6

671 69 4
                                    

"Ada apa dengan mu?" Tanya Juan khawatir, dia memegang bahu Candra dan mengguncang kan nya pelan. Apakah manusia ini kesurupan? Oh gawat dia tak pernah belajar cara mengusir hantu.

Candra melepaskan pelan tangan Juan dari bahu nya, lalu dia memberikan tatapan datar. "Tuan, apa yang tuan inginkan? Jika tidak ada bisa tinggal kan saya? Saya sibuk." Juan seketika memegang dada nya.

Sejak kapan Candra menolak nya? Biasa nya tidak pernah. Apakah dia melakukan kesalahan? Tapi dia barusan sampai di rumah itu semalam dan dia juga belum menganggu Candra hari ini.

"B-baiklah aku pergi, jika kau sudah waras tolong temui aku." Candra hanya mengangguk membalas ucapan Juan, dia kembali duduk di meja nya saat melihat punggung Juan yang mulai menjauh.

"Huft— apakah aku sudah terlihat seperti lelaki?" Tanya Candra kepada diri nya sendiri, sejujurnya dia menahan nafas sedari tadi. Bukan masalah Juan tapi bau parfum ini dia sungguh tak suka.

Tapi mana ada lelaki yang menggunakan parfum yang wangi nya manis, sebab itu lah dia ingin menganti parfum. Agar terlihat lebih LAKIK tentunya.

"Aaaaaa sesak...." Rengek nya pelan, dia pun melonggarkan dasi. Setelah itu melepaskan jas rasanya cukup panas, "nah, gini kek." Akhirnya Candra pun bisa mengerjakan berkas-berkas sialan itu dengan santai.

Brak!

"Ma— eh baba! Ian mau mam." Pekik Ian yang baru saja datang, di belakang nya terdapat Azka yang berjalan sambil membawa piring di tangan nya dan mainan dinosaurus di sebelah nya lagi.

Candra menghampiri Ian lalu dia mengangkat badan kecil itu, "kan bisa sama abang Az sayang." Balas Candra sembari berjalan menuju ke meja nya lagi. Dia pun duduk kembali dengan Ian di pangkuan nya.

"Hehe Ian mau nya sama baba."

"Pesawat datang~"

Dengan sigap Ian pun membuka mulut nya menerima sesendok nasi dengan lauk nya itu, "apakah kau tidak ada kerjaan bocah?" Tanya Candra saat melihat Azka yang saat ini tengah mencoret-coret kertas kosong yang dia ambil dari meja nya.

Padahal kertas itu Candra ambil untuk menghitung.

"Tidak, aku sudah mengerjakan tugas sekolah kok." Balas Azka, kertas yang tadi dia coret-coret dia bentuk sedemikian rupa hingga menjadi pesawat.

"Tada! Pesawat..." Mata Ian benatap binar pesawat kertas itu, tangan nya di rentangkan meminta agar benda itu diberikan pada nya. "Mmm, abang— baba." Rengek Ian dengan mata berkaca-kaca.

Pasal nya, Azka tidak memberikan pesawat kertas itu pada Ian. Tapi dia malah meledek nya sembari memamerkan pesawat kertas itu, Ian kan kesal!!

"Azka..." Sang empu hanya memamerkan gigi putih nya, lalu dia memberikan pesawat kertas itu pada Ian. "Mana sun nya?" Ian mengerjab pelan lalu dengan polos mengecup sebelah pipi Azka.

"Aduh, tolong! Gue pingsan ini!!!" Pekik Azka, muka nya sangat merah dengan tangan terus memegang pipi yang baru saja di cium oleh Ian. Salting sendiri dia tuh.

Candra hanya tertawa kecil melihat Azka yang salting sendiri, tapi dia tidak berhenti menyuapkan nasi itu ke mulut kecil Ian. Bocah itu pun dengan spontan terus saja membuka mulu, terlalu sibuk dengan pesawat kertas itu tentu nya.

"Pinter nya, mam nya abis." Ian hanya menyengir, lalu dia mencium hidung Candra yang tepat di depan nya. "Makasi baba udah suapin Ian." Wajah Candra pun memerah pelan. Sial! Ini manis sekali.

"Ayo abang! Kita ke Daddy...." Azka mengangguk lalu dia mengikuti Ian yang sudah keluar ruangan. "Salting kan lu awokwok." Ejek Azka kepada Candra, wajah lelaki itu masih saja memerah.

•••••

"T-tolong menjauh...." Lirih Raka, dia berusaha mengalihkan pandangan nya agar tak bertatapan dengan lelaki yang lebih tua 3 tahun ini dari nya.

Bukan nya menjauh lelaki itu malah terus mendekat sembari menatap dalam Raka, dia suka sekali menjahili sahabat nya ini. Heran, badan besar tapi kelakuannya sungguh imut.

Sungguh, Raka tidak bisa ditatap sedalam itu. Biasanya dia melihat tatapan serius atau pun tajam dari seseorang, tapi saat menerima tatapan ini. Dia sungguh tak kuat dia merasakan seperti akan dimakan oleh manusia satu ini.

"Ah, shss."

"Bodoh! Kau menabrak meja kan!" Gumam Ciko sahabat Raka, sahabat nya dari dulu tidak pernah berubah ya.

Raka hanya mengibaskan tangan nya yang terasa linu, lalu dia mendorong Ciko dari hadapan nya dengan tangan satu nya lagi. Sialan! Gara-gara manusia ini tangan nya linu kan.

"Hehe sorry." Ujar Ciko saat melihat tatapan tidak suka Raka, lalu dia mengambil berkas yang tadi dia taruh di meja dan dia berikan ke Raka.

Raka pun dengan tak ikhlas menerima berkas itu, "itu dari papa gue, kata nya berkas kerja sama buat projek mall bulan depan." Jelas Ciko. Lalu dia mengusak gemas rambut Raka.

Sebelum dia menerima satu bogem mentah di pipi kiri nya, lihat sekarang pipi nya menjadi merah biru lebam seperti ini. Bodoh juga dia, sudah tau Raka tidak suka jika ada yang memegang rambut nya.

"Dah ah! Gue balik ya ke resto ya, makasih lebam nya." Raka tidak peduli, dia hanya sibuk dengan berkas ini. Dia sudah mulai mengurus perusahaan Daddy nya ini.

Kalau Ciko, dia melanjutkan usaha restoran mama nya itu. Benar, Ciko adalah chef disana sekaligus pemilik restoran. Raka juga tidak tau padahal dulu waktu jaman sekolah. Ciko menggoreng telur saja gosong.

Eh tiba-tiba menjadi chef, apa ngga jantungan tuh yang denger? Bahkan Raka sempat memeriksa makanan Ciko takut nya bocah bodoh itu tidak sengaja menaruh racun tikus yang disangka garam. Siapa tau? Dia kan hanya berjaga-jaga.

Sudah lah, jika membicarakan manusia sejenis Ciko sampai mulut berbusa pun tidak akan ada habis nya.

"Rupa nya ini lumayan rumit." Gumam Raka, sepertinya dia harus banyak belajar dari Daddy nya itu. Karena mengatasi hal ini saja dia sudah lumayan pusing.

"Ian sedang apa ya?" Tanya Raka, dia pun memutuskan untuk mengecek CCTV setelah nya dia tersenyum. Di ruang tengah terlihat Azka dan Ian yang sedang menonton televisi bersama.

Dengan sesekali tangan Azka yang jahil mencubit pipi Ian.

•••••

Haloo!!

Up sebelum hiatus awokwok

Btw, jeanne di kick jot anjay

Dah lah

Jaga kesehatan, free 🇵🇸🇵🇸🇵🇸

See you!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Ian? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang