Part 13.

807 69 27
                                    

Wooyoung bersyukur karena pagi ini ia tidak merasakan mual seperti kemarin, terlebih semalam ia sudah meminum obat yang diberikan dokter untuk mencegah morning sick nya kambuh.

Hari ini Wooyoung kembali masuk kuliah seperti biasanya, namun dengan keadaan dirinya yang tidak seperti biasanya. Untuk pertama kalinya ia datang ke kampus dalam keadaan hamil, membawa Wooyoung dan San junior di dalam perutnya yang masih rata.

Semenjak mereka berdamai dari perang dingin di awal pertemuan, keduanya jadi sering berangkat kuliah bareng. Namun tetap, sesampainya di kampus mereka menjaga jarak agar mayoritas mahasiswa yang belum mengetahui hubungan keduanya tidak curiga.

Seperti sekarang, Wooyoung berjalan beriringan dengan San menyusuri koridor kampus. San berjalan di depan sementara Wooyoung mengikuti di belakang. Sepanjang mereka berjalan tidak sedikit mahasiswa yang memerhatikan San, dan itu sedikit menganggu pemandangan Wooyoung. Terlebih saat tiga orang mahasiswi dengan malu-malu memanggil San kemudian menyapa cowok itu, Wooyoung agak dibuat jengkel.

Sorot matanya menatap tajam tiga mahasiswi tadi dan hatinya berkata untuk menjambak rambut ketiganya, namun tidak mungkin Wooyoung melakukan tindakan anarkis tersebut meskipun tangannya sudah gatal.

Genit banget sama cowok yang bentar lagi jadi ayah. Ayahnya anak gue tuh!
tanpa sadar Wooyoung baru saja mendeklarasikan bahwa San adalah miliknya. Dan itu paten, karena kini ia memiliki jejak San di dalam tubuhnya.

Di koridor kampus yang bercabang, keduanya berpisah. Wooyoung meneruskan langkahnya sendiri menuju kelas. Dirinya masih tidak terima. Ia terus menggerutu dalam hati. Rasa cemburu dan niatnya untuk menjambak rambut ketiga mahasiswi genit tadi berganti menjadi rasa kesal pada San karena cowok itu tidak peka dengan suasana hatinya. Seharusnya San tahu kalau Wooyoung berada di belakangnya, seenggaknya cuekin aja cewek-cewek tadi bukannya disapa balik. Sengaja banget ya mau tebar pesona di depan gue?

Entahlah, pokoknya Wooyoung kesel aja. Pagi-pagi udah dibikin badmood.

***

San berjalan santai di koridor lantai tiga sembari bersenandung menyanyikan salah satu lagu milik band asal Inggris bernama Queen, ia bernyanyi di dalam hati. Namun ayunan santai kakinya itu menjadi terburu-buru saat dilihatnya Yeosang dari kejauhan, pemuda dengan paras cantik tersebut kelihatan repot dengan beberapa gulungan banner di masing-masing tangannya.

"Repot banget kayaknya."

Yeosang tersentak kaget saat San tiba-tiba muncul di sampingnya dan langsung mengambil alih beberapa gulungan banner yang berada di tangannya.

"San!" Yeosang memekik senang. Wajahnya terlihat gembira karena bisa melihat cowok bermata sipit itu lagi setelah beberapa hari keduanya tidak bertemu. Dan San masih tetap sama, tampan.

"Temen-temen yang lain kemana? Gak pada ngebantuin?" tanya San, keduanya jalan beriringan.

"Mereka lagi repot, gak enak kalo minta tolong."

"Tapi kan lu juga repot."

"Tadinya. Tapi kan sekarang ada lu, jadi gak terlalu repot lagi." Yeosang terkekeh sambil memasang tampang lucu dan tidak bersalah setelah mengatakan itu. Aji mumpung banget.

San ikut terkekeh dan geleng-geleng pelan. "Dasar! Bisa-bisanya."

Keduanya masih berjalan beriringan. Sebenarnya San tidak berencana untuk mengantar Yeosang ke ruang sekre, tapi karena kebetulan liat dan San merasa tidak enak pernah meninggalkan Yeosang—saat Wooyoung tiba-tiba muncul di parkiran dan menyeretnya pergi, San mau tidak mau membantu dan menemani Yeosang sebagai gantinya. Lagipula kelasnya baru akan mulai 20 menit lagi, jadi masih sempat menemani Yeosang.

𝐩𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭 𝐬𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫 || WOOSAN 17+ FF [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang