3. Si Kuning yang Miring

130 26 0
                                    

Jadwal minggu ini sangat padat. Redhit sedikit menyesal karena sudah menerima banyak joki di slot minggu ini, ia kira minggu ini akan senggang.

Sudah dua hari Redhit tidak tidur lebih dari dua jam. Deadline tugas DKV dan para penjoki benar-benar mengejarnya. Jika kalian melihat kantung mata Redhit, maka kalian akan sadar betapa mengenaskannya kondisi Redhit kali ini.

Redhit, Yasa, dan Karin saat ini duduk di bawah pohon yang memang sering menjadi tempat kumpul mahasiswa. Yasa dan Karin sedikit sibuk dengan handphone masing-masing, sedangkan Radhit masih sibuk dengan laptop di pangkuannya.

"Re, itu mata lo udah capek banget loh. Udahan dulu gih, tidur dulu atau beli makan. Kasian gue liat lo." ucap Karin khawatir.

Redhit melirik, sepertinya ide Karin cukup baik. Maka ia tutup laptop dan menitipkan tas ransel miliknya, "aku titip dulu ya. Mau beli minum di kantin!"

Yasa dan Karin mengangguk, mereka lebih tenang jika Redhit mau mendengarkan nasihat mereka. Redhit itu tipikal keras kepala, sulit sekali dinasehati.

Redhit melangkahkan kakinya ke arah kantin yang tak jauh dari sana. Kelas selanjutnya akan dimulai dalam 15 menit, dan ia sangat mengantuk. Kalau ia makan makanan berat, itu akan semakin memberatkan matanya. Maka kali ini Redhit memilih mengantri di gerai minuman yang menjual segelas kopi. Urusan lambung itu belakangan, yang penting ia tidak tertidur saat kelas.

-
Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 16.00 yang berarti sudah saatnya kembali ke kosan. Tidak hanya bagi anak sekolah, pagi mahasiswa pun jam berakhirnya kelas adalah saat yang ditunggu-tunggu. Terutama bagi sosok yang bibirnya sudah pucat dengan pipi memerah.

Redhit dan kedua temannya memiliki kelas yang berbeda di jam terakhir. Maka Redhit memutuskan untuk segera berjalan ke arah mobil kuning yang terparkir di parkiran FSRD. Perutnya menunjukkan gejolak yang tidak mengenakkan. Dadanya berdebar sejak tadi. Mungkin ini adalah efek dari kopi hitam yang diminumnya.

Seperti dugaannya, jalanan pada sore hari tidak akan pernah sepi. Untuk sekedar keluar dari kampus saja sudah terlihat ramainya kendaraan mahasiswa yang juga ingin menyentuh lantai kosan. Redhit terus merintih memegangi perutnya yang terasa diaduk, saat ini ia menahan rasa mual yang ingin keluar dari mulutnya.

Redhit terus berdoa agar dirinya sampai dengan selamat di kosan karena obatnya tidak pernah ia bawa keluar dari sana. Dengan tangan yang sudah tidak bertenaga, Redhit memarkirkan mobilnya asal dan bergegas menuju kamarnya.

Langkahnya tertatih, dengan bermodal memegangi dinding kosan ia berusaha untuk memasuki kamarnya. Membiarkan tasnya tergeletak di lantai kamar.

"a-ah, sakit banget.." Redhit sudah tidak sanggup. Ia terduduk dengan lemas, kesadarannya direnggut seiring kesadarannya yang hilang.


Jagat biasanya akan selesai nongkrong dengan teman-teman Chiko pukul delapan malam. Namun kali ini ia memutuskan untuk berpamitan terlebih dahulu karena ada tugas yang belum ia selesaikan.

45 menit perjalanan memecah keramaian dengan mobil hitamnya, Jagat akhirnya sampai di parkiran kos yang cukup luas itu.

"Ini mobil gabisa parkir apa gimana deh? Ngasal banget anjir." gerutu Jagat karena mobil kuning milik si seberang terparkir berantakan tidak sesuai pola parkir.

Selesai memarkirkan sedan hitam miliknya, Jagat keluar dari pintu kemudi. Menyapa satpam yang berjaga dengan senyuman manisnya, "ini mobil siapa pak? kok parkirnya berantakan?"

"oh itu punya mas Redhit tadi. Saya mau negur gak tega soalnya mukanya kayak capek pisan.. maafin yah a' jawab satpam yang sering dipanggil pak Bayu itu.

setelah menganggukkan kepalanya ke arah pak Bayu, Jagat melanjutkan perjalanan menuju kamarnya. Sembari bersenandung, langkahnya ia pelankan saat melihat kamar seberangnya terlihat gelap saat matahari mulai tenggelam ini.

"aneh banget, sore-sore lampu mati tapi pintu dibuka." guman Jagat.

Ia mengeluarkan kunci kamarnya, namun perasaan janggal kembali muncul di benaknya.

Jagat berbalik mengamati kamar milik pengguna mobil kuning itu. Ada apa dengan si seberang? memarkirkan mobil saja tidak sempat, bahkan menyalakan lampu dan menutup pintu juga tidak sempat kah?

Jagat melangkah mendekati kamar si seberang. Mengetuk pintu terlebih dahulu, takut si pemilik kamar sedang melakukan hal privasi. Namun tidak ada sahutan dari kamar gelap itu.

"sori, gua masuk ya.." ucap Jagat melangkah memasuki kamar tersebut. Mencari saklar yang biasanya terletak di samping pintu.

klik!
Lampu menyala.

Kamar yang sedikit berantakan terlihat dalam pandangan Jagat. Dan—

"Anjir!"

Seorang pemuda tergeletak di lantai dengan bibir yang memucat.

————

Jangan lupa pencet ⭐️ biar aku makin semangat ya!!

OH TETANGGA! | JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang