⚠ Skylar POV, alur mundur.
ー 20.17 PM
Sedari awal, secuil niat hanya sekedar mencari hiburan pun udara segar, namun jegatan dari penjual siomay langganan berhasil menggantung waktu larut malam hingga lupa pulang. Skylar melangkah kecil, sedikit lebih bersantai. Sebagian anak-anak GH mungkin belum sepenuhnya tidur, ia pikir.
"KONTOL!" umpatnya memekik lantas berdesis kaku, syukur masih selamat. Mobil melaju kencang dari lawan arah, 99,7% kemungkinan menerjang dirinya, membekukan ujung kepala hingga kaki sejenak.
Tidak asing, itu arah yang sama dari tempat yang ia tuju. Siapa? dalam benak bertanya-tanya. Tidak mengindahkan, ia kembali melangkah dengan tempo sedikit dipercepat.
Gerbang utama di depan. Tungkai melangkah masuk, bertukar sapa, terus menuju tempat tujuan. Baru saja menyentuh ambang pintu kamar, sudut mata cepat terinterupsi oleh satu hal, Brusko?
Skylar mengurungkan niat untuk mengatur tubuh terlebih dahulu, mencuri pandang atas sepenggal keberadaan Irrad yang tertutup punggung Brusko. Samar-samar sedikit meringsut.
Canggung pun malu bercampur menjadi satu, Skylar berupaya berlagak sok cuek kali ini, "Ngapain, Brus?" pertanyaan dilontarkan tanpa menoleh seolah acuh tak acuh pada sosok itu sambil mencari kesibukan yang tak perlu.
"Irrad demam, panas banget badannya."
"Hah?"
Bak bertukar jiwa raga oleh pribadi ganda, perangai Skylar bersilih 180°. Paras leggang beberapa detik lalu diganti oleh kepanikan yang berusaha diredam. Tubuhnya merapat di samping Brusko, jemari pun ikut bekerja. Mengusap kening, pipi, ceruk leher, terus berjalan semakin ke bawah, menuai panas dari tubuh Irrad. 'panas, pake banget.'
pak!
Tamparan halus menyambut tangan sang empu hingga berdesis nyeri sambil mengusap tempat kejadian.
"Tangan lu kotor, cuci dulu bego," protes Brusko dongkol.
"Yeuu, udah ya anjing," balas Skylar tak terima, lantas kembali mengambil jari-jemari Irrad untuk digenggam.
Brusko termenung sejenak, dua lekapan jemari di hadapan kini terpagut erat, nampak mustahil tercerai-berai. Bak memancarkan lampu merah sebagai peringatan akan hal-hal buruk.
"Lu suka Irrad kan, ler?"
Satu kalimat terbesit ditengah-tengah kesunyian.
"Gak." jawaban itu terdengar sangat instan, dikeluarkan tanpa pikir panjang.
"Lu seperhatian gini sama dia, gamungkin gaada maksud―"
"Emang salah? gua perhatian sama temen sendiri?"
Brusko menyungging ujung bibir kias, ekspresi masam tersirat pekat pada parasnya, "gausah denial, ler. Dari kelakuan lu aja udah klop banget kalo lu sebenernya suka sama dia."
Muak. Pertahanan untuk tidak membahas hal-hal seperti ini terlepas atas kalimat provokasi yang di utarakan.
"Bukannya itu elu ya, Brus?"
Tangkis-menangkis, namun yang satu ini lebih matang.
"Muka lu kalo Irrad lagi asik sama gua kecut banget gua liat-liat," kalimat itu berlanjut.
Skak. Kali ini ia boleh mengaku kalah. Tapi bisa dibilang sejak lama dua diantara mereka menyembunyi perasaan seperti ini satu sama lain sejak lama, kan? Saling menerka-terka.
"Kalo iya, kenapa?" sahut brusko terang-terangan. Skylar bukan berusaha berlagak sok inosen, faktanya sedari awal ia sengaja memojokkan Brusko dengan maksud tertentu, hingga mendapatkan hasil sepadan. Sehingga tidak perlu terkejut atas pengakuan yang tiba-tiba itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Out? || SkyRad(?)
Teen FictionBukan terpaku pada gengsi, namun mungkin lebih cocok disebut fase 'denial'. ⚠️ bxb AU, harsh words, OOC, slight Irrad harem, +17(kinda).