Awal Mula Pak RT dan Mas Adi

9.3K 139 13
                                    


Sinar matahari sore mulai meredup, menandakan akhir dari sesi latihan sepak bola anak-anak di komplek sebelah. Mas Adi, sang pelatih, melipat peralatannya dengan penuh semangat. Wajahnya tampak lelah namun bahagia, melihat antusiasme anak-anak dalam belajar sepak bola.

Hari ini, Mas Adi memiliki agenda lain yang tak kalah penting. Dia ingin mengunjungi Pak RT, sang petinggi kampung, untuk membahas persiapan acara karang taruna yang akan diadakan dalam waktu dekat. Acara ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antar warga dan meningkatkan semangat gotong royong di kampung.

Langkah Mas Adi terasa ringan saat menuju rumah Pak RT. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai ide dan konsep untuk acara karang taruna. Dia ingin acara ini menjadi spesial dan berkesan bagi semua warga. Perjalanan menuju rumah Pak RT tidak begitu jauh dari lapangan sepak bola, di persimpangan jalan hanya tinggal lurus terus, atau bisa saja dia melewati kebun di sebelah minimarket jika ingin lebih cepat, tapi karena sudah malam maka ia urungkan selain karena gelap tak ada pencahayaan juga karena kebun tersebut dikelilingi ilalang tinggi yang bisa saja ia merasa sedang diperhatikan.

Seharian mengajar membuat badan Mas Adi lengket akibat keringat, bahkan baju jerseynya masih basah, celana dan kancutnya juga banjir keringat, entah baunya seperti apa. Di jalan ia bertemu dengan beberapa orang yang ia kenal menanyakan hendak kemana, tak terasa di ujung jalan adalah rumah Pak RT. Ia pun bergegas berjalan lebih cepat.

"Permisi, Pak RT.. Permisi" Mas Adi memanggil dari luar gerbang sambil menggedor gerbang.

eh, gak dikunci masuk aja gitu ya? Mas Adi bertanya dengan dirinya sendiri, lalu memutuskan untuk masuk saja karena sudah di panggil 5 kali tidak ada balasan, gapapa ketuk pintu depan aja.

Mas Adi menuju pintu depan, rumah dengan cat warna kuning itu terlihat sepi entah pada dimana orangnya. Mas Adi perlahan menuju pintu depan tapi langkahnya terhenti begitu ia mendengar suara aneh dari jendela samping, suara apa ya? apa Pak RT? Pikir Mas Adi, ia lalu menuju suara itu.

Di sebuah ruangan keluarga Pak RT sedang duduk santai di sofanya, ia hanya menggunakan kaos kutang belel dan juga sarung yang sudah melorot setengah, memperlihatkan kontolnya yang tebal tapi pendek dan sudah ngaceng sempurna, juga biji pelernya yang menggantung dengan bulu-bulu rimba disekitarannya. Pak RT sendiri sedang fokus menonton di layar ponselnya. Tangan kirinya asyik bermain dengan kontolnya, Pak RT dengan mulutnya yang sedikit terbuka mendesah tanpa sadar.

aaghh, duh gak sakit apa ya itu lobang tainya disodok begitu , ia berkomentar tapi ikut membayangkan. Di luar Mas Adi kaget, sangat kaget. Pak RT yang dikenal sebagai sosok yang dewasa, sayang istri, dan juga berwibawa sekarang terlihat sangat berbeda. Badannya terlihat masih bagus walau sudah berumur, bulu-bulu tumbuh di sekitar badannya, sangat sexy untuk seorang bapak yang sudah berumur. Mas Adi gelisah, keringatnya sudah bermunculan di dahi, celananya tampak sesak, kontolnya ngaceng, ingin rasanya ia keluar dan menghirup udara segar karena seharian tertahan di dalam kancut pelatih bola itu. Mas Adi juga baru menyadari ia sudah 4 hari tidak mengeluarkan peju. Ia mengeluarkan kontolnya dan mulai mengelus-elus perlahan seirama dengan tangan Pak RT.

Ide liar hinggap di kepala Mas Adi, tak mungkin Pak RT normal jika ia saja ngaceng dan ngocok kontolnya sambil melihat sesama lelaki bersenggama. Ia pun melirik pintu samping yang terbuka. Ia tersenyum licik lalu mencoba memasuki rumah Pak RT.

Krieeett...

Mas Adi membuka sedikit pintu samping dan memasuki lorong pendek lalu belok ke kanan, di ujung ruangan terlihatlah Pak RT dengan sarung yang sudah turun hingga lutut dengan tangan yang masih mengocok kontolnya itu. Mas Adi tersenyum lalu memulai aksinya.

Pemuda KampungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang