Part 12. ⚠︎

996 59 17
                                    

Dua minggu telah berlalu. Kini Wooyoung dan San telah memasuki minggu ketiga semenjak kembalinya kedua orang tua mereka, Tuan Jung dan Nyonya Jung yang baru a.k.a bunda San, ke rumah besar itu dan menjalani kehidupan mereka seperti biasa.

Semua terlihat normal dan baik-baik saja, tidak ada yang berbeda. Hanya sedikit perubahan, di mana selama dua minggu tersebut Wooyoung tidak lagi menempati kamarnya karena ia telah resmi menjadi penghuni baru di kamar San. Oh, jangan tanyakan alasannya. Bahkan San baru menyadari dan mengetahui sifat manja Wooyoung belakangan ini. Wooyoung yang tidak bisa tidur kalau tidak dipeluk atau memeluk San, dan jika San melepaskan pelukannya di saat Wooyoung belum tertidur pulas maka si manis akan langsung terbangun sembari mengerucutkan bibirnya. Marahnya terlihat lucu.

Kalau tidak dipeluk San juga Wooyoung sering bermimpi buruk, menyebabkan dirinya harus terjaga semalaman. Maka dari itu San memutuskan agar Wooyoung tidur bersamanya di kamar milik San, sementara barang-barang Wooyoung tetap berada di kamarnya. Jadi Wooyoung akan kembali ke kamar itu hanya untuk mengambil barang atau mandi, dan akan kembali ke kamar San untuk menghabiskan waktu lebih lama. Oh, bukankah ini kemajuan yang sangat pesat dan baik?

Tapi tenang saja, meskipun keduanya sudah tidur bersama di kamar San selama dua minggu, mereka tidak melakukan yang aneh-aneh. Bercinta? Tidak, tidak. Mau cari mati memangnya? Meskipun mereka sudah satu ranjang bukan berarti mereka bebas melakukan apapun, di bawah sana ada kedua orang tua mereka yang mungkin bisa mendengar desahan mereka kapan saja. Meskipun tidak bisa dipungkiri beberapa kali San tergoda kala melihat Wooyoung.

Oh ayolah, iman San tidak setebal itu untuk menahan gairahnya ketika dihadapkan perasaan rindu ingin kembali menyentuh tubuh Wooyoung. Tapi mau bagaimana lagi? Untuk sekarang paling mentok San hanya bisa memeluk atau mencium Wooyoung.

Ah iya, beberapa kali keduanya senang mencuri kesempatan untuk beradu mulut. Bukan beradu mulut seperti yang ada di gedung DPR sana membahas isu politik sampai naik darah, alias berdebat. Beradu mulut yang dimaksud dalam konteks ini adalah berciuman, bibir bertemu bibir. Durasi ciumannya pun tidak lama karena mereka tidak ingin kebablasan, terutama Wooyoung yang selalu was-was akan ketahuan.

Jadi selama dua minggu itu juga mereka mencoba untuk menjalin hubungan normal, yang sebenarnya tidak normal-normal amat, dan saling memasang wajah poker. Keren. Bahkan mereka tidak perlu casting untuk bisa menjadi pemain film. Karena siapapun yang tidak tahu pasti akan mendambakan hubungan persaudaraan yang dibangun Wooyoung dan San, di mana keduanya "saling melindungi dan saling menyayangi" satu sama lain.

***

Saat San terbangun, ia segera menyadari ada yang kurang. Wooyoung tidak ada di sisinya. Di mana dia?

San segera turun dari ranjangnya dan pergi ke kamar milik Wooyoung namun tidak menemukan pemuda itu di sana. Kamar Wooyoung masih terlihat rapi seperti terakhir kali San melihatnya. Kepalang tanggung dan karena kebetulan ada di kamar Wooyoung, San memutuskan untuk sekalian mandi di kamar mandi milik Wooyoung. Dan selesainya dari sana, San kembali mencari keberadaan Wooyoung ke lantai bawah.

"Wooyoung?" San terkejut sekaligus lega melihat Wooyoung di dapur.

Wooyoung berbalik dan tersenyum pada San. Dia memakai kacamata pagi ini. Dan kedua tangannya sibuk mencuci sayuran.

"Udah mandi? Gua lagi mau masak nih, kalo udah jadi nanti kita sarapan," kata Wooyoung lembut, sementara ia masih fokus dengan bahan-bahan makanan di tangannya.

Wow. Sesaat San terpaku dengan apa yang dilihatnya, membuat ia berpikir bahwa Wooyoung adalah orang yang cocok untuk dijadikan istri 🌚, canda istri.

𝐩𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭 𝐬𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫 || WOOSAN 17+ FF [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang