"CI RUKA JANGAN LUPA PINTU KAMAR DITU-"
Belum selesai berbicara, Ruka sudah melangkah keluar dari kamar adik bungsunya dengan santai.
Rora yang melihat itu merasa kesal karena cicinya tadi hanya masuk tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan melenggang pergi tanpa menutup pintu kamarnya. Diam-diam, ia mengumpat kesal, menggelengkan kepala sambil menatap ke arah pintu yang terbuka lebar. Bagaimana bisa ia mempunyai seorang kakak yang begitu cuek dan tak perduli terhadap kesopanan?
Siapa coba sih yang tidak kesal, disaat ia sedang asik bersantai di kasur tiba-tiba saja muncul setan berwujud manusia yang mengganggu ketenangannya.
Setelah meninggalkan kamar adiknya, Ruka melangkah ke arah dapur dengan langkah yang santai. Di sana ia melihat bunda nya yang sedang sibuk memasak di dapur, mempersiapkan hidangan untuk makan malam keluarga.
"Bundaa," ucap Ruka sambil mendekap Jisoo dari belakang dengan lembut, memberikan pelukan hangat.
Jisoo tersenyum lebar ketika merasakan pelukan hangat dari Ruka. "Kenapa sayang? Cici udah laper?"
Ruka menggeleng, ia malah semakin mengeratkan pelukannya. Menenggelamkan kepalanya di bahu Jisoo yang masih sibuk memasak, rasanya begitu hangat dan nyaman di bahu Jisoo.
Jisoo hanya tersenyum, membiarkan anak sulungnya itu yang sedang mengeluarkan sifat manjanya. Ia merasakan betapa Ruka sangat menyayanginya, dan itu membuat hatinya terasa hangat.
"Wangi,"
Ucapan itu bukan ditunjukan untuk bau harum masakan yang menyebar di sekitar dapur tetapi justru untuk orang yang sedang memasak. Ia sangat menyukai harum bunda nya. Begitu candu bagi Ruka.
Puas memeluk, Ruka pun melepas pelukannya. "Malam ini makan apa bun?"
"Ayam goreng sama sayur sop," jawabnya, Ruka mengangguk.
"Ayah belom pulang bun?"
Jisoo mengalihkan pandangannya ke arah Ruka. "Kayaknya sebentar lagi pulang,"
Ruka mengangguk lagi, lalu hanya berdiam diri sambil melamun di samping Jisoo yang masih sibuk memasak.
"Cici, panggil kakak sama adek aja. Bunda sebentar lagi selesai," pinta Jisoo.
Ruka mengangguk mengerti, lalu bergerak meninggalkan dapur untuk memanggil adik-adiknya.
"RORA RITA DISURUH BUNDA KE BAWAH," teriak Ruka dengan keras, menciptakan gema di seluruh rumah.
"KALAU GAK TURUN JUGA, AYAM GORENGNYA CICI ABISIN."
Jisoo, yang mendengar teriakan itu dari dapur, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sementara itu, Rora dan Rita yang awalnya berada di kamar masing-masing, yang ada di lantai atas, akhirnya turun ke bawah setelah mendengar teriakan Ruka.
"Sejak kapan bunda melihara monyet sih?" celetuk Rora sambil menuruni tangga bersamaan dengan Rita.
Rita yang mendengar itu bingung, "Monyet? Mana monyetnya?"
"Heh, sopan banget tuh mulut," ucap Ruka yang mendengar ucapan Rora.
"Tumben sadar diri Ci,"
Ruka hanya memberi tatapan malas sedangkan Rita menatap mereka berdua dengan ekspresi bingung.
"Oh, Ci Ruka monyetnya ya?"
Ruka yang mendengar itu hanya bisa menganga. Rita itu anaknya emang suka ngebug dan kelewat jujur jadi mohon maklum saja.
Sementara itu, Rora tertawa puas, "Empat jempol buat kak Rita."
Ruka malah membalasnya dengan tersenyum menyeringai, "Sini jempolnya, pengen cici koleksi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Of Us
FanfictionHanya kisah si sulung, si tengah, dan si bungsu dari keluarga Darmawangsa. Bagaimana keseruan tiga bersaudara yang susah akur, namun saling menyayangi satu sama lain?