Orang gila mana

34 11 2
                                    


Juan masih sakit. Kailash memandang wajah temannya yang kelihatan pucat. Hampir lupa kalau Juan itu tidak bisa dipukuli, apalagi di bagian perut.

Laki-laki itu memiliki trauma abdomen.

Juan yang bertubuh tegap itu tidak sehat seperti kelihatannya. Pertama kali bertemu dengan Kailash waktu itu, Juan hampir mati karena dipukuli sekumpulan preman pasar.

Kailash tidak terlalu paham apa pemicunya, ketika ditanya Juan hanya mengatakan kalau mereka memang suka memukulinya sejak ia masih berumur 11 tahun. Senioritas jalanan.

Juan tidak pernah berobat kerumah sakit. Kailash juga tidak bisa memaksanya, karna orang-orang seperti mereka tidak pantas untuk diobati. Tidak punya uang, dan asuransi. Menyedihkan sekali.

Kailash mengacak rambutnya, sembari bersimpuh disebelah Juan yang tengah tidur diatas sofa. "Makan dulu, Ju." tegurnya lirih.

"Makan apa? Tulang ayam aja kita nggak punya, Kai." sahut Dewa yang sedang berjongkok didepan ruko, sibuk mengusap-usap kucing jalanan. "Liat kucing ini, Kai. Dia hampir mati kelaparan kayak kita,"

Kailash melirik keadaan temannya yang satu lagi, lalu menghembuskan nafas kasar. Laki-laki itu beranjak mengambil kemeja maroonnya. Juan sakit, dan Kailash harus mendapatkan uang mau bagaimana pun caranya.

"Lo mau kemana, Kailash?" Dewa bertanya, tanpa memandang Kailash yang tengah bersiap. "Mending diam disini, gue nggak mau ngurus dua orang sekarat nantinya."

"Kalau gue nggak cabut, yang ada kita bertiga yang sekarat disini karena nggak makan."

"Berempat." Dewa mengangkat kucing kurus yang sejak tadi diusapnya.

"Ya, berempat."

Dewa berdiri, memandang kepergian temannya dengan rumit. Laki-laki itu ingin menangis saja karena merasa tidak berguna untuk Kailash, dan juga Juan. "Kalau lo sekarat juga... gue mungkin bakal bunuh diri," lirihnya.

-Lakuna-

Walaupun hidup seperti anjing liar selama bertahun-tahun, Kailash belum ada keinginan untuk mati. Setidaknya ia tidak ingin mati ditempat umum. Kailash lebih suka mati didalam ruko tempat tinggalnya, lalu membusuk hingga menjadi debu didalam sana tanpa seorangpun bisa menemukannya.

Laki-laki itu memandang dompet mahal yang baru dipungutnya. Apa Tuhan saat ini sedang memberinya keberuntungan? Entah orang sial mana yang menjatuhkan dompet ditengah jalan begini.

Kailash membuka isi dompet itu, lalu menemukan 10 lembar uang pecahan berwarna merah. Seulas senyum miring terpatri dibiarinya, "Yang punya pasti habis gajian."

Segera mengambil semua uang cash yang ada, Kailash kemudian melempar dompet itu ke sembarang arah. Peduli setan dengan pemilik dompet yang mungkin sedang kebingungan saat ini, Kailash harus segera memberi kedua temannya makan sebelum mereka membusuk di ruko tua itu.

-Lakuna-

"Dapat darimana, Kai?" tanya Juan lirih. Laki-laki itu masih kelihatan lemas, bahkan untuk duduk saja harus dibantu oleh Kailash, dan Dewa.

Kailash memperhatikan Juan dengan saksama, takut-takut kalau temannya itu mengalami luka lain yang tidak ia sadari.

"Kailash?" tegur Juan pelan.

"Dijalanan. Ada orang bodoh yang jatuhin dompetnya,"

Juan mengangguk percaya tak percaya, lalu melirik Dewa yang nampak tenang memakan ayam bakarnya, sambil sesekali menggigil. "Makanannya enak, Dew?"

Dewa mengangkat wajahnya. "Ya.. enak,"

Juan tidak bisa menampik kalau ia juga merasa khawatir dengan Dewa. Anak itu selalu terlihat gelisah, namun sedetik kemudian akan melempar cengiran anehnya.

Dewa yang masih muda itu harus hancur karena ditinggal melarat sedari kecil.

"Makanan lo itu ayam, bukan gue." cetus Dewa, tanpa menatap Juan.

"Lo juga harus makan, Kai." ucap Juan, sambil menyodorkan sendoknya kearah Kailash. "Ayo." tegurnya, ketika Kailash tak kunjung membuka mulut.

Kailash tersenyum miring, kemudian membuka mulutnya menerima suapan dari Juan. Setidaknya ditengah ketidakberuntungannya dalam hal apapun, ada sosok Juan dan Dewa didekatnya. Itu cukup, dan Kailash rasa ia akan baik-baik saja.

-Lakuna TBC-

Lakuna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang