Anak Konglomerat

2 0 0
                                    

Seperti biasa Kinara bangun sebelum subuh, bersih-bersih rumah, bersih diri dan mengerjakan sketsa mural. Kali ini untuk salah satu kafetaria yang pernah dia perform.

Sampai ia habis sholat dan membaca Al-Qur'an, Rajasa belum juga keluar dari kamar. Tidak biasanya seperti ini. Rajasa seorang yang sangat morning person mustahil baginya untuk bangun terlambat.

Jam menunjukkan setengah enam, biasanya Rajasa akan bangun sholat subuh dilanjutkan dengan olahraga pagi. Kinara hafal karena ia seringkali membaca Al-Qur'an di ruang tv.

Kinara bangun dan mendekati pintu kamar Rajasa. Menempelkan telinga, mendengar apakah ada suara dari dalam. Dua menit dia menguping tapi tidak ada suara apapun.

"Masih tidur kali ya? Bangunin apa nggak, ya?" Kinara menimbang-nimbang apakah harus membangunkan Rajasa atau tidak. Dia mau membangunkan tapi takutnya Rajasa kecapekan, mungkin semalam pulangnya kemaleman tapi kalau tidak membangunkan Rajasa untuk sholat waktu sholatnya hampir habis. Dosanya bukaan hanya Rajasa, Kinara juga pasti kecipratan. Karena Kinara tau tapi tidak membangunkan.

Setelah pertimbangan yang cukup Kinara memutuskan untuk membangunkan Rajasa.

"Ja, Aja. Bangun, Aja. Udah pagi. Lo nggak sholat?" Diikuti beberapa ketukan di pintu kamar Rajasa.

"Aja, Aja bangun. Mau kiamat, sholat lo ingat dosa-dosa lo ke gue banyak. Bangun lo tobat, mohon ampunan." Teriaknya lebih keras kali ini. Tapi tetap saja tidak ada sahutan atau suara-suara tanda adanya kehidupan didalam.

"Tumben kebo banget." Bicaranya pada diri sendiri.

"Woi, Aja! Gue udah bangunin lo ya untuk sholat, di akhirat jangan seret gue ke neraka. Ntar lo fitnah gue yang nggak-nggak." Peringkatnya pada Rajasa yang entah mendengar atau tidak.

Kinara berbalik kembali ke ruang tv menunggu matahari menampakan wujudnya dari kaca besar di samping ruang tv.

Seperti biasa tanpa ada   kapok-kapoknya Kinara tentu akan tertidur dengan alasan menunggu waktu pagi tiba. Pagi yang dimaksud mepet-mepet jam delapan pagi. Alhasil dia akan buru-buru memasak. Rajasa yang serumah dengannya terkadang hanya menghela nafas melihat Kinara yang selalu panik ketika mendapati dirinya duduk manis di meja makan.

Hari ini juga terulang. Dia bangun jam setengah tujuh. Buru-buru lagi menyiapkan sarapan. Namun, seperti ada yang kurang. Tapi apa?

"Kok tumben Aja belum nangkring di sini?" Kinara heran sama fenomena kali ini.

"Dia bangun sholat nggak sih tadi? Secapek itu kali, ya? Kasian banget." Dia jadi prihatin sama pria itu, "Oh! Atau dia lagi sakit?" Kinara mencetuskan hipotesisnya.

Kinara kembali mengetuk pintu kamar milik Rajasa, kali ini dengan keras dan menggebu-gebu, "Aja! Aja buka dulu, lo nggak pa-pa kan? Aja jawab dong. Jangan buat gue ketakutan gini. Lo kalau mati, matinya di rame-rame napa. Woi denger nggak, Nyet!" Sedikit kurang ajar tapi Kinara benar-benar takut sekarang. Sebagai manusia overthing plus lebay ia jadi berpikir macam-macam, jauh kedepan. Rajasa sakit dan kemungkinan mati sendirian didalam. Kalau dia ada kekesalan sama Kinara pasti dia gentayangan bisa jadi malam-malam masuk ke kamar Kinara mencekik leher Kinara. Kinara memang agak sedikit berlebihan.

"Kalau lo nggak buka, gue panggilin warga lain untuk dobrak pintu ini lo ya, Aja!" Ancamannya sebagai opsi terakhir. Benar saja tidak ada pergerakan apapun dari dalam.

Dua langkah Kinara beranjak dari tempatnya semula handphone-nya di meja makan berdering. Panggilan telfon masuk. Asep yang menelponnya.

"Assalamualaikum." Kinara memulai percakapan duluan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KinaRajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang