7-Hesa...

22 2 0
                                    

Tubuh kurus nya di lempar, menabrak kumpulan sampah kaleng yang sudah dipilah oleh pemilik nya-

Hesa memaksa tubuhnya untuk bergerak, untuk mengetahui bahwa dirinya dibawa ketempat kesukaan para pembully seperti mereka. Celah kosong yang terletak antara dua gedung. Biasanya digunakan oleh para cleaning service untuk menumpuk sampah-sampah untuk dipilah.

Dia kembali menoleh ke arah pintu hitam yang bertuliskan pintu belakang, berharap akan dibuka oleh petugas gedung yang mungkin bisa menyelamatkan nyawanya.

"Kenapa kau bengong!" Perut nya diinjak.

Astaga, untunglah dia melewatkan makan siang. Jika tidak mereka akan memiliki hal baru lagi untuk mempermalukan dirinya.

Haha..
Hesa tertawa sarkastik, apakah sesuatu seperti ini sudah cukup membuatnya muak hingga bisa memikirkan hal lain.

"Kenapa kau diam, pengecut!" Sekarang rambut hitam nya ditarik kebelakang, memaksa mata mereka bertatapan.

Haaah....
Dirinya sudah tidak memiliki tenaga untuk ketakutan.

"Tidak menarik! Ayo pergi." Derap sepatu ketiga nya perlahan menghilang dari pendengarannya.

'Cuacanya cerah.' dia terbaring menatap langit biru yang begitu cerah, bersinar terang dengan bantuan matahari. Tetapi tidak cukup menerangi tempat ini hingga membuatnya tenggelam dalam kegelapan di balik megah nya dua gedung yang mengapitnya.

Hesa menghela napas, lagi.
Sebenarnya kenapa ketiga orang itu begitu membenci nya.

Apakah hanya karena kekalahan yang mereka dapatkan saat pertandingan basket terakhir.

"Lalu apakah aku harus berhenti bermain basket?"

Berhenti? Dari satu-satunya penyelamat dari hidup nya yang membosankan?

"Eugh...-" Telapak tangan laki-laki itu bergerak menutup mulutnya, menahan suara dari isak tangisa-

"Woah gila"

Hesa tersentak!
Dia segera menoleh ke arah depan, ke arah satu-satunya cahaya matahari bisa terlihat dengan jelas.

Disana..
Seorang gadis menatap ke arahnya, rambut hitam panjang nya bergerak menutup wajah gadis itu- yang sepertinya cukup membuat nya kesal.

"Aku kalah lagi! Dasar angin sialan. Dasar game sialan!" Dia mengumpat. Hp yang tengenggam di tangan kanan nya segera di masukkan ke kantong jaket kulitnya.

Perhatian gadis itu kembali ke arah nya, dia mengangkat wajahnya, angkuh dan menatap nya diam.

"Kali ini pun kau menangis?"

Mata laki-laki itu melebar, terkejut. 'dia melihatnya!'

Langkah kaki itu mendekat, bergerak lurus ke arahnya. Hingga berhenti, tetap di sampingnya.

Matanya mengerjap, dia tidak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas, karena langit biru yang begitu terang.

"Si-siapa?"

"Kayla" gadis itu menjawab.

Ah, dia mengenal nama itu.
Tidak- malah tidak ada seorangpun disekolah yang tidak mengetahui nama itu.
Kayla. Gadis cantik, kaya, dan liar. Kayla si liar. Dia hidup dengan tidak terikat oleh aturan apapun. Bahkan guru pun tidak bisa sembarang memperlakukannya.

Dan sekarang, orang itu sedang berdiri dihadapannya dengan tatapan tajam nya.

"Padahal lompatan mu kemarin cukup menarik-" Gadis itu menyamakan tinggi mereka, "Padahal kau bisa menendang mereka dengan kakimu ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

||Dibalik Bayangan||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang