01

24 4 4
                                    















-Jember, 6.12 WIB.

'`'.'`・'・.`'・`'.・''.・







Tok tok!
Tok!

"WOY PENDEKK! BANGUN WOYY."

Tok tok tok!

Suara yang selalu ku dengar sepanjang hari, disertai dengan suara ketukan pintu yang tak kunjung berhenti, membuat waktu tidurku terganggu.

"Aduhh..! Iya iya, bangun nih!"
Hoam...
Teriakku sambil menguap, walau aku sudah berteriak dengan keras, suara ketukan pintu itu masih tak kunjung berhenti.

"Apaan sih... dari tadi."

Aku, Mishella Agreesta Hasant. Umurku 16 dan Sekarang aku menduduki bangku kelas 1 SMA. Terpaksa bangun pagi di hari liburku karena suara ketukan pintu yang tak akan berhenti jika bukan aku yang menghentikan nya sendiri.

Setelah beberapa saat duduk di kasur ku, aku berjalan menuju pintu dengan mengenakan pakaian tidurku, hanya baju hitam polos yang kebesaran, dan celana coklat pendek diatas lututku.

Menyadari suara ketukan pintu itu sudah berakhir, aku segera membuka pintu kamarku dengan keras.

Bruak!

"AAH?!"
Jerit lelaki yang terjatuh karena punggungnya terkena pintu kamarku saat aku membukanya dengan keras.

Dia yang dari tadi mengetuk pintu kamarku disertai dengan teriakannya yang tak kunjung berhenti disaat aku sudah setengah sadar dari tidurku.

"Noh, mampus lu."
Ucapku dengan nada kesal sambil menatap lelaki yang merangkak di lantai depan kamarku.

"Gila lu shel, gw kan bermaksud baik buat bangunin lu."
"Pagi-pagi gini lu tuh harus dah bangun, olahraga biar sehat, biar badan lu jadi tinggi kek gw nih, wkwk."

Lelaki ini mengejek Mishel sambil mendirikan tubuhnya kembali.

Dia adalah Dervin Rahesa Setya, sahabatku dari SD hingga Sekarang. Hubungan kami sebagai sahabat tetap terjaga, bagaimana tidak? Rumah kami berdekatan, jadi kami sering menghabiskan waktu bersama di salah satu rumah diantara kami.

"Yaudah ayo ke bawah, Tante masakin kita oseng-oseng tuna kesukaan lu tuh."
Dervin tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku, mengajakku berjalan menuju tangga untuk turun ke dapur yang ada di lantai bawah.

Dervin.., dengan sifatnya yang jahil, sok asik tapi... Dia emang asik sih, Dia baik, ceria dan perhatian. Sudah lama aku bersahabat dengannya, gak mungkin aku gak punya perasaan padanya. Tapi.. melihat sifat Dervin yang seperti ini kepada semua orang, aku yakin hanya Aku yang memiliki perasaan suka diantara kita berdua. Menyembunyikan perasaan ini karena aku takut, takut jika Dervin akan menjauhiku.


.・。.・゜✭・-・✫・゜・。.







Sesampainya di dapur, disini hanya ada aku dan Dervin.

"Loh Mama ama Papa gw mana jir?" Tanyaku, Aku tidak melihat orang tuaku dan mendengar suara mereka di rumah saat turun ke lantai bawah.

"Ooh, mereka pergi keluar, katanya tadi mau ke rumah Mbah darti, katanya sih Cucunya mau nikah."
Jawab Dervin sambil mengambilkan nasi di piringku.

Why Her? Not MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang