Pak Bahar dan asyiknya meronda.

3.9K 77 7
                                    

Pak Bahar, tukang sate yang setiap malam berjualan di dekat alun-alun memang terkenal di kampung. Perawakannya besar, tinggi, dengan rambut putih yang sudah terlihat juga jambang serta kumis tipis yang ikut-ikutan putih. Pak Bahar tinggal seorang diri sejak 3 bulan lalu. Sang istri harus kembali ke kampung asal karena harus mewarat orang tuanya, Pak Bahar tak bisa menahan, karena sang mertua pada awal pernikahan sangat baik kepadanya. Pak Bahar memiliki seorang anak bernama Agha yang sekarang sedang berkuliah di kota. Lama ia tak pulang karena padatnya jadwal kuliah juga organisasi.

Di suatu malam, dimana sedang adanya jadwal ronda di kampung, Pak Bahar mendapat kebagian ngeronda sehabis berjualan yakni jam setengah 2. Jam-jam dimana seluruh sate sudah laku terjual. Sambil berkeliling Pak Bahar memukul-mukul tiang listrik  di dekatnya. Kali ini dia ngeronda bersama Fathir, tetangga rumahnya yang baru aja nikah. Bersama Fathir, Pak Bahar mulai memasuki gang kampung. Beberapa kali dia melihat muda-mudi yang masih berkeliaran.

"Istirahat dulu Pak Bahar, di depan ada warung Bude, sekalian minum yang hangat-hangat"

"Boleh, boleh saya ngikut aja"

Fathir berjalan di depan, mendahului Pak Bahar ke warung Bude. Di warung yang tidak bergitu besar ini menjual banyak makanan dan minuman, biasanya kalau siang ini tempat tongkrongi sama abang ojol  karena letaknya yang strategis untuk titik penjemputan. Fathir memasuki warung seakan sudah sering ke sini tanpa basa basi ia mengambil kacang 2 bungkus dan duduk di meja depan sambil menyuruh Pak Bahar untuk duduk.

"Bude, saya mau kopi hitam aja 1" ucap Pak Bahar

"Saya, kopi susu kaya biasa" Fathir bicara lantang sambil memakan kacangnya.

"Kita istirhat dulu 10 menitan kali ya Pak?" Yang diangguki oleh Pak Bahar.

Sambil menunggu kopi, Pak Bahar melihat Fathir tampak gelisah, beberapa kali ia melihat Fathir memegang kontolnya. Entah dia kebelet pipis atau hanya ngaceng aja. Ia lalu bilang ke Fathir jika ingin buang air kecil silahkan jangan ditahan nanti sakit, terlebih di pos ronda tidak ada toilet, ada sih semak jika ia ingin di semak-semak.

"Punten ya Pak, saya kebelakang dulu"

"Ya iya, silahkan" Sambil memainkan janggut, Pak Bahar mempersilahkan Fathir ke dalam warung Bude.

Hening, entah kenapa kalau sepi begini, Pak Bahar mengingat istrinya. Ia kangen dengan harum badan istrinya, kangen meremas kedua dadanya, ingin mengecup daerah bawahnya, bahkan ia kangen dengan desahan setiap Pak Bahar mementokkan kontol arabnya. Duh, memikirkan hal-hal begini ia sudah ngaceng aja. Sambil berusaha menepis pikiran kotor, Pak Bahar melihat sekeliling. Kampungnya memang masih banyak kebon kosong, beberapa ditumbuhi pohon bambu dan juga ilalang tinggi. Pak Bahar menyenteri beberapa keli ke semak-semak, takut ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Begitu ia menyenteri ke sebelah kiri ia melihat beberapa ilalang bergoyang seperti baru ada yang masuk ke dalam sana.

Tanpa pikir panjang, ia meninggalkan warung, meninggalkan Fathir yang masih ke toilet (Lama banget, ngapain sih). Ia jalan dengan cepat, menyebrangi jalan dan mengendap-endap ke dalam ilalang.

Ia senteri terus, lalu begitu ia masuk 7 langkah, ia mendengar hal-hal kurang wajar. Ia mendengar seorang pria sedang tertawa dan memuji seseorang, ia dekatkan lagi kupingnya.

"Duh, pak RT boolnya enak banget, baunya juga. Suka banget aku pak"

"Jilatan Mas Adi juga enak, bool bapak disedot sedot begini. Udah lama gak diginiin di, dulu pas masih bujang pernah juga tuh sama Pak Kades yang sekarang udah jadi juragan angkot"

--- 

Full cerita bisa dibaca di KK ya! harap klik link di bio :)

Gunakan Kode voucher TENGKYUW untuk mendapatkan potongan :)

Pemuda KampungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang