"Heee bagus lu ditawarin minum, malah nawar. Ibarat elu udah dikasih jantung, masih minta leher buat digantung," ucap Aleccia yang merepet kepada adeknya yang cuma melongo.
Ibu-ibu tadi datang kembali dengan sekaleng susu yang diminta. "Gak apa-apa Neng, mungkin karena bule jadi doyannya susu."
"Iyyahhh, macihhh," balas Gimbul yang semringah begitu menerima susu itu.
"Saya juga setengah bule Bu, tapi apa aja doyan. Maunya juga es cendol tapi saya tau diri gak kayak adek saya," kata Aleccia nunjuk adeknya yang dengan nikmat minum susu.
Motor yang dibeli dengan uang Aleccia itu ringsek sedikit dan sudah dipinggirkan, duo ale-ale itu duduk selonjoran di pinggir jalan dikerubuti banyak orang yang awalnya pada ngajak omong English tapi malah bocil bisa jawab pake Jawa segala. Sudah dipastikan kalo itu adalah kecelakaan tunggal jadi gak ada yang perlu diusut lagi.
Tadi yang pertama kali nolongin adalah tukang gorengan yang segera lari nyamper sampe lupa kalo bakwan masih ngambang di wajan, baru setelah diteriakin oleh temannya dia balik, rupanya gorengannya gosong semua. Mau kasian tapi Aleccia aja masih babak belur, nanti aja bilang sama Koko kalo lewat suruh borong itu gorengan buat dibagiin orang sekampung. Juga kasih Gimbul biar makin gendut.
"Boncel semua, bisa bangun gak?" tanya seorang bapak-bapak.
"Bisa Pak, tapi saya males. Sakit semua," jawab Aleccia dengan polosnya.
Gimbul juga angguk-angguk. "Iyyahh, mayes banguuun. Kaki Jio cakit nii."
"Bawa ke rumah sakit sajalah, eh anak mana ini. Kabari keluarganya dulu," kata bapak-bapak yang lain. "Rumah sakit dekat sini kan ada."
"Jangan ke rumah sakit laaaa, bisa heboh se-Indonesia raya nanti, apalagi rumah sakit yang deket sini," ucap Aleccia geleng-geleng dan tangannya dikibaskan, menolak keras.
"Kenapaaaa?" tanya mereka serentak, perasaan bentuknya gak kek anak pejabat. Gak pernah liat di sosmed.
"Itu rumah sakit yang paling deket dari sini, punya mertua saya. Dah paling bener nanti saya pulang naik becak sajalah. Motornya titip," kata Aleccia yang begitu mandiri.
"Coba, keluarganya ditelpon," ucap seorang ibu yang sejak tadi kipasin Gimbul, kasian katanya dikerubuti banyak orang dia keringetan sampe pipinya merah. Mana kaki tangan boncel. Untung pala aman, kepala pake helm dan pipi keknya udah ada airbag-nya built-in.
"Gak bawa hempon, lagian mana saya inget nomer mereka, nomornya panjang bener," kata Aleccia yang kemudian liat pergelangan tangan adeknya. Lah iya Gimbul kan selalu pake jam tangan nganu. "Mbul, coba telpon daddy pake jam tangan elu."
"Hehhh?!" Gimbul melongo.
"Hah heh aja, itu elu cobaa hubungi Daddy. Giliran begini planga-plongo, dahlah capek ngomong gua." Aleccia kesel dan memalingkan pandangan dari adeknya.
"Ciyaaaap, gocah ngamok laaa," kata Gimbul buka jam tangannya dan mulai pencet-pencet. "Ayecciaaa, epon capa ini?"
Aleccia masih mutung, dia tetep gak mau nengok adeknya. Malah pura-pura merem sambil telungkup. Capek mulut jawab pertanyaan orang mana Gimbul juga kek menguras kesabaran. Rasa sikut dan dengkul juga pergelangan kaki perih gak karuan, keknya luka dan semoga gak ada robek, kebayang kalo nanti ketemu Koko lalu diobras. Suwer dokter-dokteran cem gitu gak ada di dalam list.
"Ayecciaaa," panggil Gimbul tapi kakaknya tetep gak mau nyaut, Aleccia mutung beneran. Gimbul mengulangi panggilan lagi sebelum akhirnya tersambung dengan bapaknya.
Sementara itu, di sebuah bandara yang mana di samping pak Alec ada pak Andra yang setia dampingi, smartphone itu bergetar. "Pak, ada Video call dari Gio," ucap pak Andra sodorin benda persegi panjang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Baby - Alec Fam season 3
HumorSang CEO tampan mahabenar akhirnya mantu di usia yang masih thirty something, satu anggota keluarga baru akhirnya hadir. Tapi pekerjaan rumahnya belum selesai, masih ada anak bayik bungsu yang masih perlu dibesarkan. Aleid Givanno Andreas, si bayik...