🔞
Wanita itu melangkahkan kakinya di depan penjara berjeruji, beberapa tahanan sudah tidur tetapi tidak dengan tahanan satu ini.
"Huft.. kamu selalu saja menyusahkan saya." Keluh Ashel lelah.
Tahanan itu menatap sinis Mata Ashel. "Emang kenapa? Lo dari kemarin ngeluh mulu. Gue orangnya gak bisa tidur di tempat kayak gini." Ujarnya.
"Makanya, jangan nakal-nakal, Adzel." Ujar Ashel, pantatnya mulai menduduki kursi yang berada di depan penjara itu.
"Saya akan nungguin kamu sampai tidur." Lanjutnya.
Adzel berdesah kecil, lagi-lagi wanita ini menemaninya. "Gue bosen lo mulu yang nemenin gue, yang lain kek." Gerutu Adzel kesal.
Ashel menggelengkan kepalanya pelan, lalu menatap Adzel dengan serius. Tangannya ia taruh di dagu untuk menahan wajahnya. "Terus? Mau sama siapa, sayang." Tanya Ashel.
"Lo kayak pelakor tau gak? Baju ketat, suka ngegodain orang." Hina Adzel.
"Pelakor-pelakor gini, kamu suka, 'kan?" Ujar Ashel dengan tatapan menggoda.
"Sial."
"Kenapa mukanya merah? Tergoda ya?" Ashel beralih mendekati Adzel yang kebetulan sedang terpuruk di dekat jeruji.
Tangan Ashel meraih tangan Adzel yang lumayan dingin. Ketika tangan itu terlepas dari wajahnya, tampak warna merah muda yang merekahkan senyum Ashel.
"Sampai mimisan gini, kamu mudah banget di godain, ya. Hahaha." Sindirnya, Ashel meraih kepala Adzel lalu mengusap bagian bawah hidungnya dengan lembut.
"Sialan!"
Adzel mengalihkan pandangannya dari Ashel, tampaknya, ia telah melihat sesuatu.
"Hmm?"
"Sudah, tidur sana." Suruh Ashel.
"Gak, gak mau. Gue gak mau tidur, kepala gue pusing." Tolak Adzel.
Ashel melempar tatapan bingung kepada Adzel. Keren sekali manusia ini, bisa tiba-tiba sakit. "Kamu sakit?" Tanya Ashel.
"Menurut lo?"
"Apa jangan-jangan .... kamu pusing karena lihat kecantikan aku?"
"Gue serius, kepala gue pusing." Ujar Adzel.
"Bentar, gue mau nelpon ketua dulu." Ujar Ashel.
Wanita itu berjalan keluar penjara dengan langkah yang elegan.
Panggilan masuk.
"Halo, kenapa? Ada masalah?" Tanya orang itu.
"Enggak, cuma ini ada salah satu tahanan yang sedang sakit, apa boleh saya keluarkan?" Jawab Ashel.
"Boleh, tetapi tetap jaga tahanan itu. Jangan sampai lepas kendali, Ashel." Perintah nya.
"Iya pak, baiklah saya matikan ya pak."
Tut ..
Ashel kembali berjalan mendekati Adzel yang sudah memegang pelipisnya. Sepertinya anak itu memang pusing.
"Kamu boleh keluar, tapi tetap dalam pengawasan saya." Ujar Ashel.
Ashel membuka pintu penjara dengan pelan, Lalu mempersilahkan Adzel keluar. Ashel menaruh kedua tangannya di bawah dada. Lalu mendekati Adzel. "Mau minum obat, gak?" Tanya Ashel.
"Mau, mana obatnya?"
"Sabar dong, saya ambilin minumnya dulu." Ashel meraih satu gelas bening berisi air putih. Kapsul obat juga ia ambil, tangannya menjulur ke arah Adzel.
"Makasih."
Adzel menelan obat itu dengan cepat. Ashel tersenyum melihat itu, tampaknya, Ashel salah memberi obat.
Adzel merasakan panas di tubuhnya, entah kenapa. Tatapannya merujuk pada Ashel yang sedang tersenyum kepadanya, pupil mata Adzel membulat ketika baru sadar apa yang ia konsumsi sebelumnya.
Ashel mendekat pada Adzel, sedangkan Adzel, ia melangkah mundur ketika Ashel mulai mendekat pada dirinya.
Ketika sudah di pojok, Adzel menyerah dengan apa yang 'kan terjadi nanti. Dirinya sudah tak tahan, tangannya meraih pinggang Ashel lalu menariknya kencang. Lumatan kasar Adzel lakukan pada bibir Ashel yang cukup tebal.
Pada malam itu, Adzel melepaskan gairahnya pada Ashel, semakin lama, semakin kasar permainan itu.
"Ahh ..."
END
Open Request di komen
Yang ini sengaja pendek, permulaan. Lagi males nulis juga sebenarnya, hwhehehe