AURORA VANIKA

7 1 0
                                    

Aurora POV

Kenalin, nama aku Aurora, lebih lengkapnya Aurora Vanika Sandhya. Tapi aku gak pernah suka dengan nama belakang itu. Jadi setiap berkenalan dengan orang, nama itu tidak akan pernah tersebut dari mulutku.

Sandhya, nama keluarga yang terhormat. Jika dilihat dari bahasa latin, nama itu sangat indah sebab memiliki arti senja. Sebenarnya tidak ada yang salah dari nama itu, tapi yang salah adalah aturan dari nama itu.

Mereka yang memiliki nama itu harus seindah senja, sesempurna senja, dan harus di cintai layaknya senja. Mereka harus terlihat sempurna di mata banyak orang. Dan aku muak dengan semua itu.

Kehidupan yang selalu diatur layaknya robot, tidak diberi pilihan untuk memilih, dan menjadi korban dari keegoisan. Aku heran dengan orang-orang yang selalu mengatakan bahwa kehidupan ku adalah mimpi dari banyak orang. Sialan! Siapa yang bermimpi kehidupan diatur oleh aturan? Jika ada, mari bertukar kehidupan. Hidup yang harus sempurna tanpa ada cacat, semua harus plus, bahkan kamu pun harus menjadi nomor satu bagaimanapun caranya.

"Saya sudah melihat semua hasil belajarmu. Bagus, semua tetap ditampatnya. Saya harap kamu bisa mempertahankan itu."

Suara berat itu. Sial, hanya dengan mendengar harapannya saja aku sudah tak memiliki nafsu untuk melanjutkan makan malam.

"Bunda senang mendengarnya. Aurora, kamu harus tetap mempertahankan itu, karna kamu adalah satu-satunya harapan kami untuk melanjutkan bisnis kami".

Bahkan perempuan itupun juga ikut campur.

"Iya, Nda. Aurora usahakan."

Apa yang kalian harapkan dari balasanku? Menentang? Atau berontak? Ck! Salah besar! Aku hanya bisa menjadi gadis penurut bagi mereka.  Selalu berkata 'iya' dalam segala hal.

Padahal ada kakak dan adikku, tetapi kenapa hanya aku yang diatur untuk menjadi apa yang mereka inginkan? Sedangkan saudaraku bebas memilih jalan mereka sendiri. Kehidupan yang tak pernah adil.

***

"Kenapa gak melukis lagi?"

"Hm?"

"Gak punya ide? Atau gak punya cat lagi?"

Aku hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan nya. Gadis itu selalu bertanya sesuatu hal yang sudah pasti jawaban. Enjel, ya gadis yang sedang bersamaku adalah Enjel.

"Lo nanya, atau ngasih pernyataan?"

"Menurut Lo?" Baiklah, jangan lupakan sikapnya yang sedikit menjengkelkan itu.

"Gue tebak, pasti alasannya bokap lo, right?" Gadis itu, selalu tepat sasaran.

"Menurut Lo, kehidupan gue gimana?"

Alisnya mengerut, seakan tak mengerti dengan pertanyaan yang baru saja aku lontarkan kepadanya. Aku tak masalah ketika ia tidak menjawab pertanyaan ku, karna memang pertanyaan itu tidak memiliki jawaban, bahkan aku sendiri pun tidak tau.

Cukup lama kami hening, tidak ada percakapan sama sekali, bahkan Enjel pun tidak menjawab dari pernyataan yang aku lontarkan. Aku tidak tau, ia terdiam karena memang tidak memiliki jawaban, atau ia tau jawabannya tapi tidak ingin mengatakan nya.

"Menyedihkan"

Satu kata itu memecahkan keheningan diantara kami. Seketika aku menolehkan kepala kearahnya, menaikan sebelah alis seakan bertanya maksud dari perkataan nya.

"Gue bilang kehidupan Lo menyedihkan. Manusia mana yang pengen kehidupan ny diatur layaknya robot?"  Aku masih tetap diam menyimak segala perkataan nya tanpa berniat untuk memotong.

"Gue pikir awalnya gak ada. Tapi, setelah ketemu lo, keknya persepektif gue salah. Ternyata ada manusia yang pengen kehidupan nya diatur layaknya sebuah robot."

"Aurora Vanika Sandhya. Nama yang  sangat cantik, bahkan kehidupan nya juga sangat cantik. Cantik, sampai orang lain tidak tahu apa didalamnya."

Gadis itu berkata benar untuk kesekian kalinya lagi. Bagaimana ketika orang-orang sudah mengetahui kehidupan di dalam nama itu? Apakah akan tetap dikatakan kehidupan yang cantik, manis dan menjadi kehidupan yang diinginkan banyak orang? 

"Gue gak pernah mau di posisi ini, Njel. Kehidupan yang sangat monoton."

"Emang yang mau siapa? Gue aja kalo lo tawarin ogah." Aku hanya terkekeh mendengar jawabannya. Ia benar, lagi. Tidak ada yang mau, bahkan orang yang sudah terlanjur terpilih pun tidak mau.

Aku melihat Enjel mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah kanvas dan cat? Untuk apa dia membawanya?

"Coba, dong, lukisin gue sesuatu. Apa aja, bebas, pokoknya yang menggambarkan gue banget"

Aku menaikkan satu alis, melukiskan sesuatu tentang dirinya? Dia tak salah kan? Tanpa bertanya aku mengambil kanvas dan cat yang dibawanya. Memainkan jemari yang sudah lama tak menyentuh alat lukis. Terlihat sedikit kaku, namun aku mencoba yang terbaik.

Tidak ada cctv ataupun kamera yang merekam, jadi aku bisa dengan leluasa menarikan jari-jariku di atas kanvas. Aku menggambarkan sebuah bulan. Bulan purnama yang melingkar sempurna.

Bulan memiliki peranan penting bagi bumi. Bulan juga salah satu benda langit yang  tidak pernah terpisahkan dari bumi. Mungkin banyak orang yang berfikir bahwa bulan memiliki sinarnya sendiri, tetapi yang sebenarnya bulan membutuhkan bantuan sinar matahari untuk bersinar. Selain itu, bulan juga adalah suatu hal yang sangat indah jika dipandang dari jarak yang jauh. Sama halnya dengan gadis itu, gadis itu memiliki cara tersendiri untuk tetap menjadi indah dan bersinar.

"Kenapa bulan?". Ia bertanya setelah lukisan itu kuberikan kepadanya. Tidak ada kata pujian, tetapi aku bisa melihat bahwa ia menyukainya. 

"Gapapa, gue cuman kepikiran gambar bulan. Lagian lo juga suka hal-hal berbau antariksa, kan? Kalo gambar Galaxy, gue gak sanggup, kelamaan, mager gue"

"Anying, bisa-bisanya mager ngelukis. Katanya pengen jadi seniman." 

"Mimpi gue terlalu tinggi, Njel. Sayap gue gak sampai untuk ngeraihnya, gue gagal"

Enjel hanya tersenyum menatapku. "Gapapa, yang penting sayap lo gak patah. Kan masih belum sampai, bukan berarti gak bisa sampai. Tugas lo tinggal ngelatih sayap lo untuk jadi lebih kuat, supaya sayap lo bisa nebas segala rintangan."

Enjel benar, sayapku belum patah, sayap itu masih bisa di asah untuk jadi lebih kuat lagi. Membuktikan ke dunia bahwa burung kecil ini juga punya mimpi untuk terbang bebas ke angkasa. Sekarang tinggal membuktikan, bahwa burung kecil ini bisa menggantikan Elang menjadi seekor predator.

Burung kecil ini juga ingin terbang tinggi melewati angkasa untuk bertemu dengan sang rembulan.

***

Ryujin Itzy as Aurora Vanika

Ryujin Itzy as Aurora Vanika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AURORA VANIKA

~ Aku ingin secantik senja, tetapi aku juga ingin terbang bebas ke angkasa

How Can We Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang