Rumah mereka berdua tidak terlalu jauh dari taman kota, ada banyak makanan ringan yang berada di pinggir sana. Karena itu mereka sering menghabiskan waktu untuk bermain basket bersama.
Sesampai nya di taman kota mereka langsung menuju lapangan basket yang terletak di tengah taman kota tersebut, di pinggir lapangan ada sebuah kursi berwarna putih yang lumayan panjang.
Azka langsung berlari menuju kursi itu, Niat Reynan juga ingin duduk tapi belum sempat ia menepatkan tubuh nya suara Azka sudah memasuki indra pendengaran nya.
"Kamu beliin aku ice cream dulu disana, baru boleh duduk" ucapnya sambil sambil menunjuk penjual ice cream seberang taman.
"Lo tuh bener-bener ya, tunggu disini jangan kemana-mana" dengan malas Reynan melangkahkan kaki nya menuju penjual ice cream yang tadi di tunjuk oleh Azka.
•
•
•Gak sampai 5 menit Reynan sudah kembali dengan salah satu tangan nya yang sudah menegang ice cream rasa vanila, itu ice cream kesukaan Azka.
Reynan hanya membeli satu ice cream, karena dia tidak terlalu suka dengan rasa manis.
Dia duduk tepat di sebelah adik kembarnya dengan tangan yang memberikan ice cream kepada Azka, dengan senyum yang merekah di bibirnya ice cream itu di terima baik oleh adik kembarnya.
Reynan tersenyum melihatnya, ia arahkan mata nya untuk melihat taman yang ia sering kunjungi dengan Azka 'gak ada yang berubah' batin Reynan.
"Aku tau kamu gak suka yang manis-manis, tapi ini kalau gak di cobain rugi banget sih. Cobain sedikit aja deh Rey" ucapnya sambil menyodorkan ice cream yang ada di tangan nya.
"Gak, udah sana habisin katanya mau main basket. Keburu panas nanti" tolak Reynan.
"Dikit aja Rey, habis itu kita main" nampak nya sih bungsu benar-benar ingin Reynan merasakan makanan manis itu.
Karena tidak ingin berdebat terlalu lama akhirnya Reynan mengambil ice cream yang Azka sodorkan untuk nya, Reynan memakan nya tapi sungguh itu sangat sedikit.
"Dikit banget Rey"
"Lo ngomong sekali lagi, gue buang tuh ice cream" ucap Reynan yang udah kepalang gemes sama kembaran, Azka cuma bisa ketawa sambil lanjut makan ice cream tadi.
"Eh iya, habis ini musim semi loh Rey. Aku jadi gak sabar" Reynan menoleh ke arah Azka.
"Kita masih bisa nikmatin musim semi kayak tahun lalu kan, Rey".
"Menurut lo gimana?, lo tau sendiri gue gak terlalu suka sama musim semi. Tapi ngelihat lo seantusias itu saat tuh musim dateng, gue jadi berpikir kalau musim semi gak seburuk itu" Reynan tatap lekat mata indah milih asik kembarnya.
"Dan gue bakal benci sama tuh musim, kalau sampai lo gak ada di samping gue saat tuh musim dateng" ucapan terakhir nya sebelum ia memutus tatapan mereka.
"Aaaa... Reynan so sweet banget, habis nonton film apa kamu?".
"Lo tuh bener-bener minta di pukul ya".
"Ehehe bercanda Rey".
"Terserah".
"Eh jangan marah dong, beneran bercanda. Maaf Rey".
"Iya Azka, gue gak akan bisa marah sama lo" Azka tersenyum mendengar nya.
"Aku janji bakal selalu ada di samping kamu, bukan cuma musim semi aja tapi sampai maut yang pisahin kita" ucapnya sambil mencondongkan hari kelingking ke arah Reynan.
"Harus lo harus terus sama gue, Azka" balas Reynan dengan jari kelingking yang membalas jari milik Azka.
Azka tersenyum lebar saat melihat jari nya di balas oleh Abang kembar nya.
"Sekarang waktunya kita main, let's go" tautan jari keduanya terlepas saat Azka berlari terlebih dahulu menuju lapangan.
Reynan tatap Azka yang berlari meninggalkan nya sendiri di kursi pinggir taman.
'Bakal selalu gue inget janji lo, Azka' batin Reynan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA DUNIA SATU JIWA
JugendliteraturTentang dua anak kembar yang harus berpisah karena keadaan yang memaksa, tentang Azka yang berusaha untuk tetap hidup demi keluarganya, dan tentang Reynan yang harus tetap hidup meski kebahagiaan kecil nya telah tiada "Abang lihat kawanan burung di...