Jati Diri Pak Bahar

2.9K 58 11
                                    

Di balik ruangan berukuran kurang dari 4 x 4 meter persegi, Pak Bahar sedang duduk di atas kursi kayu malas hanya dengan menggunakan kain sarung cokelat kusam tanpa atasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di balik ruangan berukuran kurang dari 4 x 4 meter persegi, Pak Bahar sedang duduk di atas kursi kayu malas hanya dengan menggunakan kain sarung cokelat kusam tanpa atasan. Lengannya ia sandarkan ke belakang kepala, membuatnya sedikit nyaman, orang yang melihat pasti akan meledek atau mengejek.

"Bulu keteknya lebat banget, cukur dulu sana! Baunya sampe sini"

Tapi untungnya tidak ada orang lain yang lihat, hanya ia sendiri sekarang di rumah dan pikirannya yang belakangan kembali mengganggu. Beberapa hari ini ia merasa gusar, ia merasa gelisah setelah pertemuan atau kejadian pijitnya dengan Fathir. Ia kangen istrinya, ia kangen berjualan atau bercanda dengan istrinya tapi karena ia harus tetap berjualan dan jatah balik ke kampung masih lama maka ia tahan-tahan perasaan itu. Sebenarnya, ia kangen masa-masa beradu kasih di Ranjang bersama istrinya, bagaimana ia menikmati setiap jengkal tubuh istrinya yang putih, mulus, kenyal.. Bahkan desahannya. Tanpa sadar, pusaka Pak Bahar naik sedikit demi sedikit. Ia menghela nafas, sampai kapan ia harus coli.. atau ia memanggil Fathir lagi? Sebenarnya ada hal yang selama ini tidak diketahui oleh siapapun termasuk istrinya bahwa ia menyukai pria. Iya, Pak Bahar bisex, ia menyukai wanita dan pria. Pak Bahar lalu mengingat pertama kali ia berhubungan badan yakni dengan temannya sewaktu di kampung.

Sambil mengingat-ngingat ia membuka sarung dan juga kancut birunya, lalu mengocok kontolnya perlahan

Cuh

Ia meludah dan kembali mengocok kontolnya sambil bergumam.

Kangen ngewe...

——

Bayu, seorang anak SMA atau bisa dibilang baru lulus SMA sedang meratapi nasib di atas loteng rumahnya. Tubuhnya tinggi, dadanya tegap, kulitnya kuning langsat, matanya sayu, alisnya sedikit tebal, dan ia memakai kacamata. Di aktifkannya lagi ponsel yang baru saja 2 menit lalu ia matikan. Menatap nanar layar ponsel yang memperlihatkan beberapa tanda pesan chat masuk. Salah satu diantaranya dari Arif. Ia tatap terus menerus nama itu juga foto profilenya. Sahabat yang sejak lama iya sayangi atau lebih tepatnya..ia cintai.

"Bay, kamu gimana? Lulus tes tulis gak? Aku lulus nih masuk Teknik Mesin"

Bayu menghela nafas, lagi. Ia harus kembali bersama Arif di masa perkuliahan ini. Bayu menutup pesan tersebut dan membuka emailnya. Melihat namanya, nomor ujian, dan juga jurusan yang ia pilih, terbaca kalau ia sudah diterima. Berbeda dengan Arif, Bayu lolos di pilihan kedua, Bisnis dan Manajemen. Ya, tak apa walau beda jurusan, ia tetap satu kampus toh gedung fakultasnya juga dekat tidak jauh.

Semakin ia berpikir tidak jauh dari Arif, semakin sadar pula ia bagaimana caranya agar lepas dari bayang-bayang Arif. Selama SMA Bayu dan Arif sangat dekat, bahkan ia selalu disangka berpacaran padahal saat itu Arif sudah memiliki gadis impiannya walau selama sebulan Bayu tidak mood sekolah bahkan izin sakit..sakit hati. Bahkan selama SMA mereka merupakan Ketua dan wakil ketua osis. Seperti biji, tidak pernah lepas.

Bayu sadar, masa perkuliahan akan banyak yang berubah, baik dari lingkungannya, pergaulannya, mungkin bahkan ia akan kembali melihat Arif mencari cinta di masa perkuliahan. Bayu melihat ponselnya, membuka galeri dan melihat beberapa foto Arif hingga bergeser dimana terdapat foto mereka berdua sedang di Pantai, Arif dan Bayu foto berdua dengan kemeja terbuka merangkul satu sama lain, terlihat perut Arif yang sedikit kotak-kotak dengan bulu ketiak yang cukup lebat dan juga bayu sendiri dengan Dadanya yang sudah terbentuk akibat Gym selama 2 tahun belakangan.

Shit.. seandainya gue bisa cium dia..atau ga, ga sengaja deh cium keteknya! atau gue rencanain main Truth or Dare kali ya? yang Dare cium ketek kayaknya yumm--

Ucapan liar di hati Bayu terhenti begitu ia mendengar pintu loteng terbuka, Kakak sepupunya yang sudah lama tinggal bareng dengannya kini sudah berada di sampingnya, membuka kotak rokok dan menyalakannya.

"Mas, jangan sering-sering ngerokok ga bagus tau" ucap bayu mengingatkan.

"Ini juga baru mas ngerokok!, eh kamu gimana jadi kuliah?" Tanya seorang pria tinggi itu.

"Jadi, bulan depan daftar ulang dan kos sih ini"

"Ke Bandung?"

Bayu mengangkat jempolnya ke arah pria tersebut, lalu ia bangkit berencana mau pergi karena sudah ada janji dengan ilham, teman gymnya.

"Mas Adi, bayu pergi dulu, kalau mau nitip makan kasih tau aja ya"

"Siaaap bay, hati-hati" Mas Adi berpesan sambil menarik beberapa kali rokok yang ada di mulutnya.

---

Di rumah yang lain, Ilham teman gym Bayu sedang bersiap untuk berangkat lebih awal karena ia harus ke rumah Pak Bahar untuk mengantar makanan setelah acara sunatan keponakanannya. Bergegas ia mengambil makanan yang sudah dibungkus rapih di atas meja makan dan langsung menaiki motor untuk ke rumah Pak Bahar. Ilham sendiri merupakan anak kuliahan, sudah semester 4, ia berbadan bagus, tidak besar namun otot-ototnya jadi-Lean muscle-Kulitnya bersih putih tanpa ada bekas luka, sudah lama ia gym dan hasilnya sudah sangat terlihat.

Ia hanya menggunakan kutang hitam, celana pendek yang lumayan ketat dan hal in membuat pantatnya terlihat agak jelas, juga tas gym yang ia sampingkan. Melewati jempatan lalu belok sedikit ia akhirnya sampai ke rumah Pak Bahar. Ilham sudah mengenal Pak Bahar sejak ia pertama kali berjualan sate ia dan official menjadi pelanggan tetap.

Ilham memarkirkan motornya tepat di samping jendela, dekat gerobak. Ia turun, menaruh helm, dan mengetuk pintu rumah.

"Permisi, Pak..."

"Pak Bahar...."

Kemana ya Pak Bahar? dipanggil kok gak nyaut ucap Ilham dalam hati. Ilham berusaha memanggilnya dari berbagai lokasi rumah namun tidak ada suara balasan. Apa mungkin lagi keluar ya? taruh aja gitu? gantungin di pintu? Ilham berkata dalam hati. Begitu ia mencantelkannya di pintu, gagang pintu otomatis turun dan membuat pintu rumah Pak Bahar terbuka. Ia berinisiatif masuk, begitu masuk ia melihat sekeliling, sepi. Mungkin benar pikirannya kalau Pak Bahar sedang keluar. Buru-buru ia  masuk ke ruang tengah untuk manaruh bungkus makanan. Begitu ia hendak ke pintu keluar, ia melihat di sudut ruangan dekat kulkas terdapat tumpukan baju kotor, dan ada sempak juga di sana. Dada Ilham berdegup kencang dan cepat, ia beberapa kali menelan ludah. Keringat dingin sudah bermunculan. Ingin rasanya ia ke sana lalu ia hirup dalam-dalam aromanya, terlebih Pak Bahar, apa ya rasanya mencium aroma pria yang bekerja keras seharian? Apalagi semalaman berjualan sate, panas dan keringetan.

Alih-alih mengambil lansung ditumpukan baju, Ilham malah beranjang ke ruangan di sisi kiri, Kamar mandi.

Harusnya di sini fresh from the oven ucapnya dan benar saja, masih ada celana dalam yang menggantung di sana beserta celana jeans dan kaos. Ilham dengan penuh rasa takut dan rasa sange mendekati gantungan kancut itu. Ia dekatkan hidungnya, ia hirup dalam-dalam, sambil memejamkan mata ia juga meremas kontolnya yang perlahan-lahan bangun.

Digenggamnya sempak biru lusuh itu lalu ia hirup dalam-dalam, aroma keringat bercampur sedikit pesing keluar masuk hidung Ilham, ia lalu melorotkan celananya dan mengocok kontolnya. Ia membayangkan tubuh besar dan berbulu Pak Bahar, ia dekap ia ciumi ia jilati semua jengkal badannya. Sedang asik-asiknya menghirup dan mengocok kontolnya, ia merasa di bagian kepala kontolnya basah dan hangat..seperti...seperti sedang dihisap. Ia membuka kedua matanya dan sangat kaget begitu ia melihat Pak Bahar sedang jongkok sambil membuka mulutnya dan menjilati kepala kontolnya.

Full cerita bisa dibaca di KK ya! harap klik link di bio :)

Gunakan Kode voucher TENGKYUW untuk mendapatkan potongan :)

Pemuda KampungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang