"Nanti pulang jam berapa? Gua jemput," ucap Aldo sesaat sebelum Aleccia melepas seatbelt.
Aleccia terdiam sejenak. "Gua balik sendiri ajalah."
"Ada meeting? Atau?" tanya Aldo kepo, padahal biasanya dijemput dia girang lalu jajan gorengan di pinggir jalan.
"Gak ada, ada urusan aja." Aleccia menjawab dengan datar. Dia menoleh ke arah suaminya yang masih saja diam. "Gak pengen nanya urusan apa?" tanyanya.
"Urusan apa?" tanya Aldo manut, bagaikan anak Paud.
"Mau liat properti yang di nganu sama om Reyn." Aleccia menarik kaca tapi kemudian cuma dilihat saja.
"Oh, jadi beli?" tanya Aldo singkat padat.
Pertanyaan itu tak urung membuat Aleccia menoleh dan alisnya bertaut. "Kenapa pikirannya ke sana terus sih? Emang di dunia ini apartemen cuma sebiji itu? Yang bakal gua beli itu? Enggak kan? Elu lupa kalo gua pernah urus pembangunan apartemen sama nganu bareng om Reyn?"
"Ya kan konteksnya mirip, makanya gua nanya. Cuma nanya doang kenapa jadi marah sih?" tanya Aldo ikut terganggu.
"Nanya lu kek orang ngajak gelud," balas Aleccia kesel.
"Tadi elu nyuruh gua nanya, terus gua nanya beneran elunya ngamuk?" Aldo masih kalem, malas ribut aslinya.
Aleccia diam, ya entah kenapa jadi suka ngamuk belakangan. Hal kecil saja jadi membesar tidak karuan, tidak ada apa-apa tapi kepingin ngajak gelud. Siapa yang salah di sini? Semua tampak serba salah. Tas itu segera diraihnya dan sedikit memaksakan diri dia pamitan. Tanpa menoleh lagi Aleccia segera masuk ke dalam kantornya.
"Salah lagi," gumam Aldo yang capek, ya mungkin karena pikirannya sebelumnya sudah capek.
Pernikahan itu, rupanya begini.
***
"Awas kalo diulangi lagi," omel Jully yang mendelik ke arah lakinya.
"Enggak Jul, suwer," balas Alec kumat.
"Ada anaknya kok enak aja Jal Jul," sembur Jully makin murka.
"Iya Mama, maaf. Tapi kan seru itu pengalaman baru," sahut Alec yang emang mana mau disalahkan.
"Iyyyahhh, yayangan Jio nyangsang poon picang." Si bocil ikut menyahut sambil jinjit nunjuk atas.
"Pohon kelapa, bukan pohon pisang." Alec meluruskan anaknya yang rupanya kerap ruwet.
"Iyyah poon kapa," balas Gimbul riang. "Ciii beyi yayangan yagiiii."
"Gak ada, nanti pulang sekolah tidur." Jully berkacak pinggang. "Mama pulang kerja liat kalian belepotan lumpur, mama sterilkan nanti."
"Hehhh?!" Gimbul bengong, diapain itu.
"Buset disterilkan, iya Mama gosah kuatir. Serahkan sama Daddy, nanti Daddy antar Gio ke Paud. Mama kerja saja sama nulung orang sakit, oke?" Alec menenangkan istrinya.
"Awas macem-macem," ancem Jully sambil berjalan ke depan, di mana mobilnya terparkir dan pak sopir udah nunggu.
"Cidak yaaaa cidak," tolak Gimbul sambil dadahin tangannya.
"Iya tidak kok, dah Mama. Serahin semu sama Daddy," sahut Alec dadahin bini yang mau kerja.
Jully mendengar itu rasanya kok malah jadi kuatir. Di rumah itu tidak ada budhe Sum, ada juga sodaranya yang mana kredibilitasnya masih disini diragukan untuk menangani manusia bermarga Andreas itu. Mana ini adalah kediaman masa kecil bapaknya, tak ada Kipli dan Soni juga yang biasanya bisa bantu momong. Mbak Ana, kenapa pake asam lambung kumat segala sih. Katanya habis malam seblak level setan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Baby - Alec Fam season 3
HumorSang CEO tampan mahabenar akhirnya mantu di usia yang masih thirty something, satu anggota keluarga baru akhirnya hadir. Tapi pekerjaan rumahnya belum selesai, masih ada anak bayik bungsu yang masih perlu dibesarkan. Aleid Givanno Andreas, si bayik...