Chapter 2 | Little Lady

502 364 66
                                    

𝑲𝒂𝒓𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒅𝒊𝒍𝒊𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈𝒊 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒖𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈-𝒖𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒌 𝒄𝒊𝒑𝒕𝒂. 𝑫𝒊𝒍𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒏𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏, 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒃𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒏𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒕𝒖𝒋𝒖𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖 𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌.

•••

Happy Reading!

•••

Cafe Fresco, kota Westminster, London.

Badan pulpen yang setengahnya berada dalam mulut Zyon dia mainkan hingga ujungnya bergerak naik turun. Kafe yang hari ini cukup sunyi membuat pikirannya berkelana tak menetap, memikirkan hal-hal yang mulai diluar kendali. Dia sadar, kini masa depannya diambang jurang dan gadis yang membawanya pada kehancuran akan kembali. Ini bukanlah suatu hal yang bisa dia anggap remeh.

Zyon mengacak rambutnya. Jujur saja, dia tak terlalu memikirkan tentang dirinya yang ketahuan mengerjakan tugas murid lain sebab kini yang menjadi fokus kekalutan ini adalah berita yang menghebohkan seluruh sekolah beserta para media, jika putri tunggal keluarga Willow akan bertamu sebagai murid pertukaran di sekolahnya selama waktu yang tak diketahui. Dan itu adalah sebuah malapetaka manis yang tak pernah ia bayangkan. Menopang dagu, dia mengeluarkan alat menulis yang sadari tadi berada dalam mulutnya. Mau sebanyak apapun dia menebak, dia sadar jika tak ada alasan yang masuk akal untuk gadis itu kembali ke kota sialan ini.

"Jangan melamun, dasar bodoh!" Miles memukul kepala belakang sang teman yang sadari tadi dia perhatikan hanya diam seperti orang dungu.

"Kau!" Zyon menoleh dengan pandangan tajam sembari mengusap kepalanya lembut.

Miles melotot. "Apa?"

Zyon merapatkan bibir, kembali ke posisi semula dengan makian lirih yang dia tujukan untuk lelaki yang sekarang dia yakini sedang merasa senang atas ketidakberdayaannya. Ya, dia tak bisa melakukan apapun saat bekerja sebab Miles adalah cucu dari pasangan tua pemilik kafe ini, namun bukan berarti dia tak bisa membalas.

Senyuman manis terbit dibibir lelaki itu, kepalanya beralih memikirkan hal yang dapat dijadikan balas dendam terbaik. Ketika suara pintu terbuka, dia mengganti senyuman menjadi profesional, bersiap melayani pengunjung yang dia kira adalah orang dewasa.

Seorang gadis kecil bergaun kotak-kotak terbungkus jaket hitam tebal terdiam berdiri diambang jalan masuk-yang Zyon tebak sedang meneliti tempat ini. Lalu tak lama setelahnya mata coklat besar itu berbinar, dan langsung berlari bersama boots kecil, menghampiri etalase berisikan berbagai macam makanan termasuk pastry.

Zyon menggigit bibirnya, merasa gemas dengan tingkah sang pelanggan kecil yang tengah menempelkan wajah memerah pada kaca etalase. Dia berjalan ke sisi lain rak berkaca itu yang mana berada dekat dengan kasir, lalu berjongkok. "Ada yang bisa kakak bantu anak manis?"

Bisa di lihat tubuh kecil itu tersentak kemudian seulas senyum muncul. "Aku ingin ini...." Gadis itu menunjuk dengan jari kecilnya pada kue coklat. "Ini...." Dia beralih pada kue donat yang ditaburi gula halus. "Dan ini." Lalu berakhir pada cinnamon roll.

Zyon melebarkan senyuman dengan susah payah, mencoba menahan perasaan nostalgia manis yang disaat bersamaan selalu berhasil menghancurkan hatinya. "Kau ingin berapa? Satu setiapnya?"

"Ya, dan tolong bungkus kan."

Lihatlah, selain cara berpakaian, cara bicara gadis itu juga sama dengan-Zyon menggeleng, mengusir pikiran melenceng yang tak bisa diterima. "Tunggulah di sana, oke?"

RavennaphileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang