Karena aku telat update, maka sebagai permohonan maaf aku buat part kali ini lebih panjang. Selamat membaca
"Udah sampe di kelas?" tanya San di telepon.
"Udah. Baru aja sampe," jawab Wooyoung sambil mengangguk, meskipun San tidak bisa melihatnya.
"Oh, bagus deh. Lu baik-baik aja, kan? Kalo ada apa-apa kabarin gua. Terutama kalo bagian 'itu' lu sakit."
Wooyoung refleks berhenti melangkah. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kekhawatiran San barusan. Hanya saja kata-kata terakhir San mengingatkan Wooyoung tentang kejadian itu. Dan kenapa juga San harus mengatakannya sekarang, bagaimana kalau ada teman sekelasnya yang mendengar?
Wooyoung menghela napas. "Hmm," jawabnya dengan gumaman. Klik. Kemudian melanjutkan langkahnya menuju meja yang akan ia tempati setelah mematikan sambungan telepon tersebut.
Siang ini, Wooyoung dan San kembali masuk kuliah setelah dua hari meliburkan diri—ya, tentunya kalian tahu karena apa. Sebelumnya, di rumah, San sudah melarang Wooyoung untuk masuk kuliah karena kondisi pemuda itu belum sepenuhnya pulih. Tapi bukan Wooyoung namanya kalau tidak keras kepala. Lagipula hari ini adalah giliran kelompoknya untuk presentasi, jadi mau tidak mau Wooyoung harus masuk.
Beruntung tanda yang ditinggalkan San di tubuhnya sudah sedikit memudar, jadi Wooyoung tidak perlu menutupinya dengan kentara.
Omong-omong, semenjak kejadian malam itu hubungan keduanya semakin membaik. Di rumah, Sudah banyak interaksi yang dilakukan Wooyoung dan San, seperti masak dan makan bareng, serta menonton televisi bareng. Mereka juga jadi lebih banyak mengobrol meskipun terkadang keduanya masih merasa sedikit canggung. Dan kemajuan yang lainnya diperlihatkan Wooyoung pagi ini, di mana ia mau menjawab telepon dari San.
"Kira-kira bakal ada keajaiban alam apa ya hari ini? Mungkinkah hujan duit? Atau badai emas? Soalnya gak biasa-biasanya Jung Wooyoung dateng ke kelas dengan muka sumringah gini. Emangnya abis dapet telepon dari siapa sih?" Yunho menyambut kedatangan sahabatnya itu dengan godaan. Wooyoung tidak mengacuhkan. Dibiarkannya Yunho tertawa geli, sementara Wooyoung mendaratkan tubuhnya di kursi sebelah pemuda itu.
"Ledekin aja terus," ucap Wooyoung sambil memutar bola matanya. Senyum geli Yunho seketika berubah jadi tawa.
Tepat sasaran. Wooyoung tidak punya tenaga untuk membalas atau mengelak. Yunho emang bahagia banget kalau udah urusan ngeledekin Wooyoung, apalagi kalau yang jadi bahan ledekannya itu berdasarkan fakta. Kan Wooyoung jadi bingung mau ngeles pakai cara gimana lagi.
***
Begitu kelas pertama selesai, teman-teman kelas Wooyoung sebagian langsung melejit keluar dari kelas. Ada yang menuju kantin, cari minum. Ada juga yang langsung pindah ke kelas lain untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya. Dan sebagian lagi masih bertahan di kelas, salah satunya yaitu Wooyoung dan Yunho.
Keduanya belum ada niatan untuk ke kantin, terlebih Wooyoung. Membayangi harus turun tiga lantai dan keluar dari gedung fakultas mereka saja sudah membuatnya malas. Bukan apa-apa, Wooyoung khawatir kalau terlalu banyak berjalan dan kedua kakinya bergesekan bisa-bisa lubangnya terasa perih lagi. Kan gak lucu kalau tiba-tiba ia kembali ke kelas dengan jalan gaya pinguin, yang ada teman-teman sekelasnya bisa curiga.
"Oh, iya. Ada tuh anaknya."
Di ambang pintu kelas, Jongho, yang punya nama lengkap Choi Jongho, berdiri sambil menunjuk ke arah tempat Wooyoung duduk. Sebelumnya Wooyoung juga sempat melihat Jongho sedang berbicara entah dengan siapa, karena orang yang berbicara dengan Jongho itu berdiri di luar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐩𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭 𝐬𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫 || WOOSAN 17+ FF [ON GOING]
Fanfic"GUA GAK MAU PUNYA SAUDARA TIRI." -Wooyoung "Jangan terlalu benci. Nanti lu bisa suka loh" -Yunho "Gak mungkin!" -Wooyoung . . . - woo: sub/bottom - san: dom/top - bahasa non baku - 17+, 18+, 21+ written by atzgurl