Penyewa rumah

2 0 0
                                    

Kinara menendang-nendang kaleng di trotoar seakan-akan itu adalah bola kaki, hingga menimbulkan suara gaduh di jalanan. Saat sadar dia menjadi tontonan orang-orang sekitar dia langsung menendang keras kaleng tersebut. Maksud hati ingin langsung masuk ke tong sampah, malah mampir dikepala pria dengan jas rapi beberapa meter didepannya.

Kinara yang menyadari itu berusaha untuk bersembunyi. Namun, sudah terlambat. Pria itu sudah mengetahui siapa pelaku dibalik kaleng bekas yang mampir dikepalanya hingga mengacaukan tatanan rambut yang sudah ia atur satu jam lebih dua menit tiga puluh dua detik.

"Mati gue, itu kan Aja."

"KINARA!" Teriak Rajasa berang.

Rajasa menghampiri Kinara dengan mengambil langkah lebar.

Saat sampai didepan Kinara, Rajasa mengepalkan tangan kuat-kuat didepan wajahnya. Berusaha menetralkan emosinya. Dia masih ingat didepannya ini perempuan, tapi kelakuannya di luar kelakuan perempuan menurut Rajasa.

Kinara menutup mata rapat-rapat, siap menerima tonjokan, pukulan atau tamparan dari tangan besar Rajasa tapi sampai beberapa detik kemudian dia tidak mendapatkan apa-apa yang terjadi padanya.

"Kok nggak jadi?"

"Lain kali kamu jangan menampakan diri didekat saya lagi!"

"Kok kamu ngatur, sih?"

Bukannya menjawab pertanyaan Kinara, justru Rajasa mendikte kelakuan Kinara barusan, "Kamu perempuan macam apa? Masak tidak becus, tidak ada anggun-anggunya, bad attitude, urak-urakan, keluar malam, berpakaian sobek-sobek begini. Kamu perempuan kan?"

Rajasa amat sangat kaku.

"Loh? Kenapa kalau gue kayak gini? Masalah buat lo? Bapak gue nggak, om gue nggak. Sok-sokan ngatur. Sekarang abad keberapa, hei? Ini zamannya emansipasi wanita. Jangan terlalu kolot dan terjebak pola pikir patriarki gitu lah," Kinara melihat dari atas hingga bawah tubuh Rajasa, "Emang kenapa kalau gue selalu keluar malam? Gue cari cuan buat makan, bro. Emang kenapa kalau pakaian gue kayak gini? Gue nggak telanjang kok. Emang kenapa kalau gue nggak bisa masak? Gue bisa belajar. Emang kenapa kalau gue nggak anggun, nggak ayu dan urak-urakan? Emang itu berfaedah? Nggak kan? Ini diri gue kok lo mau ikut campur sih? Lo mau biayain hidup gue apa gimana? SELAIN DONATUR DILARANG NGATUR! BYE! GUE HARAP KITA NGGAK BAKALAN KETEMU LAGI SAMPAI KIAMAT, SAMPAI GUE LIHAT LO DI NERAKA." kata Kinara dengan satu tarikan napas.

Setelah selesai mengatakan serentetan kalimat itu ia langsung berjalan melewati Rajasa denga hati yang dongkol. Sedangkan Rajasa tetap diam ditempat dan berusaha meresapi perkataan Kinara. Dia takjub ada orang yang bicara dengan begitu panjang denga sekali tarika napas.

"Kinara bukan perempuan."

°•°•°

"Loh? Terus lo mau kemana, wak, habis ini?" Tanya laki-laki setengah meletoy yang asik memperindah kukunya.

Sedangkan Kinara yang asik mengupil tidak menghiraukan pertanyaan laki-laki didepannya.

"Wak! Gue tanya nih."

"Nggak tau ah! Lo ada ide nggak?"

"Lo mau tinggal bareng laki nggak, wak? Gue ada rekomendasi nih. Bos temannya teman gue. Dia butuh penyewa kamar dirumahnya. Gede wak, dia gede, rumahnya juga gede. Harganya terjangkau. Dia cuma mau teman serumah aja, sih. Lo mau nggak wak?"

"Uang gue sisa lima ratus ribu, Sep."

Kinara rasanya mau nyerah. Diusir dan jadi gelandangan di ibu kota bukan goal hidupnya. Andaikan kedua orang tuanya masih ada, pasti dia punya tempat untuk pulang dan beristirahat dengan nyaman. Sehari ini saja dia sarapan dengan modal Rajasa, makan siang ditraktir Asep. Malamnya Kinara akan kemana?

KinaRajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang