❀Prologue☀

84 6 0
                                    

Aku Berpikir Maka Aku Ada

𝓢eorang anak laki-laki berambut brunette tampak sedang memandangi pekatnya warna kehitaman di langit malam- menyandarkan tubuhnya pada railing bridge; pagar pembatas dari sebuah jembatan yang tampak megah, dihiasi dengan lampu berwarna-warni yang menerangi gelapnya malam kala itu. Tingginya berkisar 174 cm, memiliki warna kulit medium kecoklatan dengan tahi lalat di pipi kirinya. Ia terlihat mengenakan seragam SMA yang tampak kusut dan dipenuhi noda kekuningan.

Tanpa pikir panjang laki-laki itu kemudian membenturkan keningnya beberapa kali pada railing bridge. Sudut bibirnya perlahan mengerut, matanya nyalang memandangi aliran sungai yang mengalir. Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya, tak banyak insan yang lalu lalang di sekitarnya. Ia menarik napas panjang sembari sesenggukan, bulir air mata mulai membasahi pipinya yang memerah.

"Apakah keberadaanku di dunia ini benar-benar diartikan sebagai suatu individu yang layak ada?"

Matanya menerawang- ia mengacak-acak rambutnya yang lebat hingga tak beraturan. Ia pun kembali menatap aliran sungai untuk kesekian kalinya. "Air jernih ini, membuatku ingin bernyanyi didalamnya, bersatu dan menghilang dalam kegelapan."

Laki-laki itu terus berusaha untuk berteriak untuk yang kesekian kalinya. Menyadari tak ada yang bisa mendengarnya ditengah kesunyian kala itu, ia pun tertegun, air matanya pun kembali mengalir membanjiri. Suara seraknya tercekat, tubuhnya terhuyung-huyung seperti akan tumbang ke dalam sungai. Hanya satu yang terpikirkan olehnya saat itu.

"Bagaimana cara terbaik tuk mengakhiri semua ini?"

Dikala dirinya sudah tak sanggup lagi untuk berpikir, sebuah tangan menepuk pundaknya dari belakang. Tangan itu tampak cantik namun terasa begitu dingin dan pucat. "Orion!" suaranya menggema, namun begitu lembut- membuat burung-burung disekitarnya berterbangan menjauh dari sumber suara tersebut. Sontak laki-laki itu menoleh saat suara itu memanggil namanya.

Wanita berambut panjang berwarna ash grey dilengkapi dengan floral headpiece yang berkilauan tersebut berusaha untuk menahan tawanya. Gaun panjang menjuntai berwarna broken white tampak sangat indah melingkari tubuhnya. Sementara itu ia berusaha untuk menutupi tawanya dengan jemari sebelah kiri. Kemudian melayangkan jemari kananannya ke arah wajah laki-laki tersebut. Wanita itu menyeka air matanya dengan lembut sembari tersenyum hangat. "Indah.. sekali."

Aku hanya terdiam mematung saat dirinya menyeka air mataku, aroma lembut tubuhnya tercium melintasi hidungku. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menatapnya dalam diam, diriku yang dirundung kebingungan hanya mampu untuk bertanya"Siapakah dia?"

"Terima kasih sudah bertahan sejauh ini, Orion! Kamu adalah salah satu manusia yang berhasil membuatku terkagum hingga saat ini!" Ucapnya sembari mengarahkan telapak tangannya ke hadapanku. "Ambillah.. hadiah kecil dariku, khusus untukmu!" Bola mataku bergulir ke arah telapak tangannya yang tampak kosong. "Tidak ada apapun disana!"

"Oh! kamu tidak bisa melihatnya, ya? maaf.. maaf.. aku lupa" ujarnya sembari tersenyum lembut.

"Deg!" jantungku berdebar sangat cepat.

Ia memajukan kepalanya ke arahku dengan cepat, kini keningnya menempel tepat di hadapanku, sementara pikiranku berputar- masih berusaha untuk mercerna apa yang sedang terjadi. Ia memejamkan matanya sembari mengucapkan sebuah kata yang tidak kumengerti.

❁ "Oke sudah! sekarang kamu bisa melihat apa yang ada di tanganku ini, kan?" Ia kembali merentangkan telapak tangannya yang mungil itu di hadapanku. Terlihat setangkai bunga matahari berwarna putih berkilauan membentang indah di atas telapak tangannya. Aku mengernyitkan dahiku; bertanya-tanya. "Udah.. ambil aja, udah ku bilang ini hadiah kecilku untukmu.." Aku mengindahkan permintaannya tanpa berpikir panjang. Kuraih bunga matahari tersebut- mengangkatnya tinggi tepat di hadapan wajahku.

"Terima kasih telah percaya padaku!" Tuturnya sembari tersenyum hangat untuk yang kesekian kalinya. "Mulai sekarang, cobalah untuk membagikan suara indahmu, dimulai dari orang terdekatmu!" ucapnya lembut. Ia melambaikan jemarinya padaku- menutupi pandanganku dari wajah indahnya.

"TU-TUNGGU!" jeritku.

Dirinya menghilang dalam satu kedipan. Seakan hanyut di dalam samudera terdalam- tak meninggalkan jejak sedikit pun, seakan tidak akan pernah kembali.

Sementara itu, aku pun menyadari ada yang aneh dariku. "A.. A.. A-ku bisa BERBICARA?" Sontak diriku terlonjak kaget- diriku berulang kali meneriakkan suara tertingginya pada langit. Malam selalu menjadi saksi bisu semua penderitaanku. Pada akhirnya, malam juga lah yang mendengar bahwa ada secercah harapan dalam diriku. ☽



White SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang