Larasita Maira pernah hampir kehilangan nyawa karena memulai pernikahan pertamanya dengan cara yang salah. Kejadian itu cukup mengguncang batinnya, yang kemudian membuatnya sadar dan berusaha memperbaiki diri.
Waktu berlalu, dan Laras kembali dihada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Teh Ayas, jangan turun dulu!"
Laras tidak sempat bertanya pada Jaylani, alasan ia dilarang turun dari mobil yang sedang ia tumpangi ini. Karena perhatiannya terkunci oleh tingkah laku Jaylani saat ini.
Sorot tajam Jaylani tampak mengawasi keadaan sekitar dari dalam mobil. Terlihat rahangnya mengeras, dengan otot wajah yang mengencang. Persis seperti tokoh pahlawan dalam film yang berjaga-jaga akan kedatangan musuhnya.
"Sekarang aman!" seru Jaylani kemudian.
Laras tertawa kecil melihat kelakuan pegawai senior Kamelia Katering itu.
"Soalnya Kanjeng Ratu Anye sudah mewanti-wanti Jay agar Tuan Puteri Ayas kembali ke rumah tanpa lecet sedikitpun!" Jaylani mengungkapkan alasan dari tindakannya tadi.
Laras kembali dibuat tertawa, kini seraya menganggukkan kepala. Bu Patricia kembali menggunakan jasa Kamelia Katering pada acara arisannya kali ini. Kamelia Katering sendiri menggunakan jasa Ayas Kitchen untuk memenuhi kebutuhan makanan penutup untuk acara di rumah Bu Patricia. Itulah alasan mengapa Laras kembali datang ke tempat ia dianiaya ini beberapa waktu lalu.
Kedatangan Laras sudah ditentang keras oleh Anye maupun Dygta. Tetapi, Laras tidak tega melihat tim Kamelia Katering yang bertugas ke rumah Bu Patricia lebih sedikit dari biasanya, dikarenakan banyak yang sedang mengambil libur. Selain itu Anye dan Dygta sedang memiliki keperluan lain sehingga tidak bisa ikut membantu. Maka dari itu Laras mengajukan diri untuk ikut dengan Tim Kamelia Katering, dan berjanji pada Anye untuk menjaga keselamatan dirinya sendiri. Lagipula Anye sendiri sudah memastikan acara arisan Bu Patricia kali ini berbeda sirkel dengan peserta arisan sebelumnya.
Acara sudah berjalan separuh waktu saat Laras mendapat panggilan masuk dari Dirga. Laras beregas keluar dari paviliun rumah kaca tempat arisan kali ini diselenggarakan untuk menjawab telepon. Namun, baru Laras menempelkan ponselnya ke telinga, matanya menangkap sosok Dirga di kejauhan.
"Mas Dirga," ucap Laras lirih pada ponselnya.
"Ras, kamu baik-baik saja kan?"
Kening Laras berkerut dalam. Sepasang matanya terus memastikan kalau laki-laki yang berjalan memasuki area paviliun itu benarlah Dirga.
"Mas, kamu ...." Sambungan dimatikan sepihak. Laras pastikan lelaki yang jaraknya tinggal beberapa langkah saja dengannya itu menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. Sepasang mata teduh lelaki itu terlihat menyipit, seiring kedua sudut bibirnya melengkung tipis.
Entah mengapa Laras jadi merasakan degup jantungnya terpacu, yang diteruskan dengan desir aneh yang berputar-putar di perutnya. Hingga Dirga tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapannya. Ada peluh yang menghiasi pelipis lelaki yang kini meletakkan kedua tangannya di pinggang itu. Laras mengikuti pandangan Dirga yang menyapu ke sekeliling. "Mas ... kenapa?" tanya Laras bingung.
"Kamu yang kenapa?"
Laras terkejut sampai memundurkan wajah mendengar balasan Dirga.