Episode 15

281 203 13
                                        

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA!
Typo, koreksi📌

●○●○●○


"Thanks, Dhar! Nanti lo jemput gue lagi, ya!" ucap Nara sambil keluar dari mobil Dhara.

Dhara mengangguk singkat lalu segera melajukan mobilnya meninggalkan rumah Nara.

Setelah memastikan mobil Dhara sudah benar-benar pergi dan tak terlihat lagi, Nara bergegas masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarnya.

Tanpa melepas seragam sekolah, dia merebahkan diri di atas kasur dan mulai memainkan ponselnya.

Beberapa menit berlalu, matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah empat. Ia pun segera mematikan ponselnya, bangkit dari tempat tidur, lalu melangkah ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

Sore ini, ia sudah berjanji akan jalan-jalan bersama Dhara dan mentraktir sahabatnya.



"Bunda, nanti Nara mau pergi ke pantai, boleh gak?" tanya Nara sambil menghampiri Anita yang sedang duduk santai menonton televisi.

Anita menoleh ke arah putrinya. "Boleh. Tapi pulangnya jam berapa?"

"Kayaknya habis Isya langsung pulang deh, Bun. Soalnya badan Nara juga lagi capek."

"Kalau capek ya istirahat. Ini malah mau ke pantai," ucap Anita heran.

Ia benar-benar bingung dengan anak perempuannya yang satu ini. Di mana-mana, kalau capek ya istirahat atau tidur. Tapi Nara malah memilih keluar rumah. Tumben juga, biasanya dia lebih suka hibernasi di kamar.

"Nara juga butuh healing, Bun. Biar pikiran segar," kilah Nara.

Anita hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Ya sudah, tapi nanti berangkatnya hati-hati, ya!" Tangannya terulur, mengelus rambut Nara dengan penuh kasih sayang.

"Kamu ke pantai sama Dhara, kan?" tanya Anita lagi untuk memastikan.

"Iya dong, Bun. Temenku kan cuma dia. Nanti juga Dhara yang jemput."

Memang benar, selama ini Nara tidak pernah membawa teman ke rumah selain Dhara.

"Kalau begitu, sekarang kamu makan dulu, gih!"

"Enggak deh, Bun. Aku mau makan di sana aja. Biar perut aku gak kekenyangan, jadi bisa makan banyak," tolak Nara sambil tersenyum.

Anita hanya mengangguk setuju, tak ingin memaksa.

Namun tiba-tiba, terdengar suara nyaring dari arah pintu yang cukup mengejutkan keduanya.

"PERMISI PARA PENGHUNI RUMAH, DHARA CANTIK ANAK MAMAH DIANA DATANG!"

Teriak Dhara saat berjalan memasuki rumah dengan suara cemprengnya yang sukses membuat seisi rumah refleks menutup telinga masing-masing.

"Lo emang nggak ada sopan-sopannya, ya? Emang lo kira rumah gue hutan, hah?!" omel Nara menghampiri Dhara dengan wajah garang.

"Santai dong, Nar! Perasaan tadi gue udah sopan, loh. Gue kan udah nyapa semua penghuni rumah lo." Dhara menggaruk tengkuknya, tampak bingung.

Nara benar-benar kesal dengan manusia satu ini, yang sialnya adalah sahabatnya sendiri.

"Dasar lo burung, Dhara! Lama-lama gue goreng juga lo," gerutu Nara.

Saat Dhara hendak membalas kekesalan Nara, muncul Anita dari belakang Nara. Dhara pun terpaksa menelan kembali semua umpatan yang sudah nyaris terlontar dari mulutnya.

Detik dan Detaknya (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang