Chapter 4. Pindahan

32 5 2
                                    

"Disini mau ngekos apa mondok man? " Tanya seorang di seberang telfon.

"Ngekos aja ji, soalnya kan aku dah punya istri, jadi biar bisa bolak-balik ke magelang."

"Wuih suami idaman lu, ya terus si siti gimana, dia di keluarkan dari sekolah apa nggak, kalo iya suruh ikut pindah sini juga." Tanya orang di seberang, ia adalah aji.

Ya, salman dan aji sudah akrab sejak collab kemarin, bahkan ia sudah bisa diajak curhat mengenai salman yang harus nikah dan dikeluarkan dari sekolah.

"Nggak tau si, nanti aku tanya dia."

"Woke, yaudah aku sekolah dulu."

"YOooh."

Telfon berakhir, salman memikirkan masa depan, karena ia keluar dari sekolah, ia terus mencari sekolah yang bisa menerimanya, karena dengan status sudah menikah itu aduh, jadi untung saja ada aji yang katanya disana anak sudah menikah masih bisa sekolah.

"Siti gimana ya sekolahnya, telfon ah." Gumam salman, namun belum ia telfon udah ada telfon dari seberang.

"Halo man." Ucap seorang gadis dari telfon, suara itu menenagkan salman yang gundah, yah karena itu suara istrinya.

"Iya ti."

"Aku tadi malam sudah bicara sama bunda, jadi sekarang aku mau ikut kamu, bisa jemput aku gak? aku kan belum tahu rumah kamu. "

"Oya, baguslah, oke aku aku siap-siap dulu langsung kesana ya." Ucap salman, mereka terus mematikan telfonnya.

Salman persiapan mulai dari mandi ganti baju terus pakai parfum tentunya, soalnya kan mau ketemu sama mertua, meskipun siti disana hanya sebagai anak asuh si.

Setelah selesai persiapan salman hendak langsung otw namun teringat hal penting yang ketinggalan.

"Waduh, rumahku masih berantakan." Gumam salman panik, ia kembali menelfon siti.

"Halo, kalau pindahnya nanti sore gimana."

"Yah, aku sudah perpisahan sama adik-adikku ni, apalagi nanti sore bunda mau ada acara jadi aku harus pergi sekarang."

"Yaudah oke."

Dengan cepat salman mencari sapu kemudian menyapu lantai dengan cepat, ia juga membenahi barang-barang yang tidak pada tempatnya, ia lakukan dengan cepat karena memang buru-buru.

Setelah dirasa cukup aman salman langsung otw dengan mobil brio kuningnya.

Sampainya di panti, salman disambut oleh keluarga siti disana, siti memperkenalkan suaminya pada keluarganya di panti, tentu salman disambut dengan ramah.

"Jadi kamu namanya salman ya, tolong jaga putriku ini ya, bunda tahu kalian masih bocil, tapi bunda berharap kalian bisa rukun, kalian juga harus saling terbuka, jika ada masalah jangan pendam sendiri, selesaikan bersama, terus jangan mudah terprovokasi, kamu juga harus nurut apa kata keluarga salman, mereka juga keluargamu sekarang." Ucap sang bunda, bunda banyak bertutur kata untuk mengantar kepergian putri asuhnya, tentu mereka tanggapi dengan kemantapan.

Setelah itu siti memeluk satu-satu keluarganya, mulai dari bunda dan juga beberapa adiknya yang ada, karena memang ada yang masih di sekolah.

Setelah itu beberapa anak kecil membantu siti memasukkan barang-batang siti yang terbilang lumayan banyak, karena salman membawa mobil jadi sekalian barang siti dibawa semua.

"Kami berangkat, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Lambaian tangan dan juga air mata mengantar kepergian siti, bahkan setelah mobil berjalan siti masih dengan sesegukannya.

Bocil PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang