00

1.1K 95 4
                                    

"ler, mau martabak g-"

"ANJING!"

Sosok bocah ph itu tercengang, tatkala disuguhi pemandangan yang menegangkan. Skylar ―salah satu teman seperjuangan di tim yang sama― sedang berpose aneh bin idiot didepan cermin dengan telanjang dada.

"lu ngapain ajg ler???"

tidak merespon dengan maksud sengaja, Skylar makin melebih-lebih kan bodybuilder pose nya. Sukses membuat saksi bisu di belakang nya bergidik jijik.

"Ini kalo gua six pack, makin kepelet sih orang-orang, pasti." omongan pede setinggi langit, diucapkan oleh manusia kurang lebih setengah dexter.

Irrad memasang ekspresi mual dengan frontal, "jelek anjing, kayak orang gay, ler." mulut tajam kini beraksi.

"Dyffa jijik itu ler." sambung Irrad lagi. ekspresi percaya diri yang semula terukir diwajah Skylar sontak pupus.

"siapa juga yang mau pelet Dyffa." cicit Skylar pelan, tidak menyadari suaranya berhasil terdengar.

"loh, selama ini pacaran sama Dyffa sebagai formalitas aja ler?" sambar lemon yang bak hantu tiba-tiba berada diantara keduanya. keterkejutan yang amat sangat terkejut itu berhasil menggetarkan jantung Skylar hingga ia tak mampu bersuara.

"buset, mon.." Skylar berusaha kokoh, sambil mengelus dada berulang kali. Sementara Irrad berusaha keras menahan tawa, Lemon bergidik cuek lalu kembali berjalan meninggalkan dua insan itu.

Masih terkekeh kecil, Irrad berjalan mengambil jersey di atas nakas lalu melemparnya tepat arah Skylar. "pake cepet ler."

Tangkapan sempurna, berhasil Skylar lakukan dan dengan cepat memakai jerseynya. "Siapa pesen martabak?" tanya Skylar membuka topik baru. "punya brusko, hehe." jawaban instan yang terdengar cukup memuaskan.

Skylar mendengus malas, "yaudah dah, ayo turun." dengan gagah berani Irrad beranjak turun, disusul oleh olehnya.

Jujur saja sejak pertama kali pertemuan dirinya dengan Irrad, Skylar bisa dibilang tertarik atau mungkin lebih tepatnya merasa nyaman berada di sekitar bocah energik, apalagi clingy satu ini. Sifat manja yang terus-terusan dihaturkan oleh Irrad membuat Skylar kadang merasa gemas.

Bukan terpaku pada gengsi, namun mungkin lebih cocok disebut fase 'denial'. Skylar yakin ia cukup merasa nyaman di sekitar Irrad, sama seperti perasaan saat Dyffa orang tersayang sekaligus pacarnya bersama dirinya. Skylar mungkin sedikit menolak fakta bahwa rasa sayang atau mungkin cemburu yang ia rasakan kepada Irrad sama seperti yang ia rasakan kepada Dyffa, itu berarti Skylar melakukan kesalahan dengan cara menduakan pacar tersayangnya, bukan? tetapi keduanya memiliki gender yang sama, Skylar dan Irrad, jadi mungkin Skylar merasa ini hanya sebuah pertemanan yang normal dengan sedikit bumbu 'penyedap' diatasnya.

Sekali lagi, tentu bukan gengsi. Skylar secara sadar terkadang memberikan ciuman singkat atau perlakuan manis maupun brutal sekalipun dan lainnya, entah dalam konteks candaan didepan layar atau...

lagi-lagi denial. Bahkan Skylar sendiri denial akan perasaannya yang denial terhadap perasaan yang sebenarnya, atau mungkin sang penulis juga denial??

tidak. tidak tahu.

☆♬○♩●♪✧♩♩✧♪●♩○♬☆

All Out? || SkyRad(?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang