Pukul 17.06, Wooyoung memutuskan untuk pulang setelah puas berjalan-jalan di mall bersama Yunho. Wooyoung turun dari bus terakhir yang melintas di daerah tempat tinggalnya.
Ya, sore ini Wooyoung pulang tidak dengan taksi online, melainkan dengan bus. Karena meskipun jam-jam segitu sedang ramai-ramainya orang pulang kerja, justru itu yang Wooyoung rindukan. Ditambah menikmati pemandangan matahari yang mulai turun sembari bersandar di kaca bus dengan telinga yang disumpal earphone, Wooyoung bersenandung di dalam hati saat lagu-lagu dari grup favoritnya ia setel.
Alas sepatu berbahan dasar karet menggesek aspal dengan pelan. Wajahnya semakin cerah seiring langkahnya mendekati rumah. Namun yang tidak ia duga adalah, sebuah mobil sedan berwarna putih menyambutnya di jalanan depan rumah. Dan ia tahu betul itu bukan mobil milik papahnya.
Dengan perlahan Wooyoung mendekati mobil sedan putih tersebut, sedikit berdecak kesal karena mobil itu menghalangi jalannya. Namun seketika terbesit di benaknya, atau jangan-jangan ada orang yang sedang bertamu di rumahnya?
Wooyoung kemudian berjalan sedikit memutar untuk melewati mobil tersebut. "Ini orang gak bisa parkir mobil yang bener, ya?" ucapnya sedikit jengkel.
Tapi sesegera mungkin Wooyoung mengatur nafas demi menekan emosinya. Ia bertekad untuk tidak marah-marah sore ini, ia tidak ingin emosinya yang mudah berapi menganggu dan menghancurkan rencana yang sudah ia siapkan sejak pagi dan nyaris sempurna.
Kembali ia rekahkan senyuman termanisnya. Sudah jam lima lewat, sudah cukup sore untuk pulang dari kampus, dan ia yakin San sudah pulang lebih dulu. Kemudian ia hanya perlu menemui San, bersikap tenang seolah-olah tidak ada yang terjadi, dan kemudian tadaaa....
Oh
Tidak
Rencananya untuk memberi kejutan pada San seketika lenyap begitu menangkap sosok yang akan menjadi target surprise nya tengah bercumbu dengan seorang pemuda lain di halaman rumahnya.
Tepat di depan matanya.
Pemandangan tersebut menghentikan pergerakan Wooyoung. Sekujur tubuhnya seketika kaku. Untuk sesaat jantungnya berhenti berdetak dan menciptakan rasa sesak yang memukul dada Wooyoung dengan sangat kencang.
Bodohnya, ia tidak memberikan reaksi apapun. Wajarnya orang lain ketika melihat pasangannya selingkuh akan berteriak, membentak, marah, atau menangis dengan histeris. Tapi tidak dengan Wooyoung. Ia hanya memandangi lurus-lurus saat bibir San terjamah oleh bibir lain. Menyaksikan bekas bibirnya yang ada di bibir San tersapu oleh bibir lain.
Sampai beberapa menit berlalu, barulah ciuman itu terlepas. Wooyoung tidak lagi dapat menahan sesak di dadanya yang minta untuk dikeluarkan. Sebulir air mata dengan kurang ajar menetes dari sudut matanya dan mengalir di pipi dengan sia-sia. Sialnya, kejadian itu harus terjadi dan disaksikan langsung oleh San yang telah menyadari kehadirannya.
Entah apa yang dipikirkan oleh Wooyoung saat itu, otaknya seketika memerintah untuk segera melarikan diri, menjauh dari San agar ia tidak melihat wajah itu lebih lama lagi, karena semakin lama pandangan mereka bertemu bayang-bayang cumbuan tadi kembali menyesakkan dada Wooyoung.
Wooyoung seketika berlari menjauhi rumahnya, samar-samar ia dapat mendengar San berkali-kali meneriakkan namanya dan meminta untuk berhenti, tapi Wooyoung menulikan pendengarannya dan terus memacu langkahnya entah kemana. Tanpa tujuan yang jelas, tanpa arah yang pasti.
Dan saat itulah kejadian dramatis terjadi. Seperti scene di drakor yang biasa ia tonton, Wooyoung berlari sembari menangis. Kali ini air matanya keluar lebih deras. Sesekali Wooyoung menyeka air matanya dengan kasar, namun air mata itu kembali keluar. Bayang-bayang tadi terus memenuhi kepala sehingga menambah kacau keadaannya, hatinya sedang tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐩𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭 𝐬𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫 || WOOSAN 17+ FF [ON GOING]
Fanfiction"GUA GAK MAU PUNYA SAUDARA TIRI." -Wooyoung "Jangan terlalu benci. Nanti lu bisa suka loh" -Yunho "Gak mungkin!" -Wooyoung . . . - woo: sub/bottom - san: dom/top - bahasa non baku - 17+, 18+, 21+ written by atzgurl