3.💌

34 23 2
                                        

Hallo semua selamat datang di cerita aku...

.....

Suara gemuruh petir terdengar di sebuah kamar dengan nuansa biru langit. Terdapat banyak poster- poster kpop dimana sipemilik kamar duduk termenung di sebuah jendela dengan menatap lurus kedepan yang terdapat sebuah kamar bersebrangan dengan letak jendela yang sama persis.

Bisa dilihat di sebrang sana terlihat bayangan seorang pria yang tengah menelfon dengan prustasi sekali mengacak-ngacak rambutnya kasar.

Setelah termenung cukup lama dia bergerak dan menutup gordennya pelan. Aya melangkah kearah meja belajarnya membuka beberapa buku pelajaranya.

"Olim lagi olim lagi gini amat siklus hidup gue," ucap Aya lirih tanganya bergerah mengambil pulpen dan beberapa menit kemudian dia mulai fokus mengerjakan soal-soal yang menurutnya sulit.

Dor
Dor

"Kak aya ayok makan disuruh mama!" Teriak seorang anak lelaki kedua tanganya serentak menggedor-gedor pintu kamar kakaknya membuat si punya berteriak prustasi dan melangkah kasar kearah pintu.

Cklek

"Bisa sopan nggak si sama orang yang lebih tua huh?"

"Oh iya kakak kan udah tua udah nenek-nenek jadi harus sopan," ujar si anak kecil memeletkan lidahnya tanda mengejek lalu berlalu begitu saja dari hadapanya.

"Awas aja lo gue bales ko!"

Kini dengan berat hari Aya kembali melangkah keluar dari kamarnya memaksa rasa malas dalam dirinya untuk bergerak. Kakinya sedikit lagi akan turun dari tangga lalu mendudukan dirinya di kursi meja makan namun belum sempat beberapa detik dia duduk.

Tingtong

Bunyi bel terdengar menuntun membuat Aya mengendus kesal dan terpaksa melangkah untuk kembali berdiri akibat sang ibunya menyuruhnya membukakan pintu.

Cklek

"Aya my bestfriend tau nggak?" Pekik seorang gadis yang langsung menerobos masuk kedalam rumah.

"Nggak,"

"Ih lo mah, gue mau numpang makan, tidur, dan boker dirumah lo." Gadis itu bergerak memeluk erat sang sahabat yang meronta-ronta untuk dilepaskan.

"Tapi sebelum itu lo pikir dulu woy bercak sendal lo kena lantai rumah gue, gue capek ngebabu mulu." Gadis itu meringis dan membuka sandalnya.

Aya menggelengkan kepalanya lelah dan mencoba menutup pintu rumahnya tapi sebelum tertutup sebuah tangan besar menahan pintunya lalu mendorangnya keras.

"Lo engga lihat gue mau masuk?"

"Eh maaf bang, gue nggak lihat. silah masuk anggap aja rumah sendiri," Aya menggaruk kepalanya tak gatal dan mempersilahkan pria dewasa didepanya masuk walau di hadiahi tatapan tajam.

"Eh ada apa nih, Tumben rame-rame kesini?" Tanya Diana melihat dua anak sahabatnya datang kerumahnya.

"Eh bun, maaf ngerepotin. Raga kesini buat nganter Deci kasian sedirian dirumah, daddy lagi di belanda kalo Raga besok bakal pergi ngurus kerjaan di luar kota."
Ucap Raga panjang lebar setelah menyalimi Diana.

Raga dan Deci memang memanggil Diana dengan sebutan bunda karna wanita itu yang menyuruh apa lagi kedua kakak beradik itu sudah kehilangan ibunya sejak 10 tahun yang lalu.

"Oalah ya udah toh, kayak sama siapa aja kamu ga." Raga meletakan tas milik adiknya itu ke atas sofa lalu beralih mentap kedua sahabat karip itu berlari ke arah ruang makan keluarga.

"Sekali lagi Raga minta maaf ya bun, jadi ngerepotin lagi."

"Udah-udah kamu mah! Mau makan dulu engga? Bunda masak banyak tadi," ujar Diana yang di balas gelengan sopan oleh Raga.

"Oh iya bun, Raga mau nitip ini bisa kasih sama Aya nggak?" Raga mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna coklat dari saku celananya.

"Wah apa ini?" Tanya wanita itu melihat kotak kecil namun terlihat sangat elegan mungkin harganya sangat mahal.

"Ini hadiah ulang tahun Aya kemarin Raga sampe lupa ngasih."

"Kenapa nggak kasih sendiri aja?"

"Bunda kayak engga tau aja," Diana mengangguk bertanda mengerti lalu terseyum lembut.

Bisa dilihat di balik sebuah didinding terlihat sebelah mata yang sedang mengintip keduanya tapi ternyata itu disadari oleh Raga saat mata mereka bertemu membuat si pelaku tergejolak kaget dan langsung berlalu dari sana.

"Kalo gitu Raga diluan ya bun, masih banyak urusan. Apa lagi belum beres-beres."

"Iya kamu hati-hati buat besok sama jaga kesehatan terus." Perintah Diana yang dibalas tanda ok oleh Raga dan mulai berjalan menjauh lalu menutup pintu rumah itu pelan. Diana tersenyum lembut mentap pintu yang sudah tertutup lalu berbalik.

"MAMA!" Pekik Aya membuat Diana hampir terkena serangan jantung dibuatnya.

Plak

"Suka banget ngagetin orang tua," Aya menahan ringisan pada lenganya yang mendapatkan tabokan dari sang ibu. Lalu kedua tangannya terulur seperti meminta sesuatu.

"Apa?"

"Itu kotak kecil berwarna coklat dengan ornamen indah yang dihadiahin oleh sorang pangeran berkuda putihnya Aya mah!" Ucapnya dengan mata berbinar akhirnya semangatnya kembali karna sedari tadi ia merasa badmood.

"Dih alay,"

Diana menyerahkan benda tersebut ke tangan si anak membuatnya tak sabar untuk membukanya dan setelahnya terdengar teriakan histeris Aya saat melihat hadiah tersebut.

Terdapat sebuah gelang silver dengan dengan mainan berbentuk paus dan permata kecil yang memenuhi sekeliling gelang tersebut.

"Bang Raga masih ingat Aya suka banget sama paus!" Ujar gadis itu meloncat-loncat kegirangan dan berlari kearah kamarnya.

....







MellifluousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang