Orang aneh

40 13 4
                                    


Dewa menggaruk pinggangnya, sembari bersandar malas didinding ruko. Pagi-pagi begini enaknya merokok, sambil menyeruput kopi panas. Tapi berhubung nasibnya adalah si malang yang tidak punya uang, jadi Dewa hanya bisa menghirup udara yang kurang segar.

Ya, memang kurang segar. Ruko tempat tinggal mereka 'kan berada dipojok kota, dan dikelilingi banyak sampah.

Mata sayu Dewa memperhatikan seekor kucing berwarna hitam yang tampak bersih, dan berisi. Tunggu, itu bukan kucing yang kemarin, kan? Seingatnya kucing kurus kering yang kemarin itu berwarna coklat, bagaimana mungkin bisa berubah warna dan bentuk tubuh dalam semalam?

"Meong..."

"Suara meongnya seger banget," gumam Dewa.

Kucing hitam itu berlari ke ujung gang, lalu menghilang dengan cepat. Ah, dia pasti punya majikan. Dewa menghela nafas, kemudian hendak beranjak masuk ke dalam ruko namun satu objek mencurigakan membuat laki-laki itu mengurungkan niatnya.

"Juan!" Dewa memanggil Juan yang masih tertidur. "Juan! Kailash!" panggilnya keras.

"Shh.. Apaan?" tanya Juan dengan suara serak. Laki-laki itu mengucek matanya, sambil memperhatikan Kailash yang masih tertidur lelap.

"Liat itu!"

"Jangan terlalu berisik, Dewa." Juan merapihkan poni Kailash yang lepek, dan berkeringat.

Anak ini pasti kepanasan, pikir Juan.

Juan merengkuh pundak Kailash agar merapat ke tubuhnya. Bukan apa-apa, sulit sekali tidur di sofa sempit berdua seperti ini.

"Ju!"

Juan berdecak, ketika Dewa masih tidak berhenti memanggilnya. Laki-laki itu dengan perlahan melepas rengkuhannya dari Kailash, lalu beranjak menuju tempat Dewa berdiri sejak tadi. "Apaan?"

"Liat, Ju---" Dewa mengernyit, seraya menyipitkan matanya. Sosok mencurigakan tadi sudah tidak ada. Bagaimana bisa?

"Liat apa, sih?" Juan ikut menyipitkan matanya.

"Meong.."

Dewa pasti sedang kambuh! Juan mendengus sebal, "Lo teriak-teriak cuma pengen nunjukin kucing ke gue?"

"Bukan!"

"Terus?!"

Dewa kembali memperhatikan ujung gang dengan saksama. Namun suara Juan setelahnya berhasil membuat laki-laki itu naik pitam.

"Lo pasti lagi halusinasi." cetus Juan setelahnya.

"Sial! Lo pikir gue gila?!" Dewa berteriak marah. Emosinya yang semula stabil, mendadak kacau karna untaian kalimat menyebalkan dari Juan.

"Nyaris lebih tepatnya!"

"Gue habisin lo, keparat!"

Kailash mendesis lelah. Ini masih pagi, dan dia sudah disuguhkan suasana menyenangkan seperti ini?

"Woi.." teguran Kailash berhasil membuat kedua anak adam itu menghentikan perkelahian mereka.

"Gara-gara lo Kai jadi bangun, pecandu!"

Dewa membulatkan matanya, "Gue? Gara-gara gue?!"

"Kalian kenapa, sih?"

"Diam, Kai! Gue lagi marah sekarang!" seru Dewa dengan suara serak.

Lagi? Kailash menghembuskan nafasnya. Laki-laki itu menyeka keringat di dahinya, lalu kembali tidur. Sepertinya kali ini giliran dirinya yang sakit.

-Lakuna-

Benar-benar seperti memasuki dunia lain. Pria itu tak kunjung berhenti menggigil sejak tadi. Bagaimana mungkin ada manusia yang tahan tinggal di lingkungan seperti itu?!

"Mereka pasti bukan manusia!"

"Siapa?"

Fabregas mendongak, memandang Vajendra dengan gamang. "Pencuri itu!"

Vajendra mengerutkan keningnya tak suka. Pria itu duduk disebelah sepupunya, seraya meletakkan secangkir kopi panas. "Dapat info apa?"

"Nggak ada info menarik selain mereka cuma sekumpulan manusia menyedihkan yang hidupnya dikelilingi sampah."

"Fabregas!"

"Hei, Aku nggak bohong!" Fabregas mengangkat tangannya, begitu menyadari perubahan raut wajah sang sepupu yang terlihat menyeramkan.

"gimme clear information."

"I've told you before!"

Vajendra menyeruput kopinya, berusaha tetap tenang menghadapi sikap menyebalkan sepupunya. "Saya ada meeting sebentar lagi. Jadi..?"

"Aku cuma dengar nama Juan, dan Kailash diteriaki sama satu remaja laki-laki. Mereka tinggal bertiga di bangunan angker, dan kelaparan." Fabregas meraih cangkir kopi milik Vajendra, lalu meminumnya tanpa segan. "Ah, ucapanku tadi serius. Mereka memang dikelilingi sampah. Kasian sekali,"

Vajendra terdiam mendengar informasi yang Fabregas katakan. Pria itu tidak tau apakah Juan, dan Kailash yang Fabregas sebutkan benar-benar laki-laki itu?

"Cari tau lagi." ucap Vajendra tiba-tiba.

Fabregas membulatkan mulutnya shock. "Hah? Kamu mau aku cari tau apa lagi, bro?"

"Apa saja terserah."

"Vajendra?" Fabregas mengusap wajahnya frustasi. "Kamu mau aku kembali ke tempat angker itu lagi? Kali ini sewa detektif sendiri! I'm enough!"

-Lakuna TBC-

Lakuna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang