kedua tangannya yang menggantung sepasang sepatu.
"Kau ini, protes meluluu~ mengejarku saja tidak bisa. 'Kan tinggal melompat?"
Bayangan itu mendecak kesal. Kapan ia bisa berhenti?
Langkah Sang pemegang kunci terhenti, tentu saja ia telah sampai pada puncak bukit. Tidak ada pohon sama sekali. Tempat itu benar-benar berbeda dengan jalan masuknya yang rimbun.
Di tengah tanah luas itu, Sang pemegang kunci memakai sepasang sepatu yang sedari tadi ia bawa. Meninggalkan jejak merah di setiap langkahnya.
Bayangan itu akhirnya berhasil menyusul Sang pemegang kunci di tanah lapang.
Sang pemegang senapan.
Dengan cepat, ia sudah berhasil menyusul Sang pemegang kunci. Sang pemegang kunci hanya menoleh sebentar ke arahnya, lalu berkomentar,
"Di mana topeng anehmu itu?"
"Maksudmu topeng aneh yang beberapa menit lalu kaupakai?"
sindir Sang pemegang senapan pelan.
Mendengar sindiran Sang pemegang senapan, Sang pemegang kunci menghentikan langkahnya di depan sebuah helikopter yang sudah terparkir untuk waktu yang cukup lama.
"Seingatku, kita memakai topeng yang sama,"ungkap Sang pemegang kunci kesal.
Sang pemegang senapan melepas tas yang sebelumnya menggantung dengan tenang dipunggungnya, lalu membuka ritsleting tas itu.
Mendengar suara ritsleting, Sang pemegang kunci menoleh kembali hanya untuk melihat "baju kesayangannya" terlipat dengan rapi dan sempurna di atas dua topeng gas.

KAMU SEDANG MEMBACA
4-th Lord's
FantasyMengambil latar dunia modern, 100 tahun setelah keajaiban mengerikan. Panggung dan semua boneka tanpa dalang tidak diikat dengan aturan ketat, semua boneka memiliki kehidupan mereka masing-masing. Bagaimana sorot cahaya menyorot semua pertunjukan y...