32. Kelahiran dan Kepergian

74 7 3
                                    

Assalamu'alaikum

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.

Sore hari lebaran, sesuai dengan rencana, Suci dan Azam pergi ke makam Kiara. Sampai di pemakaman, mereka mendo'akan putri pertama mereka tersebut. Karena kerinduan yang sangat mendalam, Suci tak kuasa menahan air mata nya. Tangisannya pecah di makam Kiara.

"Kiara, bunda kangen kamu nak
Hiks... hiks"
Suci memeluk batu nisan yang bertuliskan nama Kiara.

Azam pun juga tak kuasa menahan air mata nya. Kehilangan seorang anak memang sesuatu yang tidak mudah untuk diterima. Azam pun memeluk suci untuk menenangkannya.

"Ikhlas ya sayang ya"
Azam menghapus air mata yang membasahi pipi Suci. Suci menanggapi perkataan Azam hanya dengan senyuman.

"Kita pulang ya"
Azam mengajak Suci untuk pulang.

"Iya bang"

"Nak, ayah sama bunda pulang dulu ya"
Ucap Suci dengan mencium batu nisan Kiara. Azam pun juga mengelus batu nisan Kiara sebelum mereka berjalan pergi meninggalkan tempat pemakaman. Azam dan Suci berjalan bergandengan tangan menjauh dari makam Kiara.

Saat perjalanan, Suci tiba-tiba saja berhenti. Terlihat tangannya memegang perutnya.

"Kenapa dek?"
Tanya Azam kepada Suci.

Suci tidak menjawab apapun dan memegang tangan Azam dengan sangat kuat. Tangan suci sangat gemetar pada saat itu. Nafasnya menjadi sesak. Dan tiba-tiba dia terduduk dari berdiri nya.

"Adek kenapa dekk??"
Azam semakin panik dengan keadaan Suci pada saat itu.

"P-perut adek s-sakit bang"
Lirih Suci yang tak kuasa menahan rasa sakit nya.

"Hah, sakitt??
Usia kandungan adek...
Astaghfirullah
Abang lupa"

"Adek juga lupa bang"
Ucap suci dengan air mata yang tak berhenti mengalir. Sepertinya, hari ini adalah hari kelahiran anak Suci dan Azam.

"Kita ke rumah sakit sekarang"
Azam berusaha untuk membantu suci berjalan ke mobil. Selama di dalam mobil, Azam sangat mengkhawatirkan Suci. Suci semakin susah untuk berbicara karena sesak.

"Sabar ya sayang. Bentar lagi kita sampai di rumah sakit"
Azam menyetir mobil dengan kecepatan tinggi.

"A-adek gak kuat bang"
Suara suci terdengar semakin berat.

"Adek, abang mohon sayang.
Kamu harus kuatt"
Azam tidak bisa membendung air matanya melihat keadaan Suci pada saat ini.

Tak ada terdengar jawaban dari suci. Singkat waktu, mereka pun sampai di rumah sakit. Suci di bawa masuk ke dalam sebuah ruangan. Azam hendak masuk menemani Suci. Tetapi, Azam tidak mendapatkan izin dari dokter. Dia pun menunggu di luar. Saat itu, Azam tidak melihat kak Syifa, kak Sindy ataupun bang Elan di rumah sakit. Azam mencoba menelfon kak Syifa, tetapi telfon nya tidak diangkat.

Bertepatan pada saat itu, ada seorang suster yang lewat. Azam menanyakan keberadaan kak Syifa, kak Sindy dan bang Elan kepada suster tersebut.

"Sus, maaf
Bang Elan, kak Sindy dan kak Syifa ada di rumah sakit gak?"

"Gak ada mas.
Dokter Elan, dokter Sindy dan dokter Syifa gak masuk hari ini"

Jalan Cinta Suci Mutiara Fakhirah (Suci Dan Azam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang